BangsaOnline - Syetan mengawali penuturannya dengan memaparkan segala kelebihan dan kekurangan teman si Sufi yang menjadi sasaran penjerumusan. Dikatakan bahwa dia sangat suka bersilatur-rahim ke kawan-kawannya, baik yang dekat atau yang kurang dekat. Dari kunjung mengunjung inilah, syetan membaca peluang kecil, kemudian memanfaatkan secerdas mungkin.
Tidak sekedar mempelajari amal baiknya, syetan juga mempelajari makanan kesukaannya. Tidak sekedar itu, syetan juga mempelajari kawan-kawan dekatnya. Syetan menemukan peluang emas dalam cangkrukan malam, lalu dijadikan piranti pendukung untuk menggoda dan menjerumuskan sang sufi ahli munajah tadi. Padalah, itu cangkrukan positif dalam majlis ilmu. Kronologinya begini:
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty
Dimulai dari waktu bersilatur-rahim, walhasil dikondisikan setelah shalat Isya'. Dihiasai dengan ngomong-ngomong kecil, seperti soal keluarga, anak, teman, peristiwa up to date dan lain-lain, di samping masalah agama dan diskusi ilmiah yang menjadi topik utama.
Beberapa malam, sang sufi masih bisa menjaga waktu, termasuk tidur dan bangun malam tepat pada waktunya. Lambat laun, obrolan makin menjadi-jadi dan tanpa terasa hingga seringkali berakhir larut malam. Sekedar larut malam saja tidak cukup dan penggodaan kurang efektif. Lalu syetan menambah satu jurus lagi.
Syetan memanfaatkan anggota majlis yang dermawan agar mau bersedekah makanan lezat kesukaan sang guru sufi. Dan itu wajar sebagai penghormatan terhadap tuan guru pengajar ilmu agama. Jadinya, setiap kali ada pertemuan, selalu tersedia makanan lezat kesukaan sang sufi. Mulanya sang sufi hanya makan sedikit, karena kuatir berat saat bangun malam nanti. Oke, syetan sangat sabar menanti.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia
Syetan masuk di lidah hingga merasakan enak makan dan lahap. Syetan yang lain memerintahkan tuan rumah agar bersikap sangat ramah dengan terus mendorong-dorong sang sufi agar nambah lagi.
"monggo tuan guru, silakan nambah lagi, enak kok masakan yang ini, yang itu dst."
Sang sufi menurut hingga terasa kenyang. Pulang di rumah, si Syetan langsung membisik,
Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana
"sudahlah, istirahat sebentar, jaga baik-baik kesehatanmu, beri hak istirahat untuk mata, pikiran dan tubuhmu, itu amanat agama. Segera tidurlah dan nanti bangun malam".
Seperti manusia kebanyakan, karena perut kenyang, badan lelah, tidurpun jadi lelap. Saat itu, syetan terus-menerus meniupkan kelelapan hingga datang waktu Shubuh, barulah sang sufi terbangun.
"astaghfirullah al-Adhim". Sang sufi menyesali diri. Tak mau kehilangan buruan, setiap kali sang sufi menyesali karena tidak bertahajud malam, Syetan segera meredam dan membisik.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Tentukan Hak Asuh, Nabi Sulaiman Hendak Potong Bayi Pakai Golok
"tidak apa-apa, toh hanya sesekali saja dan tidak terus-terusan. Wajarlah, anda kan manusia, bukan malaikat dan bukan pula nabi. Masih banyak amalan istiqamah yang dulu-dulu anda lakukan".
Pada pertemuan berikutnya, sang sufi lebih semangat. Kali ini ada tujuan lain yang terselubung. Pertama, silatur-rahim. Kedua, mudzakrah, diskusi ilmu agama dan ketiga, ingin menikmati makanan kesukaan. Di sinilah, kemurnian niat sang sufi mulai tercemari oleh nafsu makan malam. Akibatnya, tidur makin lelap dan akhirnya sang sufi sering meninggalkan munajah dan shalat tahajujd. Syetan sukses memainkan tehnik penggodaan super canggih: tazyin dan ighwa'.
Apalagi terhadap insan seni, Seni sangat efektif untuk membelokkan amal bagus menjadi hampa dan tidak disukai Tuhan. Sebut saja seni membaca shalawat Nabi. Membaca shalawat adalah amal ibadah yang diperintah agama. Siapa yang bershalawat sekali, maka Nabi akan membalasnya 10 kali.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata
Persolannya kini, kualitas shalawat macam apa yang diterima Nabi?. Tentu yang bagus, khusyu' dan ikhlas. Tidak mungkin shalawat campur kengengesan diterima, tidak mungkin dengan egal-egol nabi sudi menaggapi. Banyak orang yang dalihnya membaca shalawat, tapi sejatinya bernyanyi dan mencari uang.
Rumusannya begini: bila musik lebih diperhatikan ketimbang kekhusyu'an hadir di hadirat Nabi, berarti lebih cenderung bernyanyi. Waspadalah, syetan sangat lihai memerankan tehnik tazyin dan ighwa' dalam menggoda manusia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News