Upacara 17-an Unik, Menggunakan Bahasa dan Adat Jawa, Pertama di Situs Bung Karno

Upacara 17-an Unik, Menggunakan Bahasa dan Adat Jawa, Pertama di Situs Bung Karno Saat pengibaran Sang Saka Merah Putih. (foto: MUJI HARJITA/ BANGSAONLINE)

KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Ketika daerah lain mengadakan upacara Hari Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia dengan virtual, di situs Ndalem Pojok Bung Karno menggelar upacara agak berbeda dan unik.

Keluarga besar situs rumah masa kecil Presiden Soekarno menggelar upacara dengan adat tardisi Jawa non virtual, serta menggunakan Bahasa Jawa, kecuali pembacaan Teks Pancasila dan Lagu Indonesia Raya.

Upacara unik itu digelar di halaman situs Ndalem Pojok, Desa Pojok, Kecamatan Wates, Kabupaten , Senin (17/8).

"Semua aba-aba, pakaian, cara hormat, cara berjalan dan iringan musik menggunakan tradisi Jawa. Ini memang agak sulit, lama, harus berlatih, tapi setelah berhasil luar biasa. Indah dan sarat bermakna," kata Sikan Abdillah, Ketua Panitia Tasyakkuran Hari Kemerdekaan Bangsa dan Berdirinya NKRI di Situs Ndalem Pojok.

Menurut Sikan, pelatih, dan beberapa personil harus didatangkan dari Kota Blitar. "Alhamdulillah warga bumi Bung Karno Blitar mendukung penuh acara ini," tambahnya. Adapun khusus untuk lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan pembacaan Teks Pancasila dan Proklamasi Keemerdekaan Bangsa tetap menggunakan bahasa Indonesia.

Sementara itu, peserta upacara unik ini, berasal dari berbagai kalangan termasuk anggota Komunitas Sepeda Tua Indonesia (Kosti) .

"Kami memaklumi ada beberapa warga di negeri ini yang memang tidak bisa meninggalkan upacara Hari Proklamasi Kemerdekaan Bangsa. Mungkin karena hatinya teramat cinta pada Indonesia. Dan ini fakta tidak bisa dipungkiri. Nah dalam kondisi seperti ini Ndalem Pojok hadir seperti pelipur lara," ujar Kushartoyo, Ketua Harian Persada Sukarno ini.

Menurut Kus, Proklamasi Kemerdekaan Bangsa adalah hari terbesar bangsa ini. "Saat yang berbahagia, satu hari itu lebih baik daripada 350 tahun. Tanpa ada Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia, tidak akan pernah ada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jika negara Republik Indonesia tidak ada, maka tidak akan ada juga semua yang kita nikmati saat ini," katanya.

"Bayangkan dan rasakan. Kita dijajah selama 350 tahun dan pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa kita memproklamirkan kemerdekaannya. Ini hari terbesar dalam sejarah bangsa kita. Penderitaan 350 sirna dengan Proklamasi itu," ujar pria yang juga Ketua Persaudaraan Cinta Tanah Air Indonesia ini.

Selain menggelar upacara adat Jawa, situs rumah masa kecil Presiden Soekarno ini juga menggelar upacara budaya memperingati berdirinya Negara Kesatuan Republik tanggal 18 Agustus 2020, doa bersama dan sujud syukur selama tiga hari, santunan anak yatim dan fakir miskin, dialog kebangsaan, dan yang juga istimewa adalah launching album Sang Saka. Lagu-lagu tentang Soekarno dan kritik sosial masa kini. (uji)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'BI Kediri Gelar Bazar Pangan Murah Ramadhan 2024':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO