Andi Fajar Yulianto, S.H., CTL
Oleh: Andi Fajar Yulianto, S.H., CTL
Ir. Soekarno sang Founding Father di tahun 1920 di daerah pinggiran Bandung menemukan seorang bernama 'Marhaen', bagaimana berupaya bertahan hidup di dalam alam serba keterbatasan dan juga dalam pembatasan, dengan hanya modal semangat untuk menyambung hidup.
Dari Marhaenlah, Soekarno mendapatkan dasar roh semangat perjuangan menuju revolusi Indonesia melawan kapitalis. Sehingga, menjadikan sebuah konsep dan ajaran Marhaenisme (Sosio-Nasionalisme, Sosio-Demokrasi dan Ketuhanan Yang Maha Esa).
Singkat kata, dari filosofi hidup Marhaen inilah Soekarno mengajukan konsep pada Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) 1 Juni 1945 yang akhirnya Panitia Sembilan merumuskan redaksi Pancasila yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945.
Pada tanggal 1 Juni 2020 ini, Indonesia, bahkan dunia, masih dalam kondisi pandemi Covid-19. Di mana, masyarakat dan bangsa Indonesia dituntut untuk mengatasi sendiri pandemi di dalam negeri. Dari sinilah, nilai yang terkandung dalam Pancasila tidak bisa dilepaskan dalam upaya mengatasi pandemi. Keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pasrah berserah diri, dengan ikhtiar pemerintah bersama semua elemen masyarakat, diperlukan persatuan dan kesatuan, untuk mengatasi pandemi Covid-19 ini.
Pandemi Covid-19 yang telah memporak porandakan tatalaku kehidupan dan berdampak terhadap ekonomi maupun sosial, termasuk banyaknya karyawan/buruh pabrik yang dirumahkan atau di-PHK.
Dengan fenoma ini, maka berdikari (berdikari di atas kaki sendiri) merupakan jawaban dan jalan akhir bertahan hidup dalam masa pandemi menuju yang dikatakan new normal. Kita harus mampu hidup mandiri, yang tidak bisa hanya mengadalkan bansos dari Pemerintah.
Dan, dengan tidak ada kepastian kapan berakhirnya pandemi Covid-19 ini, maka sangat relevan kiranya dengan Roh Marhaen meleburkan diri menjadi satu kesatuan dalam bingkai nilai Pancasila.
Membumikan Pancasila bersama Roh Marhaen adalah sebuah penguatan nilai-nilai kemandirian, disiplin diri patuh pada protokoler kesehatan dalam menjalani kehidupan dengan tata laku baru yang normal untuk tetap berjuang dalam memenuhi kebutuhan hidup. Kita dipaksa untuk membuat ketahanan pangan mandiri, memiliki usaha sendiri dalam rumah yang dikelola sendiri dengan dukungan teknologi yang cukup dalam sebuah keterbatasan dan pembatasan yang ada.
Disamping itu, disiplin diri, tambah Fajar yang dilakukan secara serentak bersama sama dengan jiwa semangat persatuan dan kesatuan secara nasional, pastikan akan sangat berdampak positif, saling menyelamatkan di antara satu sama yang lainnya. " Selamat datang new normal, salam sehat dan tetap semangat," pungkasnya.
*Andy Fajar Yulianto adalah Direktur LBH Fajar Trilaksana (FT) dan Sekretaris DPC Peradi Gresik.







