BANGKALAN, BANGSAONLINE.com - Pasca ditutupnya salah satu pasar di Surabaya, banyak pedangang yang menjajakan dagangannya ke Kabupaten Bangkalan, dengan cara berkeliling ke kampung-kampung. Hal ini dikhawatirkan justru meningkatkan risiko penularan Covid-19.
Karena itu, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Bangkalan diminta melakukan srceening kepada siapa pun yang mau masuk ke Bangkalan.
Baca Juga: Syafiuddin Ajak Kader PKB Berjuang Menangkan Pilkada Serentak 2024
Hal ini disampaikan Ketua DPC PKB Ir. Mondir Rofii, saat menggelar rapat optimalisasi penanganan Covid-19 dengan Fraksi PKB di Graha Kebangkitan Bangsa, Selasa (14/4/2020).
Ra Mondir, sapaan akrab ketua DPC PKB, mengungkapkan menyebarnya Covid-19 di Bangkalan karena adanya pendatang atau warga yang baru saja melakukan perjalanan dari zona merah. Untuk itu, ia meminta Gugus Tugas memperketat pintu masuk ke Bangkalan.
Ia juga meminta Pemkab Bagkalan memaksimalkan APBD untuk penanggulangan Covid-19, baik untuk bidang kesehatan, ekonomi, dan program jaring pengaman sosial.
Baca Juga: PB Jatim Adakan IWF 2024, Ini yang Dipamerkan Stan UMKM Bangkalan
"Petani perlu diperhatikan distribusi pupuknya, UMKM perlu dianggarkan dana stimulus, karena dampak virus ini memukul semua sektor usaha, termasuk pedagang kecil," pungkasnya.
Senada disampaikan oleh H. Abdul Kadir Rofii, S.H., Ketua Tanggap Covid-19 PKB. Ia meminta gugus tugas merespons banyak pedagang dari Surabaya yang mulai berjualan di Bangkalan dengan cara keliling menggunakan mobil.
Baca Juga: Ratusan Warga Madura Ramaikan Pelantikan Syafiuddin Jadi DPR RI Kedua Kalinya di Senayan
"Selain itu, dari aspek ekonomi, pemerintah harus cepat tanggap terkait hasil tani. Karena 60 persen Bangkalan adalah petani, jangan sampai begitu panen tiba, harga gabah atau beras malah rendah," cetusnya.
Turut hadir dalam rapat itu, Ketua Dewan Syuro KH. Habib Umar, Wakil DPRD Hotib Marzuki, Ketua Fraksi PKB Mohammad Hotib, Sekretarsi PKB Ir. Abd. Rofik, anggota DPRD Ahmad Hariyanto, dan Ketua Garda Bangsa H. Ahmad Muzawwir. (uzi/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News