Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*
17. Wataraa alsysyamsa idzaa thala’at tazaawaru ‘an kahfihim dzaata alyamiini wa-idzaa gharabat taqridhuhum dzaata alsysyimaali wahum fii fajwatin minhu dzaalika min aayaati allaahi man yahdi allaahu fahuwa almuhtadi waman yudhlil falan tajida lahu waliyyan mursyidaan
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty
Dan engkau akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan apabila matahari itu terbenam, menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas di dalam (gua) itu. Itulah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa disesatkan-Nya, maka engkau tidak akan mendapatkan seorang penolong yang dapat memberi petunjuk kepadanya.
18. Watahsabuhum ayqaatsan wahum ruquudun wanuqallibuhum dzaata alyamiini wadzaata alsysyimaali wakalbuhum baasithun dziraa’ayhi bialwashiidi lawi iththhala’ta ‘alayhim lawallayta minhum firaaran walamuli/ta minhum ru’baan
Dan engkau mengira mereka itu tidak tidur, padahal mereka tidur; dan Kami bolak-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka membentangkan kedua lengannya di depan pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentu kamu akan berpaling melarikan (diri) dari mereka dan pasti kamu akan dipenuhi rasa takut terhadap mereka.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia
TAFSIR AKTUAL
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan kondisi ashabul kahfi yang lari dan bersembunyi di dalam goa. Dengan iradah-Nya, mereka ditidurkan di dalamnya. Ringkasnya, goa itu sangat luas dan nyaman, dengan ventilasi yang cukup, sehingga angin bertiup dengan oksigen sangat sehat. Sejuk dan tidak ada sinar matahari yang bisa menembus ke dalam. Baik kala terbit di pagi hari, maupun ketika condong ke arah barat pada sore hari.
Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana
Mereka tidur pulas seperti dalam ruang ber-A.C. tanpa ada gangguan apapun. Matahari pun didesain tak mengusik lelap tidurnya. Semua itu adalah servis Tuhan buat hamba-Nya yang kuat iman. Tuhan telah membuktikan janji-Nya sendiri dengan menjaga penyembah-Nya yang dizalimi. "dzalik min ayat Allah ". Ayat 17 ini memperkuat keimanan kita, di mana alam juga mengerti terhadap kebutuhan hamba Allah yang patuh.
Sementara ayat 18 menambahkan tentang kondisi obyektif yang dialami oleh para pemuda goa. Mereka tidur dalam keadaan mata terbuka, sehingga andai ada orang datang melihat, maka dia akan mengira mereka itu terjaga. Padahal tidak demikian. Sungguh mereka dalam keadaan tidur yang sangat pulas. "wa tahsabuhum aiqadha wahum ruqud".
Tidak hanya itu, Tuhan memberlakukan hukum alam untuk kebaikan kondisi fisik mereka dengan cara membolak balik posisi tidur mereka. Ya miring ke kanan, telentang, dan juga miring ke kiri. Tujuannya agar sirkulasi darah tetap lancar dan tidak terjadi pembusukan pada bagian badan yang terus menerus tertindih.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Tentukan Hak Asuh, Nabi Sulaiman Hendak Potong Bayi Pakai Golok
Bahkan, Tuhan mengabarkan kondisi anjing yang menyertai. Anjing mengambil posisi di mulut goa sembari menjulurkan kaki depannya, bak security yang sigap menjaga di koridor.
Tidak ada keterangan lebih lanjut tentang anjing ini, apakah seperti keadaan majikannya yang tidur 309 tahun dan bangun lagi atau mati saat mengemban misi penjagaan di dalam goa tersebut. Keterangan al-qur'an sangat singkat, bahwa kondisigoa itu sangat serem dan menakutkan. " law ittala't 'alaihim lawallait minhum firara wa lamuli't minhum ru'ba".
Sengaja Tuhan menciptakan kondisi goa menjadi serem dan menakutkan agar tidak satu pun ada orang yang datang ke situs itu. Dengan kondisi macam itu, maka rencana Tuhan menidurkan mereka 309 tahun berjalan mulus tanpa gangguan. Untuk apa drama Tuhan macam ini?
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata
"dzalik min ayat Allah. Man yahd Allah fala mudill lah, wa man yudlil fa lan tajid lah waliya mursyida". Di itulah Allah SWT memperlihatkan tanda kebesaran-Nya. Tinggal bagaimana sikap manusia. Siapa berhidayah, maka tak satu pun kekuatan mampu menyesatkan. Siapa sesat, maka tak bakalan ada yang menolong.
Di sini, sesungguhnya al-qur'an selalu menggiring umat manusia ke ranah teologis dengan meresapi tanda kebesaran Tuhan yang tak terjangkau akal. Bagi yang paham, maka beriman begitu saja tanpa ngeyel. Ya, karena memang di luar nalar dan Tuhan memang Maha Lintas Nalar. Itulah hidayah. Maka, setiap kali orang beriman melihat alam, apalagi yang menakjubkan, maka makin bertambah imannya.
Tapi tidak bagi yang "buta", maka gadis secantik apapun sungguh tidak menarik bagi-Nya. Semua ditepis karena kebutaan. Dan itulah namanya kufur. Kadang ada orang melek tapi pura-pura buta. Dia merasa akalnya "mesti" bisa menjangkau "akal" Tuhan, lalu mengilmiah-ilmiahkan diri dan jadinya tidak ilmiah setelah dihantam oleh yang sama-sama ilmiah. Lalu gugur dengan tidak terhormat.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Cara Hakim Ambil Keputusan Bijak, Berkaca Saja pada Nabi Daud dan Sulaiman
*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News