Oleh: M Mas’ud Adnan --- Pada tahun 90-an. Saat itu saya baru nikah. Saya bersama beberapa anak muda nongkrong di warung kopi. Tak jauh dari rumah. Warung itu terletak di pinggir jalan. Sekitar 300 meter dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair).
Tiba-tiba seorang tua renta, tetangga saya, datang. MJ – sebut saja begitu namanya. Pria tua bertubuh kecil itu bergabung. Kontan orbrolan kami, anak-anak muda, berhenti. Untuk menghormati pria berkaca mata yang selalu pakai kopiah hitam itu. Tapi ia tak mau duduk. Ia tetap berdiri di sebelah saya.
Baca Juga: Situs Persada Sukarno Minta Pemerintah Bentuk Tim Kajian Hari Peristiwa G30S/PKI
Saya bergeser duduk. Sekali lagi: untuk menghormati orang tua itu. Tapi ia tetap berdiri. Tak mau duduk.
Tiba-tiba ia melontarkan kalimat mengejutkan. “Orang yang salat itu nanti masuk neraka,” katanya. Saya pikir ia pasti bercanda. Karena itu saya sempat tersenyum. Apalagi para anak-anak muda yang sedang ngrumpi di warung itu sebagian aktivis Islam.
Ternyata ia serius. “Ada dalilnya dalam al-Quran. Fawailul lil-mushallin…, artinya orang-orang yang salat masuk neraka wail,” kata dia lagi.
Baca Juga: Pengkhianat, Waktumu Sudah Habis
Saya langsung serius. Tapi belum sempat kami menanggapi, ia pergi. Saya masih ingat. Ia pakai baju batik. Berkacamata. Berkopiah hitam.
Saya tak emosi. Saya tetap hormat. Apalagi beliau sudah sepuh.
Belakangan saya tahu. Ternyata MJ anggota Partai Komunis Indonesia (PKI). Haji Toha, kakek istri saya, bercerita. MJ adalah komunis tulen. Saat Orde Lama, MJ bersama teman-temannya - sesama aktivis PKI - selalu mengganggu orang Islam salat. Terutama para tetangga dekat rumahnya.
Baca Juga: Aksi Damai DPW FPI Tolak LGBT Direspons Positif DPRD Pamekasan
Abah Toha – demikian saya memanggil kakek saya dari jalur istri itu -, termasuk orang yang sering diganggu. Jika Abah Toha berangkat salat Jumat, MJ dan kawan-kawannya melemparkan batu. Ke arah Abah Toha.
Tapi mereka tak berani menampakkan diri. Mereka sembunyi di balik bangunan. Abah Toha pun tak menghiraukan mereka. Abah Toha tetap berjalan kaki menuju masjid yang terletak di kawasan Pengkol Surabaya. Di masjid itulah Abah Toha selalu salat Jumat. Hingga akhir hayatnya.
Abah Toha memang popular sebagai Haji yang sabar. Ia asli Madura. Tapi perangainya sangat halus. Karena itu Abah Toha tak pernah menghiraukan gangguan MJ Cs. Abah Toha jejeg, tetap rajin salat, terutama salat Jumat.
Baca Juga: Selain Penjajahan, Indonesia Juga Pernah Alami Sejarah Kelam Lainnya, Salah Satunya Tragedi Trisakti
Tapi ketika peristiwa G30S PKI meletus, MJ cs datang ke rumah Abah Toha. Mereka mengiba.
“Saya minta hidup Pak Haji,” kata MJ dan teman-temannya. Dengan wajah penuh ketakutan. Mereka minta jangan dilaporkan kepada aparat, Ansor atau pengurus NU. Mereka takut dihukum akibat kejahatan mereka. Apalagi di banyak daerah kader PKI banyak yang ditumpas akibat kekejaman dan kekejian mereka terhadap kiai, tentara dan rakyat tak berdosa.
Lalu apa relevansinya dengan era sekarang? Apa makna provokasi MJ: Fawailul lil-mushallin – neraka wail bagi orang salat -dengan situasi sekarang?
Baca Juga: Ciri Utama PKI Pembohong, Pintar Membalik Fakta, Kiai Asep Minta Pancasila Jangan Diperas
Pertama, ideologi tak pernah mati, termasuk komunis. Buktinya, meski MJ cs pernah “minta hidup” kepada Abah Toha - yang seolah jera - tapi faktanya, ketika ada kesempatan, ia selalu menyebarkan ideologi komunis dengan cara memanipulasi ayat al-Quran yang diartikan secara salah.
Kedua, MJ berusaha mendekati anak-anak muda untuk mendoktrinkan ideologi komunisnya.
Saya lalu ingat dawuh KH Ahmad Hasyim Muzadi, ketua umum PBNU dua periode. Menurut dia, salah satu ciri utama PKI adalah pandai memutar balik fakta. Nah, ternyata saya menemukan fakta dalam kasus MJ yang menyebut orang salat masuk neraka.
Baca Juga: Kirim Doa Pahlawan Revolusi, Hapus Sial Bangsa dan Negara
Padahal Fawailul lil-mushallina itu ada lanjutan kalimatnya. Surat Al-Ma'un - surat ke-107 Al-Quran itu - terdiri dari tujuh ayat. Kita kutip arti lengkapnya:
Tahukah (kamu) orang yang mendustakan agama? (Mereka) adalah orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak mendorong memberi makan orang miskin. Maka celakalah (atau terkutuklah) orang yang salat (Kalimat inilah yang dikutip MJ dan aktivis PKI dengan mengartikan masuk neraka wail). (Yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya. Yang berbuat riya’ (pamer). Dan enggan (memberikan) bantuan.
Jadi, yang dimaksud orang salat tapi celaka - dalam Surat Al-Ma'un itu - karena mereka lalai terhadap salatnya, riya’ dan enggan memberikan bantuan, termasuk kepada anak yatim.
Baca Juga: Usul Jadikan 1 Oktober Hari Berkabung Nasional, Ini Alasan Lesbumi Kediri
Ironisnya, para aktivis PKI – dalam hal ini MJ - memanipuasi surat dan ayat al-Quran tersebut.
Tapi, itulah komunis. Manusia tak percaya Tuhan. Cara apapun dilakukan. Mereka merasa tak ada pertanggungjawaban atas perbuatannya. Termasuk di akhirat kelak.
Maka, wajar jika MJ Cs selalu mendiskreditkan ajaran Islam. Pria tua itu bahkan berwasiat. “Jika saya mati, jasad saya mandikan air tuak,” katanya. Wasiat itu didengar orang seantero kampung kami.
Baca Juga: Peringati Hari Kesaktian Pancasila, Bupati Lamongan Ajak Masyarakat Wasapadai Paham Komunis
Tuak adalah minuman keras tradisional. Tuak mengandung alkohol yang merupakan hasil fermentasi dari nira, beras, atau bahan minuman dari buah yang mengandung gula. Di beberapa tempat tuak diminum untuk pesta dan mabuk-mabukan.
Tak lama kemudian MJ memang mati. Tapi anak-anak dan keluarganya tak ada yang melaksanakan wasiatnya. Meski demikian, sebagian para tetangga sempat ingat dan ngerasani wasiat tak wajar itu. Wanaudzubillahi mindzalik. Wallahua’lam bisshawab.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News