
MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur, Prof. Dr. Asep Saifuddin Chalim, M.Ag menyambut positif akan diberlakukannya new normal.
“Iya. Kalau tidak, kapan kita akan melakukan komunikasi dan seterusnya. Kehidupan itu intinya kan pada komunikasi. Kalau tidak ada komunikasi, kan tidak ada kehidupan. Ada yang memprediksikan, kalau ingin menunggu hilang (corona) 100 persen, menunggu 15 tahun. Itu prediksi seorang ahli,” kata Kiai Asep Saifuddin Chalim kepada BANGSAONLINE.com, Jumat (29/5/2020).
Baca Juga: Di Pesantren Al Ishlahuddiny NTB, Kiai Asep Ungkap Rahasia Wali Allah Hidup Bahagia dan Bermanfaat
Hanya saja, tegas Kiai Asep, new normal atau tata kehidupan baru itu harus disertai kepatuhan terhadap protokol kesehatan. Antara lain, pakai masker, jaga jarak, dan sering cuci tangan.
“Kemudian bentengi diri dengan imunitas, dan juga dengan imanitas,” kata Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu.
Apa itu imanitas? “Baca lalailahaillallah dan banyak baca lahaula wala quwwata illa billah,” kata Kiai Asep. Menurut dia, dua bacaan itulah yang tercantum dalam Hadits yang bisa menolak dan mendorong keluarnya malapetaka, bahaya, dan penyakit.
Baca Juga: Ponpes Amanatul Ummah Dukung Program MBG
Lalu bagaimana dengan Jawa Timur. Apa perlu juga segera memberlakukan new normal? Kiai Asep sepakat, tapi dengan syarat sudah tidak ada kenaikan penyebaran Covid-19.
Nah, untuk mempercepat penghentian penyebaran virus Corona itu, Kiai Asep minta semua kepala daerah di Jawa Timur membaca istighfar 1.000 kali tiap hari. “Terutama Wali Kota Surabaya dan bupati Sidoarjo,” tegas Kiai Asep. Karena kasus Covid-19 di dua daerah ini sedang meningkat.
Kiai Asep minta kepala daerah tidak salah paham. “Membaca istighfar bukan karena banyak dosa,” katanya. Tapi, kata Kiai Asep, menurut hadits, barangsiapa yang baca istighfar, maka kesusahan dan kegundahan yang selama ini menimpa akan berubah jadi bahagia.
Baca Juga: Tinjau Kampung NU, PP Pergunu Bahas Pengoprasian Pesantren Entrepreneur di Kalteng
“Kesulitannya akan diberi jalan keluar. Kemudian Allah akan memberi rezeki,” tegas Kiai Asep yang pada sepuluh hari terakhir bulan suci Ramadan membagikan 300 ton beras dan 40.000 sarung serta uang Rp 50 ribu per orang.
Bahkan Kiai Asep yakin, jika semua kepala daerah di Jawa Timur membaca istighfar 1.000 kali tiap hari, dalam seminggu grafik Covid-19 di Jatim akan menurun. “Jika tak menurun, alamat saya kan jelas. Cari saya,” katanya. (MMA)
,
Baca Juga: Khofifah Santuni 1.200 Anak Yatim, Kiai Asep Berharap Kongres XVIII Muslimat NU Lancar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News