Tafsir Al-Kahfi 13-14: Ashabul Kahfi dan Wapres KH. Ma’ruf Amin

Tafsir Al-Kahfi 13-14: Ashabul Kahfi dan Wapres KH. Ma’ruf Amin KH. Ma'ruf Amin, Wakil Presiden RI. foto: PinterPolitik

Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*

13. Nahnu naqushshu ‘alayka naba-ahum bialhaqqi innahum fityatun aamanuu birabbihim wazidnaahum hudaan

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty

Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka.

14. Warabathnaa ‘alaa quluubihim idz qaamuu faqaaluu rabbunaa rabbu alssamaawaati waal-ardhi lan nad’uwa min duunihi ilaahan laqad qulnaa idzan syathathaan

Dan Kami teguhkan hati mereka ketika mereka berdiri lalu mereka berkata, “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami tidak menyeru tuhan selain Dia. Sungguh, kalau kami berbuat demikian, tentu kami telah mengucapkan perkataan yang sangat jauh dari kebenaran.”

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia

TAFSIR AKTUAL

Setelah paparan global di atas, kini Tuhan memulai berkisah tentang ashabul kahfi tersebut dengan lebih dahulu memberi statement kesungguhan sebagai pembuka. Bahwa yang akan dikisahkan ini adalah kejadian sesungguhnya, kisah nyata, dan bukan fiktif.

Ini sengaja ditandaskan, mengingat para kafir Makkah dan para pendeta, Yahudi, dan Nasrani nampak ingkar dan tidak percaya terhadap pemberitaan al-qur'an, padahal sejatinya mereka mengetahui. Artinya, para pendeta diundang dengan hormat agar bersedia membuka sejarah masa lampau dan membacanya secara jujur, benarkah apa yang dikisahkan oleh al-qur'an ini. Itulah al-qur'an, satu-satunya kitab suci yang terbuka dan menantang.

Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana

"innahum fityah amanu birabbihim". Ashabul kahfi itu sesungguhnya pemuda-pemuda yang mempunyai prinsip keimanan yang sangat tangguh. Ketangguhan dan kegigihan keimanan tersebut, selanjutnya ditopang dengan hidayah Tuhan yang sangat melekat. "wa zidnahum huda".

Dari prinsip keimanan yang ada di dada mereka masing-masing, selanjutnya dipadukan oleh Tuhan menjadi satu kesatuan dan satu kekuatan imani yang amat dahsyat. Tak lekang karena panas dan tak pula lapuk karena hujan. Begitulah jika Tuhan sudah menyatukan kekuatan, maka tidak akan ada kekuatan lain yang mampu mengganggu. "wa rabathna 'ala qulubihim...". Di sini kebulatan tekad mempertahankan keimanan terbentuk.

"Innahum fityah". Terbaca, bahwa jiwa pemuda itu tangguh, darahnya cepat mendidih dan emosinya meledak-ledak. Sejarah menulis beberapa peran pemuda dalam perjuangan agama. Semua utusan Tuhan adalah "kawula muda", atau berjiwa muda atau menghimpun kawula muda sebagai back up-nya. Belasan pemuda dihimpun Rasulullah SAW di Dar al-Nadwah dan didoktrin untuk perjuangan Islam.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Tentukan Hak Asuh, Nabi Sulaiman Hendak Potong Bayi Pakai Golok

Ibrahim yang muda belia berani menantang tirani raja Namrud yang super kejam, meski bara api ancamannya. Begitu pula Sulaiman yang cerdas dan pandai mengatasi masalah. Walhasil, perjuangan agama banyak ada di tangan para pemuda. Sama dengan perjuangan menuju kemerdekaan negeri ini, banyak didukung oleh kawula muda. Itu terbukti dengan bermunculannya korp pemuda yang disebut "JONG". Jong Java, Jong Ambon, dan lain-lain.

Ayat ini, selain berpesan kepada para pemuda agar menyalurkan potensinya untuk hal-hal yang positif, juga peringatan atas generasi tua. Orang tua wajib melindungi generasi muda dari hal-hal yang buruk dan negatif. Maka menjadi tanggung jawab pemegang kekuasaan untuk menghentikan segala bentuk keburukan yang merusak moral pemuda.

Tidak perlu ada debat apalagi ragu, bahwa bandar atau pengedar atau apa yang terkait perdagangan narkotika dan obat-batan terlarang, harus dihabisi sebelum mereka menghabisi pemuda dan anak-anak kita. Masyarakat sangat senang jika para bangsat itu mati tertembak. Atau dihukum mati secepatnya. Apa sih manfaat mereka pada negeri ini? Kenapa negeri ini surga bagi mereka? Jawabannya karena aparatnya kurang tegas. Buktinya, di Singapura dan Malaysia, aparatnya sangat tegas, maka jauh negerinya lebih aman.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata

Pemerintah juga wajib melindungi anak-anak bangsa dari moral buruk yang diciptakan oleh media, termasuk media elektrik atau layar kaca. Orang-orang entertainment, dalam hal ini dangdutan dan jogetan semakin merajalela dan merasa bebas melakukan apa saja di atas panggung atas nama seni dan kebebasan.

Yang paling menjijikkan adalah acara audisi atau sebangsanya dengan menyuruh pesertanya bergoyang hot, semakin hot, semakin heboh, semakin erotis memutar pinggul dan payudara, dianggapnya semakin bernilai. Semuanya itu merusak moral yang dilegalkan oleh badan penyiaran atau pemerintah.

Pernah ada yang keplorot, juga ada seorang ayah datang menaiki panggung jogetan dan menggelandang anak gadisnya turun meninggalkan acara amoral itu. Tapi pemandunya menghalangi, hingga terjadi adu mulut. Akhirnya si gadis turun mematuhi arahan orang tuanya.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Cara Hakim Ambil Keputusan Bijak, Berkaca Saja pada Nabi Daud dan Sulaiman

Goyangan amoral di atas panggung dangdutan itu, meski bukan gerakan pelacur penuh, tapi itu sudah melacurkan sebagaian bodinya. Untuk mengatur acara di televisi yang merusak moral ini dan memang sangat merusak, juga tidak ada manfaatnya bagi agama apa saja, maka sesungguhnya peran wakil presiden yang kiai itu sangat cocok dan sangat mampu mengatur ini lebih berakhlaq.

Untuk apa kiai, apa gunanya menjadi ulama besar, juga pernah menjabat Ketua Majelis Ulama, juga Rais Syuriah NU, ketika kekuasaan sudah ada di tangan sebagai orang berkuasa nomor dua di negeri ini. Justru di sini ini medan pembuktian, apakah seorang Ma'ruf Amin itu kiai betulan yang punya jiwa nahi munkar atau tidak.

Tidak perlu alasan, karena umat sudah kenyang dengan alasan. Yang diperlukan adalah bukti. Jika mau, kiai Ma'ruf Amin pasti bisa mengatur acara di televisi hingga punya nilai akhlaq mulia dan mendidik. Syukur-syukur islami. Agnes Monica saja patuh kepada aturan Malaysia ketika dia manggung di sana, yakni wajib berpakaian sopan dan tidak bergoyang erotis.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Memetik Hikmah dari Kepemimpinan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO