KOTA KEDIRI, BANGSAONLINE.com - UNESCO telah menetapkan batik Indonesia sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan non-bendawi pada 2 Oktober 2009. Untuk itu, tepat hari ini, Jumat (2/10), Pemerintah Kota Kediri pun turut serta memperingati Hari Batik Nasional.
Pada peringatan tahun ini, Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar didampingi Ketua Dekranasda Kota Kediri Ferry Silviana Abu Bakar, berkunjung ke salah satu gerai batik milik Nunung Wiwin Ariyanti, owner Numansa Batik yang ada di Kelurahan Dermo, Kecamatan Mojoroto. Di sini, Mas Abu -sapaan Wali Kota Kediri- bersama Bunda Fey sapaan Ketua Dekranasda Kota Kediri- melihat anak-anak yang belajar mencanting mengikuti pola di masker.
BACA JUGA:
- Pemkot Kediri Undang 50 Guru UKS Ikuti Bimtek
- Dinas Pendidikan Kota Kediri Masifkan Sosialisasi Sambut PPDB 2024, Ini Alur Pendaftaran Siswa Baru
- Ini yang Dilakukan Pemkot Kediri saat Peringati Hari Hipertensi Sedunia
- Halal Bihalal Bersama PGRI Kota Kediri, Pj Zanariah Ungkap Komitmen Pemkot di Bidang Pendidikan
Selain itu, Mas Abu dan Bunda Fey juga melihat produk-produk batik custom, batik tulis dan batik cap yang dipajang di antara berbagai corak batik. Ada beberapa yang menarik perhatian Bunda Fey, salah satunya corak batik cap yang proses pembuatannya langsung menggunakan daun asli. Dalam kunjungan tersebut, Mas Abu dan Bunda Fey juga memberikan cinderamata untuk anak-anak agar semakin termotivasi untuk berkreasi.
Ditemui usai kegiatan, Bunda Fey mengajak masyarakat Kota Kediri untuk lebih mengenal batik lokal asli Kota Kediri. “Di Hari Batik Nasional, mari kita peringati dengan berbelanja batik asli dari wilayah kita sendiri, yaitu wilayah Kota Kediri. Karena dengan membeli batik yang asli yang benar-benar digambar bukan printing, kita mendukung karya mereka, ada nilai, ada value di dalam sana,” jelasnya.
Menurutnya, perkembangan batik di Kota Kediri terus bertambah. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Kediri, ada 30 merek batik yang tersebar di seluruh kelurahan. Di antaranya di Dermo, Mrican, Dandangan, Rejomulyo dan lain-lain. Selain itu, Bunda Fey berharap ke depan akan ada regenerasi dari kaum muda yang menekuni batik.
“Kediri khasnya itu dengan batik-batik yang motifnya ringan, enteng, bukan yang njlimet seperti Solo dan Jogja. Kita mengapresiasi batik mereka, karena motif-motif yang ada dari lingkungan kita. Untuk regenerasi, ini Mbak Nunung sendiri dia memanfaatkan mayoritas ibu-ibu, belum ada yang muda-muda. Harapan saya nanti anak turunnya nanti mau lah mengikuti jejak orang tuanya,” harapnya.
Sementara itu Plt Kepala Disperdagin Kota Kediri, Nur Muhyar menuturkan, pada peringatan Hari Batik Nasional sebelum pandemi, para pengrajin berkreasi dengan membagi-bagi suvenir di simpang-simpang jalan, atau mencanting bersama di taman. Namun karena pandemi saat ini, hal-hal tersebut tidak memungkinkan untuk dilakukan.
“Jadi, sebagai penanda Hari Batik Nasional, Bapak Wali Kota dan Ketua Dekranasda Kota Kediri berkenan untuk mengunjungi salah satu pelaku usaha batik. Kegiatan ini dilakukan untuk lebih menekankan kecintaan pada batik sejak dini,” ungkapnya.
Nur Muhyar juga menyampaikan berbagai upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kota Kediri untuk para pelaku usaha batik di Kota Kediri. Di antaranya mendorong pengrajin batik sejak sepuluh tahun terakhir dengan Perwali Nomor 15 Tahun 2016. Yaitu, setiap hari Selasa harus berbatik.
“Kita juga pernah memagangkan para pelaku batik ke Jogja selama seminggu untuk meningkatkan kapasitas produksi mereka. Kita juga fasilitasi batik mark untuk pelaku batik sebagai penanda itu merupakan batik asli Indonesia, batik nusantara dari Kemenperin. Dan saat ini jumlah pengrajin ada 30, tapi untuk sentra berada di Kelurahan Dermo dan Dandangan. Dengan peminat yang terus meningkat bahkan sampai luar kota,” tandasnya.
Klik Berita Selanjutnya