Kiai Asep, Kiai Besar Berpikiran Besar, Selamat Prof

Kiai Asep, Kiai Besar Berpikiran Besar, Selamat Prof Dahlan Iskan. foto: istimewa

Saya beberapa kali ke pesantren tersebut. Itu pesantren ketiga. Sudah ada dua pesantren sebelumnya. Yakni di Surabaya Utara dan Surabaya Selatan. Yang di Pacet ini luasnya 50 hektare. Lengkap: sampai perguruan tinggi. Yang mahasiswanya ada yang dari negara-negara mana. Suatu saat saya ke sana. Tanpa memberitahu siapa pun. Jam 3.30 pagi saya berangkat dari rumah saya di Surabaya. Saya ingin salat subuh berjamaah di masjid utama di komplek pesantren. Tepat sekali waktunya. Ups... Agak telat dua-tiga menit dari yang saya inginkan. Saya masih sempat ikut sebagai jamaah sejak rakaat pertama salat subuh. Tapi masjid sudah penuh sesak. Saya tinggal mendapat tempat di emperan masjid. Bersama beberapa santri di situ.

Habis salat saya tidak beranjak. Saya ingin ikut acara setelah subuh: pengajian kitab Ikhya Ulumiddin. Beberapa santri di sebelah saya membuka kitab yang lagi dibahas. Seorang santri menyerahkan kitabnya ke saya: tulisannya Arab gundul -- huruf Arab yang tidak disertai tanda baca. Setelah pembahasan berjalan setengah jam, saya berbisik kepada santri sebelah. Saya bertanya siapa yang lagi mengajar hari itu.

Posisi saya yang di emperan masjid tidak bisa melihat siapa yang lagi mengajar di depan sana. Sesekali saya melongok kan pandangan ke dalam masjid. Yang terlihat hanya lautan kepala para santri. Yang lagi menyimak pelajaran sepagi itu. "Yang mengajar itu Kiai Asep," ujar santri di sebelah saya itu. Saya pun manggut terkagum. Kok kiai besar di situ masih sempat mengajar. Turun tangan sendiri. Tidak mewakilkan kepada ustadz yang begitu banyak.

Dalam kasus seperti ini sang kiai bisa menyelami sendiri kondisi paling riel di pesantrennya. Ibarat pengusaha beliau itu sudah tingkat konglomerat. Tapi masih mau menjaga toko, masih bisa bertemu langsung para pembelinya. Itulah yang membuat Pesantren Amanatul Ummah ini terkelola dengan baik. Kiainya tidak pernah tercabut dari akarnya. Bahkan masih terus menumbuhkan akar baru. Manajemen di pesantren ini berjalan begitu bagusnya.

Mungkin karena beliau tidak tergoda terjun langsung ke politik. Memang beliau menjadi salah satu kunci kemenangan telak Pak Jokowi di Jatim. Yang membuat Pak Jokowi terpilih kembali menjadi presiden Indonesia periode kedua. Tapi itu tidak membuat perhatiannya pada Amanatul Ummah berkurang. Apalagi sampai mengabaikannya.

Maka ketika beliau akhirnya mendapat gelar guru besar (profesor) dari UINSA Surabaya, saya menilai itu sudah pada tempatnya. Selamat Pak Kiai. Ups... Selamat Prof. Semoga berkah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO