Dibayangi Penyebaran Virus Corona, Santri Asal Blitar Raih Juara Umum Lomba Robotik di Malaysia

Dibayangi Penyebaran Virus Corona, Santri Asal Blitar Raih Juara Umum Lomba Robotik di Malaysia 12 Santri Pondok Pesantren Mambaus Sholihin Desa Sumber, Kecamatan Sanankulon, Kabupaten Blitar yang meraih juara umum lomba robotik World Robotic For Peace di Malaysia.

BLITAR, BANGSAONLINE.com - Santri Pondok Pesantren Mambaus Sholihin Desa Sumber, Kecamatan Sanankulon, Kabupaten Blitar meraih juara umum lomba robotik World Robotic For Peace di Malaysia. Kegiatan lomba robotik ini diikuti oleh pelajar dari 10 Negara Asean.

Dari tujuh kategori yang dilombakan, 12 santri tersebut berhasil menyabet tiga medali emas. Sementara dalam dua kategori lainnya mereka berhasil meraih medali perak.

Baca Juga: Ustad Pelempar Kayu Berpaku yang Tewaskan Santri Jadi Tersangka, Polisi Lakukan Rekonstruksi

Tiga kategori yang berhasil meraih medali emas tersebut di antaranya kategori Juara I Soccer Close, Juara I Soccer Junior Clase, dan Juara I Line Follower. Sementara itu kategori Sumo dan kategori Amfibious Solar Vehicle meraih juara II.

"World Robotic For Peace ini digelar di University Teknologi Malaysia, di Johorbahru, Malaysia. Pelaksanaannya 7 sampai 8 Februari 2020. Anggota tim yang berangkat kesana sudah melakukan persiapan sejak Oktober tahun lalu. Mereka semua siswa kelas delapan," ungkap pembimbing tim robotic Ponpes Mambaus Sholihin, Yasroni Indralogi.

Dia menambahkan, dua kategori yang gagal meraih medali emas tersebut terkendala karena robot yang dibawa dari Indonesia rusak dan terbakar. Sehingga mereka terpaksa menggunakan robot yang dipinjamkan oleh panitia.

Baca Juga: Pelempar Kayu Berpaku yang Tewaskan Santri di Blitar Belum Jadi Tersangka, Polisi Beberkan Alasannya

"Robot yang kami bawa dari Indonesia rusak. Terbakar di sana. Tapi Alhamdulillah tiga kategori lainnya kami menang sehingga kami berhasil meraih juara umum," imbuhnya.

Sebelum kembali ke Ponpes, 12 santri dan satu pembimbing tim robotik Pondok Pesantren Mambaus Sholihin Desa Sumber, Kecamatan Sanankulon, Kota Blitar langsung menjalani screening atau deteksi dini penyakit di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi. Screening ini dilakukan untuk memastikan mereka tidak terinfeksi virus Corona.

Baca Juga: Polisi Mendadak Bongkar Makam Santri di Blitar, Ada Apa?

"Waktu sampai di bandara Indonesia kami diperiksa, lalu tadi juga ada pemeriksaan lagi di rumah sakit Wlingi," kata Yasroni.

Yasroni mengaku penyebaran virus Corona sempat membuat dirinya dan ke 12 anggota tim resah. Dia mengaku, tim dari Ponpes Mambaus Sholihin sebenarnya dijadwalkan mengikuti dua perlombaan. Pertama di Singapura, kedua di Malaysia. Namun karena virus Corona, banyak negara yang mendaftar lomba di Singapura mengundurkan diri, termasuk tim dari Indonesia.

"Kami dari Jakarta langsung ke Singapura. Awalnya mau ikut perlombaan di sana dulu. Namun, gagal karena banyak negara yang mundur karena virus Corona. Nah di bandara Singapura itu kita begitu tiba juga sempat dua kali diperiksa kesehatan. Ada satu anggota tim yang waktu itu sakit panas sempat ditahan. Tapi akhirnya boleh melanjutkan perjalanan karena terbukti di Indonesia belum ada yang positif Corona," jelasnya.

Baca Juga: Santri Ponpes di Ponggok Blitar Meninggal, Diduga Usai Dilempar Ustad dengan Kayu Berpaku

Sementara Firektur RSUD Ngudi Waluyo Wlingi dr. Endah Woro Utami mengatakan, setibanya dari Malaysia ke 12 santri itu sebenarnya sudah di-screening di bandara dan lolos. Namun, pemeriksaan di RSUD Ngudi Waluyo ini sesuai prosedur, untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda terjadinya infeksi. Karena mereka beberapa hari tinggal di Malaysia, di mana kasus Corona juga telah ditemukan di sana.

"Ada riwayat kontak, maka prosedurnya dilakukan screening tahap 2 sebelum masuk Kabupaten Blitar," tutur dr Woro.

Dari pemeriksaan tersebut, diketahui ke-12 santri dan satu pembimbing tim tersebut dalam keadaan sehat. Namun untuk langkah preventif, mereka diminta untuk tidak melakukan kegiatan di luar rumah selama 14 hari. Mereka juga dibekali cara memakai masker dan cuci tangan yang benar.

Baca Juga: Lagi, ITS Juarai Kompetisi Robot di Belanda

"Sebagai upaya pencegahan, mereka ini akan diisolasi di rumah masing-masing. Artinya mereka diminta untuk tidak melakukan kegiatan di luar rumah selama masa inkubasi 14 hari. Hal ini untuk mengetahui benar-benar tidak ada infeksi virus tersebut," pungkasnya. (ina/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO