JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Puluhan hektare tanaman padi siap panen di Desa Kepuhdoko, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang diperkirakan gagal panen lantaran diserang hama wereng.
Seperti yang dikeluhkan Sukran, salah satu petani dari desa setempat, ia mengungkapkan bahwa dalam beberapa minggu ini tanaman padi miliknya habis diserang oleh hama wereng. Padahal, usia tanaman tersebut sudah sekitar 85 hari dan siap panen.
Baca Juga: Pj Gubernur Jatim Launching Beras 'Jatim Cettar' Melalui Korporasi Petani di Jombang
“Tanaman padi saya sudah mati semua, padahal usianya sudah cukup tua dan sebentar lagi akan panen,” ucapnya pada wartawan, Rabu (26/8/2020).
Serangan hama wereng ini, lanjut Sukran, sangat ganas. Hal itu terlihat dari daun-daun padi yang berubah menjadi coklat. Padahal, sawah seluas kurang lebih 7.500 m2 miliknya sudah dilakukan penyemprotan untuk mengusir hama wereng itu. Akan tetapi, tidak berpengaruh apa-apa dan mengakibatkan padi mati.
“Kalau sudah begini ya gagal panen Mas, bukan hanya saya saja tapi petani lainnya juga sama. Kami sudah melakukan penyemprotan bahkan tiga kali dalam seminggu, tapi hasilnya tetap sama, malah padi banyak yang mati,” pungkasnya.
Baca Juga: Sulit Dapatkan Solar Bersubsidi, Petani Jombang Unjuk Rasa
Terpisah, Kepala Desa Kepuhdoko, Sutaman mengakui adanya serangan hama wereng di wilayahnya. Bahkan, hama tersebut telah menyerang tanaman padi di semua dusunnya. Sedikitnya kurang lebih ada 30 hektare.
“Petani sangat bingung karena sebelumnya diserang hama tikus, kini tanaman padi diserang hama wereng. Padahal petani juga sudah rutin melakukan penyemprotan agar hama hilang, tapi kayaknya tidak mempan,” tuturnya.
Dengan adanya kejadian ini, pihaknya memang belum melaporkan ke dinas terkait. Namun, pihaknya berencana akan segera melaporkan ke dinas setempat.
Baca Juga: Dinas Pertanian Kediri Akui Ada Serangan WBC di Lahan Petani Kecamatan Mojo
“Rencananya memang kami akan melaporkan ke dinas. Harapan kami ada bantuan dari pemerintah, bagaimana mengembalikan tanaman padi yang sudah mati, sebab harga obat-obatan juga sangat mahal, mencapai 150-185 ribu rupiah,” pungkasnya. (aan/zar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News