Bom Siap Meledak, Dua Pimpinan Pondok Gontor, Kiai Zarkasyi-Kiai Sahal, Dikepung Tentara PKI

Bom Siap Meledak, Dua Pimpinan Pondok Gontor, Kiai Zarkasyi-Kiai Sahal, Dikepung Tentara PKI Prof Usep Abdul Matin, MA (Leiden), MA (Duke), Ph.D. Foto: MMA/bangsaonline

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Ternyata KH Muhammad Yusuf Hasyim tidak hanya menyelamatkan organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dari rongrongan PKI sehingga batal dibubarkan oleh Presiden Soekarno. Tapi juga Pondok Gontor Ponorogo. Data-data primer yang ditemukan Prof Dr Usep Abdul Matin menunjukkan bhwa Pondok Modern Gontor, KH Imam Zarkasyi dan KH Ahmad Sahal, sempat dikepung oleh tentara PKI di kaki gunung Wilis. Mereka bahkan kemudian dipenjara. Untung Kiai Muhammad Yusuf Hasyim dan kakak kandungnya, KH Abdul Kholiq Hasyim, datang tepat waktu. Maksudnya? Silakan simak seri ke-6 tulisan M. Mas’ud Adnan, wartawan HARIAN BANGSA.

Prof Usep Abdul Matin, MA (Leiden), MA (Duke), Ph.D, guru besar sejarah dan peradaban Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta mengungkapkan bahwa pada tanggal (20-an September) 1948, dua pimpinan Pondok Modern Gontor, Jawa Timur, yaitu KH Imam Zarkasyi dan KH Ahmad Sahal, beserta puluhan santrinya dan para tokoh ulama lainnya dikepung oleh tentara PKI di kaki gunung Wilis di perbatasan antara Kabupaten Nganjuk dan Madiun.

“Para tentara PKI kemudian menjebloskan mereka ke penjara di Ponorogo,” kata Prof Usep Abdul Matin dalam seminar pengusulan KH Muhammad Yusuf Hasyim sebagai pahlawan nasional di Pondok Pesantren Amanatul Ummah Jalan Siwalankerto Utara Surabaya, Jumat (30/5/2025) malam.

KH Muhammad Yusuf Hasyim sejak usia 12 tahun sudah terlibat perjuangan kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan RI. Baik dalam mempertahankan Jombang dan Madiun maupun pertempuran 10 November 1945 Surabaya.

Untungnya, KH Muhammad Yusuf Hasyim dan kakaknya, KH Abdul Kholiq Hasyim, tiba tepat waktu di tahanan tersebut. Menurut Prof Usep, Kiai Yusuf Hasyim dan Kiai Abdul Kholiq Hasyim datang dari Jombang bersama para tentara Hizbullah.

“Pasukan Hizbullah itu dipimpin mereka berdua. Mereka berdua beserta pasukan Hizbullah berhasil melumpuhkan bom-bom yang sudah dipasang oleh PKI, dan hampir saja meledak,” ungkap Prof Usep yang S3-nya lulusan Monash University, Melbourne, Australia.

Menurut Prof Usep, bom-bom itu dipasang oleh tentara PKI dengan kawat dan kabel.

“Kalau pasukan Hizbullah ini terlambat beberapa menit saja, sudah meledak dan hancur,” tutur Prof Usep sembari mengutip beberapa referensi.

Prof Usep mengungkapkan bahwa Pak Ud, panggilan KH Muhammad Yusuf Hasyim, sangat tegas dan gigih melawan PKI di Indonesia. Karena PKI secara terang-terangan ingin menggulingkan pemeritahan Indonesia yang sah, menghancurkan Islam dan ideologi Pancasila serta NKRI.

Menurut Prof Usep, peristiwa pemberontakan Madiun yang dilakukan PKI pada 1948 adalah bagian dari upaya tokoh-tokoh PKI, terutama Muso, untuk menjadikan Jawa Timur sebagai pemerintah Soviet. Tujuannya untuk mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi komunisme sekaligus membentuk pemeritahan Republik Soviet Indonesia.

Bahkan, seperti dberitakan HARIAN BANGSA, Kiai Yusuf Hasyim pada Sabtu, 22 Maret 1965, memprakarsai dan memimpin demo 25 ormas pemuda, pelajar dan mahasiswa Islam, yang berjumlah 3.000 demonstran. Mereka unjuk rasa menentang upaya PKI yang ingin membubarkan organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). PKI saat itu dekat dengan Presiden Soekarno.

Menurut Prof Usep, sebanyak 25 ormas Islam itu tergabung dalam GEMUIS (Generasi Muda Islam). Pak Ud dan 3.000 demonstran turun ke jalan di Jakarta menolak pembubaran HMI. Bahkan Kiai Muhammad Yusuf Hasyim membuat spanduk sangat heroik: Langkahi dulu mayat kami sebelum bubarkan PKI.

Tokoh HMI, Dr Alfan Alfian yang penulis buku sejarah HMI mengaku sempat penasaran.

“Sebagai penulis buku sejarah HMI, saya cari, siapa yang membuat spanduk itu. Ternyata Pak Ud (Kiai Yusuf Hasyim),” kata Alfan Alfian, tokoh HMI, dalam seminar tersebut, sembari mengatakan bahwa ia menulis buku sejarah HMI atas perintah Dr Sulastomo, Ketua Umum HMI periode 1963 – 1966.

Menurut Alfan Alfian, spanduk dan poster bertuliskan: Langkahi mayat kami sebelum bubarkan HMI, itu kemudian dibawa kemana-mana oleh para demonstran.

Pak Ud paham betul niat buruk tokoh-tokoh komunis. Karena itu Pak Ud terus menolak PKI. Pada tahun 2004, tutur Prof Usep, Kiai Yusuf Hasyim memprakarsai penolakan terhadap usaha yang akan mencabut TAP MPRS No 25/1966 tentang pelarangan PKI.

“KH Yusuf Hasyim juga mengkritisi kurikulum pendidikan nasional 2004 yang menghapus kata “PKI” dalam istilah “Pemberontakan PKI Madiun”,” kata Prof Usep yang S2-nya lulusan Leiden University, Netherlands, dan juga Duke University, North Carolina, Amerika Serikat (AS). 

Seperti diberitakan, seminar pengusulan KH Muhammad Yusuf Hasyim itu digelar atas inisiatif Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah yang populer sebagai kiai miliarder tapi dermawan. (M. Mas’ud Adnan/bersambung)