Tiga Mualaf Bersyahadat, Ketua PWNU Jatim Tunjukkan Bukti Nabi Isa Bukan Tuhan

Tiga Mualaf Bersyahadat, Ketua PWNU Jatim Tunjukkan Bukti Nabi Isa Bukan Tuhan Ketua PWNU Jawa Timur KH Marzuki Mustamar secara khusuk mendoakan para muallaf seusai menuntun mereka ikrar dua kalimat syahadat di Masjid Al-Akbar Surabaya, Jumat (25/9/2020). foto: mma/ bangsaonline.com

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Tiga muallaf mengikrarkan dua kalimat syahadat di depan Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH. Marzuki Mustamar. Mereka ikrar masuk Islam usai salat Jumat di Masjid Al-Akbar Surabaya, Jumat (25/9/2020). 

Sebelumnya, Kiai Marzuki Mustamar memang menjadi khotib pada salat Jumat tersebut. Dalam khutbahnya, Kiai Marzuki Mustamar mengangkat tema Islam sebagai agama Rahmatan Lil-Alamin yang menekankan saling menghormati, termasuk menghormati kelompok penganut agama lain. Terutama Kristen.  

Baca Juga: Tertarik Ajaran Islam Sejak SMP, Wanita ini Ikrar Syahadat di Usia 25 Tahun di Masjid Al Akbar

Tiga muallaf itu adalah Aditya Bagus Marendra, Shanty Setio Rini, dan Yulius Kristiawan. Aditya Bagus Marendra semula beragama Kristen Katolik. Ia kelahiran Surabaya 3 Oktber 1974.

Begitu juga Shanty Setio Rini. Ia semula juga beragama Kristen. Ia lahir di Madiun pada 10 Mei 1996.

Baca Juga: Masjid Al-Akbar Terima Dua Orang Berikrar Syahadat, KH Syarifuddin: Hijrah Harus Sungguh-Sungguh

(KH Marzuki Mustamar (kiri) saat menuntun ikrar dua kalimat syahadat Shanty Setio Rini, salah satu muallaf dari tiga muallaf yang masuk Islam).

Lalu Yulius Kristiawan, asal Lumajang kelahiran 21 april 1977. Ia semula juga beragama Kristen. Namun kemudian merasa menemukan kebenaran dalam Islam.

Sebenarnya ada satu muallaf lagi bernama Jason Lawrenno M. Tapi pria kelahiran Surabaya, 24 juli 1993, yang juga beragama Kristen itu terlambat datang.

Baca Juga: Resepsi Hari Santri Nasional 2024, PCNU Tuban Sukses Gelar Haul Masyayikh dan PCNU Award 2024

Kiai Marzuki Mustamar menuntun satu per satu para muallaf itu mengucapkan dua kalimat syahadat di masjid nasional yang diresmikan Presiden KH Abdurrahman Wahid pada 10 November 2000 itu.

Asyhadualla ilaha illalah. Waasyhaduanna Muhammadarasulullah. Saya bersaksi, bersumpah, menyatakan dengan sepenuh hati, bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali hanya Allah. Dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad utusan Allah, Rasul Allah. Dengan ini saya menyatakan: melepaskan dari semua kepercayaan kepada tuhan sesembahan selain Allah, dan (juga melepaskan diri) kepada (semua) kitab suci, selain al-Quran,” kata Kiai Marzuki Mustamar dengan lantang yang diikuti muallaf itu.

Kiai Marzuki Mustamar berharap para mulallaf itu terus beriman kepada Allah SWT. “Semoga sampai mati berketetapan hati bertauhid, Tuhan hanya satu: Allah SWT. Surga menantimu,” katanya.

Baca Juga: Yakini Kebenaran Islam, Dua Pemuda Resmi Mualaf dengan Bersyahadat di Masjid Al-Akbar Surabaya

Untuk pemantapan keimanan mereka, Kiai Marzuki Mustamar pun lalu memberi taushiah. “Menurut Al-Quran, manusia itu adalah makhluk paling mulia,” katanya.

Apa buktinya manusia paling mulia dibanding makhluk lain? Kiai Marzuki mencontohkan seseorang yang dihardik atau dicaci pasti marah. Itu suatu tanda bahwa dalam hati manusia ada perasaan mulia, punya martabat. Beda dengan binatang kambing. Meski dihardik, kambing tak bereaksi karena tak punya perasaan mulia di hatinya.

“Karena manusia itu makhluk mulia, maka dia harus menggunakan hidupnya untuk sesuatu yang lebih mulia,” katanya. Artinya, manusia harus menghamba, menyembah kepada pencipta manusia. Bukan menghamba dan menyembah kepada sesama manusia.

Baca Juga: Sah, Gus Kikin Terpilih jadi Ketua PWNU Jatim dengan Dukungan 88 Persen

Apa ada yang lebih mulia dari manusia? Ada. Yaitu pencipta manusia. “Yaitu Allah SWT,” tegas Kiai Marzuki Mustamar yang pengasuh Pondok Pesantren Sabilur Rosyad Gasek Malang Jawa Timur.

Maka – tegas Kiai Marzuki Mustamar - semua bentuk penyembahan kepada selain Allah adalah salah. Bahkan, menurut dia, menyembah kepada selain Allah justru merendahkan martabat manusia itu sendiri. “Mosok manusia menyembah kepada sesama manusia,” katanya.

Baca Juga: Spirit Tebuireng, LPNU Jatim Tingkatkan Pendampingan Ekonomi Nahdliyin

Secara tegas ia menyatakan, bahwa manusia harus menyembah kepada Tuhan. Jangan menyembah kepada yang lain. “Kalau bukan Tuhan jangan disembah,” katanya.

Lalu Tuhan itu apa? “Tuhan itu adalah Maha Segala-galanya. Kalau gak Maha bukan Tuhan. (Tuhan itu) Maha Pencipta, Maha Kuasa, Maha Menghendaki, Maha Kasih Sayang, Maha Memiliki, dan lain sebagainya,” katanya.

Kiai Marzuki Mustamar lalu menyinggung soal . “Apa Isa itu Tuhan? Apa Isa itu Pencipta?,” kata Kiai Marzuki Mustamar sembari minta maaf kepada teman-teman Nasrani.

Baca Juga: Persiapan Konferwil NU Jatim Capai 100 Persen, Pembukaan Siap Digelar Malam ini

Menurut Kiai Marzuki Mustamar, bukan Tuhan. Karena bukan pencipta. Buktinya, sebelum lahir, jagat raya ini sudah ada. Berarti jagat bukan ciptaan . Berarti Nabi isa bukan maha kuasa. Ini berarti bukan Tuhan.

Tapi kan lahir tidak alamiah, dari seorang ibu (Siti Maryam) tanpa ayah? Bukankah punya banyak mukjizat? Apa itu bukan luar biasa?

Menurut Kiai Marzuki Mustamar, nabi-nabi lain juga banyak yang lahir tidak alamiah atau lahir di luar kebiasaan. Nabi lain juga banyak yang diberi mukjizat mukjizat oleh Allah SWT.

Baca Juga: Ponpes Tebuireng Siap Gelar Konferwil NU XVIII

Kiai Marzuki Mustamar memberi contoh Nabi Adam yang lahir atau dicipta tanpa ayah dan ibu. “Kalau Isa dianggap anak Tuhan karena lahir lewat ibu tanpa bapak. Kenapa tidak menyembah Nabi Adam yng dicipta tanpa bapak dan ibu,” tanya Kiai Marzuki Mustamar sembari menyebut Siti Hawa, istri Nabi Adam yang lahir atau dicipta tanpa ibu.

Menurut Kiai Marzuki Mustamar, peristiwa penciptaan manusia melalui berbagai proses itu menunjukkan bahwa Allah SWT Maha Kuasa. Artinya, dengan cara apa saja Allah SWT bisa mencipta manusia. Ada yang lahir melalui proses pernikahan ayah-ibu seperti umumnya manusia yang lahir alamiah. "Yaitu kita ini," katanya.

Namun ada juga manusia yang lahir atau dicipta hanya melalui ibu, tanpa ayah, yaitu . Lalu ada yang dicipta atau lahir tanpa ibu yaitu Siti Hawa. Namun ada juga yang lahir atau dicipta tanpa ayah dan ibu, yaitu Nabi Adam.   

Kiai Marzuki Mustamar lalu menjelaskan soal mukjizat para Nabi. Menurut dia, memang bisa menghidupkan orang mati dan juga bisa mengobati orang buta bisa melihat. Juga bisa mengobati orang berkulit belang jadi mulus.

(KH Marzuki Mustamar menyerahkan cindera mata dari Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya kepada Shanty Setio Rini, salah seorang dari tiga mulaaf yang ikrar syahadat usai salat Jumat di Masjid Al-Akbar Surabaya, Jumat (25/9/2020). Foto: mma/bangsaonline.com)

Tapi Nabi Ibrahim, tegas Kiai Marzuki Mustamar, juga diberi mukjizat menghidupkan orang mati. “Burung yang dipotong-potong bisa dihidupkan kembali oleh Nabi Ibrahim,” kata Kiai Marzuki Mustamar.

Begitu juga mukjizat Nabi Musa. “Dengan tongkat, Nabi Musa bisa membelah air laut,” katanya.

Menurut Kiai Marzuki Mustamar, mukjizat itu diberikan kepada para nabi agar mereka bisa menunjukkan kekuasaan Tuhan kepada orang kafir, bukan agar mereka disembah.

Kiai Marzuki juga menunjukkan tentang keaslian al-Quran sebagai kitab suci umat Islam. Menurut dia, keaslian al-Quran selalu terjamin. Karena, selain jutaan umat Islam hafal al-Quran juga naskah asli al-Quran yang kali pertama dibukukan hingga sekarang tersimpaan di museum di Arab Saudi.

Beda dengan Kitab Taurat dan Injil. Menurut dia, Injil yang asli adalah bahasa Ibrani. Sekarang bahasa Ibrani sudah punah. Sehingga semua Injil yang ada sekarang adalah terjemahan. Padahal, kata Kiai Marzuki Mustamar, terjamahan itu tak bisa menjelaskan seratus persen kitab aslinya.

“Saya ini dosen terjemah,” kata Kiai Marzuki Mustamar. 

Ingin tahu lebih gamblang dan lengkap penjelasan Kiai Marzuki Mustamar tentang masalah ini? Silakan tonton di channel youtube BANGSAONLINE TV. (MMA) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO