Kembangkan Transportasi Air, Pemkot Surabaya Studi Banding ke Bangkok

Kembangkan Transportasi Air, Pemkot Surabaya Studi Banding ke Bangkok Rombongan Pemkot Surabaya bersama para awak media saat foto bersama dengan latar belakang Vihara Wat Arun.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Thailand adalah salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang berhasil mengemas sungai yang awalnya hanya untuk transportasi saja hingga menjadi sebuah destinasi wisata yang digemari para wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Wisatawan mancanegara di antaranya dari Paris, London, dan Dubai serta wisatawan Asia.

Saking digemarinya wisata andalan negeri gajah putih ini, otoritas setempat klaim kunjungan wisatawan mancanegara ke Thailand, khususnya Kota Bangkok, tahun 2018 mencapai angka 20 juta jiwa. Bahkan menjelang akhir tahun 2019 ini mereka mencatat sudah di angka 22 juta jiwa.

Baca Juga: One Voice SMPN 1 Surabaya Raih Juara Dua Kategori Bergengsi di SWCF 2024

Maka, tidak salah jika kemudian Pemerintah (Pemkot) Surabaya memutuskan untuk berkunjung ke negeri gajah putih ini untuk melakukan studi banding terkait transportasi, serta tentunya wisata airnya juga, akhir Oktober lalu.

Dipimpin oleh Kepala Dinas Infokom Kota Surabaya M Fikser, rombongan yang terdiri dari 10 pejabat Pemkot dan 35 Jurnalis dari berbagai media, baik cetak, online, radio, dan televisi ini tiba di Bandara Suvarna Bhumi Bangkok langsung diantar ke Sungai Chao Phraya.

Sungai Chao Phraya memiliki panjang tak kurang dari 372 Km. Sungai ini merupakan pertemuan empat sungai kecil, Ping, Wang, Yom, dan Nan, di daerah Nakhon Sawan yang berada di wilayah Utara Thailand. Dengan lebar sekitar 250 m, sungai ini menjadi bagian terpenting dari sarana transportasi warga Thailand sejak kota Bangkok didirikan tahun 1782.

Baca Juga: SWCF 2024 Jadi Ajang Kenalkan Seni dan Budaya Surabaya ke Kancah Internasional

Betapa tidak, hampir seluruh kota di Thailand dari Utara sampai Selatan dilalui sungai Chao Phraya ini, seperti kota Chainat, Ang Tang, Ayyutaya, dan masih banyak lagi. Aliran sungai ini mengalir dari Bangkok hingga bermuara di Teluk Thailand.

(Aktivitas transportasi air plus pariwisata di Sungai Chao Phraya)

Baca Juga: Pemkot Surabaya Raih UHC Award 2024, Anggarkan Rp500 Miliar per Tahun untuk Warga Berobat Gratis

Pemandu rombongan Mr Dee menerangkan bahwa Sungai Chao Phraya ini merupakan sungai penting di negaranya. Fungsinya mulai dari untuk irigasi, pasar terapung, hingga tulang punggung transportasi penduduk di sekitar melalui kanal-kanal yang ada.

"Kanal-kanal tersebut terhubung hingga ke kampung-kampung hingga suatu waktu kota ini dijuluki sebagai Venesia di Timur," terangnya.

Di pinggir sungai Chao Praya ini banyak tempat yang bisa dipakai untuk berjalan-jalan seperti Asiatique The Riverfront yang terkenal. Dari pinggir sungai ini bisa dilihat aktivitas transportasi maupun wisata airnya yang hilir mudik.

Baca Juga: Anak Anggota DPRD Surabaya Jadi Korban Jambret di Galaxy Mall

"Ada bus sungai (river buses), Cross River Ferry, Taxi Air, hingga Tourist Boat semacam bus air yang bisa menampung puluhan penumpang," ucap Mr Dee.

Rombongan sempat menjajal torist boat dengan menyusuri Sungai Chao Praya hingga menuju ke Kuil Wat Arun. Di kanan-kiri sungai wisatawan bisa melihat pemandangan sekeliling bangunan kota Bangkok. Sesampai di sekitar dermaga kuil, rombongan bisa memberikan makan ikan patin sebuah roti yang sebelumnya sudah diberikan oleh Mr Dee satu per satu.

Baca Juga: Kampung Madani di Krembangan, Wujud Semangat Gotong Royong Masyarakat

(Rombongan bersama para awak media saat menyusuri Sungai Chao Phraya)

Uniknya, ikan patin di Sunga Chao Phraya ini tidak boleh dipancing lebih-lebih sampai dimakan. Beda jauh nasib ikan patin ini jika berada di Indonesia. Dengan bahasa indonesia yang fasih, Mr Dee yang asli Bangkok ini menyampaikan bahwa ada semacam mitos jika muncul ikan yang berwarna putih dan bagi siapa yang berhasil memberinya makan akan mendapat keberuntungan.

Susuri Kanal Phadung Krung Kasem

Baca Juga: Eri Cahyadi Terbitkan SE Larangan Judi Online di Lingkungan Pemkot Surabaya

Usai menikmati sedikit adrenalin saat sang juru mudi memacu kapalnya, serta memberi makan ikan patin yang dikenal sakral itu, rombongan kemudian bergeser menuju sebuah sungai buatan bernama Khlong Phadung Krung Kasem. Sungai buatan atau kanal ini mulai digali pada tahun 1851 selama masa pemerintahan Raja Rama IV.

Kanal Phadung Krung Kasem tampak seperti parit besar sebagai perbatasan tidak resmi di Bangkok. Kanal yang dibuat untuk kebutuhan perluasan ibu kota ini, membentang sepanjang 5,5 kilometer. Start dari Chareon Krung Road, melewati Khlong Mahanak, dan berakhir di Sungai Chao Praya dekat jembatan Rama VIII.

Baca Juga: Siapkan Skema Pemanfaatan Wisma Karanggayam, Eri Berharap Bisa Angkat Performa Persebaya

(Dermaga yang berada di beberapa titik penjemputan penumpang di Kanal Phadung Krung Kasem)

Kanal (Khlong) Phadung Krung Kasem ini sekilas mirip dengan Sungai (Kali) Mas yang ada di Kota Surabaya. Dengan memiliki kedalaman sama seperti Kali Mas yakni kira-kira 2-3 meter, kanal ini juga dilengkapi dengan dermaga di beberapa titik yang dipakai untuk naik turun penumpang.

Baca Juga: Cegah Judi Online, Pemkot Surabaya Siapkan Surat Edaran dan Sosialisasi ke Sekolah

(Rombongan bersama para awak media saat menyusuri Kanal Phadung Krung Kasem)

M Fikser mengatakan bahwa melalui Dinas Perhubungan (Dishub) mulai mempersiapkan Kali Mas untuk menjadi salah satu sarana transportasi mulai daerah Perak menuju ke tengah kota.

Ia mengakui ada kendala yang dihadapi Surabaya dalam mengembangkan transportasi air Kali Mas adalah beberapa jembatan lama peninggalan zaman kolonial Belanda. Beda kondisinya saat menyusuri kanal Phadung Krung Kasem yang hampir tidak ditemui jembatan.

"Di Kali Mas ada Jembatan Peneleh yang memiliki nilai sejarah tinggi. Kemudian antara DPRD Kota Surabaya dan Balai Kota Surabaya juga ada Jembatan Yos Sudarso," akuinya.

Fikser juga menegaskan bahwa dalam mengembangkan transportasi air di Surabaya tidak harus seperti Bangkok. Pengelolaan transportasinya disesuaikan dengan kondisi yang ada di Surabaya.

"Kali Mas itu memiliki keunggulan saat kita menyusurinya, ada bunga-bunga di taman, pemandangan lampu lampion, serta gedung-gedung tinggi yang memancarkan warna di malam hari," sebutnya.

Kemudian ada Gedung Negara Grahadi yang tampak pada bagian belakangnya dengan struktur bangunan yang masih bercita rasa zaman kolonial. Juga perkampungan kuno, salah satunya yakni Kampung Peneleh yang baru diresmikan oleh menjadi salah satu destinasi wisata heritage.

Menurut Fikser, keberhasilan negara Thailand di bidang pariwisatanya adalah kuncinya terletak pada packaging (pengemasan). Thailand atau Bangkok sadar betul kekuatannya d bidang pariwisata, maka bidang tersebut dikuatkan sehingga bisa menjadi sumber pendapatan utama negara

Ia juga melihat dari sisi SDM yakni masyarakat Bangkok itu sendiri. Mereka sangat humble dan terbuka terhadap pendatang, dalam hal ini para wisatawan. Menurutnya, harus ada edukasi untuk merubah perilaku dari SDM/warga/masyarakat yang berinteraksi langsung dengan para wisatawan.

"Ini yang selalu ditekankan oleh Bu Risma. Kalau kota ini bagus orang (wisatawan) itu datang ke Surabaya, kita bisa menjadi tuan rumah yang baik," tegasnya. (ian/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO