BANDA ACEH, BANGSAONLINE.com - M Mas’ud Adnan, owner HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com mengikuti rombongan Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A. ke Aceh selama 4 hari. Mulai Rabu (23/12/2020) hingga Sabtu (26/12/2020) pagi. Banyak catatan menarik selama berada di Serambi Makkah itu. Di antaranya ziarah ke Syaikh Kuala yang makamnya utuh saat Aceh diterjang tsunami. Juga keindahan Masjid Raya Baiturrahman, dan raibnya wanita penghibur pasca tsunami serta mahalnya mahar nikah yang mencapai ratusan juta. M Mas'ud Adnan menuliskan perjalanan menarik itu secara bersambung. Selamat mengikuti:
Rombongan Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A. tiba di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda sekitar pukul 15.00 WIB, Rabu (23/12/2020). Rombongan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojoketo Jawa Timur itu terdiri dari KH. Fathurrohman, Wakil Ketua PP Pergunu yang juga “ajudan” Kiai Asep, Dr. Fadly Usman, Wakil Ketua Umum PP Pergunu dan Dosen Universitas Brawijaya (UB) Malang, Mohammad Santoso, anggota DPRD Kabuapten Mojoketo, dan tentu saja saya sendiri.
Baca Juga: Aneh, Baca Syahadat 9 Kali Sehari Semalam, Dahlan Iskan Masih Dituding Murtad
Di bandara Sultan Iskandar Muda, rombongan disambut para Pengurus Wilayah (PW) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Aceh dan Pengurus Cabang (PC) Pergunu Aceh Besar dan Banda Aceh. Para guru NU itu membentangkan spanduk “Selamat Datang Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A.”
Rombongan langsung melaju ke Kyriad Hotel Muraya Bande Aceh. Istirahat. Usai maghrib, Kiai Asep Saifuddin Chalim dan rombongan dijamu di Pendopo Gubernur Aceh. Yaitu di Restoran Meuligoe Gubernur Aceh, Banda Aceh, Rabu (23/12/2020) malam.
Baca Juga: Elektabilitas Terus Melejit, Khofifah: Banyak Doa Kita Temukan di Pasar
(M. Mas'ud Adnan saat di makam Syaikh Kuala Aceh. foto: bangsaonline.com)
Dalam jamuan makan malam yang menunya serba kuliner Aceh - seperti kopi Aceh - Kiai Asep dan rombongan ditemui Kepala Dinas Syariah Islam Aceh Dr. Emka Elidar mewakili Gubernur Aceh yang berhalangan hadir.
Dalam acara ramah tamah itu, Emka Elidar menyambut baik kedatangan Kiai Asep yang merupakan Ketua Umum Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu). Kiai Asep selain dikenal sebagai ulama besar yang memiliki 10.000 santri, juga putra kiai salah satu pendiri NU KH Abdul Chalim Luwimunding Jawa Barat.
Baca Juga: Ketum Pergunu Prof Kiai Asep: Ratu Zakiyah Simbol Idealisme Kita
Dalam acara yang dihadiri Dr. Saifullah Idris, Wakil Rektor UIN Ar-Raniri itu, Elidar mengatakan bahwa NU adalah mitra pembangunan Pemerintah Aceh. Menurut dia, NU selain organisasi keagamaan terbesar, juga motor kemerdekaan RI. Karena itu, Elidar mengucapkan terima kasih kepada Kiai Asep berkenan datang ke Serambi Mekkah itu.
Kiai Asep mengaku sangat terkesan dengan Aceh. “Saya merasa damai dan tenteram. Tak seperti yang diberitakan selama ini,” kata Kiai Asep. Menurut Kiai Asep, religiusitas rakyat Aceh luar biasa, terutama dalam penerapan syariah Islam.
“Saya merasakan damai dan tenteram seperti ini hanya di Rabat Maroko,” kata Kiai Asep. Tentu disamping di Makkah dan Madinah.
Baca Juga: Kiai Asep Bentuk Saksi Ganda Mubarok dan Khofifah-Emil, Gus Barra Siap Biayai Siswa Berprestasi
Karena itu, Kiai Asep saat memberi sambutan mendorong pentingnya iman dan takwa kepada Allah SWT. “Allah SWT akan membuka pintu keberkahan langit dan bumi jika masyarakat beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Itu janji Allah langsung dalam al-Quran," kata Kiai Asep.
Pada Kamis (24/12/2020), Kiai Asep melantik PC Pergunu Aceh Besar. Dalam acara itu Kiai Asep juga jadi pembicara seminar bersama Ketua PWNU Aceh Tgk H Faisal Ali.
Kiai Asep dan rombongan lalu ziarah ke makam Syaikh Abdurrauf bin Ali al-Fansuri As-Sinkili. Terkenal dengan gelar Teungku Syiah Kuala (bahasa Aceh yang artinya Syaikh Ulama di Kuala).
Baca Juga: Kiai Asep Yakin Mubarok Menang dalam Pilkada Mojokerto 2024, Inilah Target Kemenangannya
Syaikh Kuala penganut tarikat Syattariyah. Bahkan Syaikh Kuala inilah yang kali pertama mengenalkan tarikat Syattairiyah di Indonesia.
(Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A. bersama rombongan setelah berada di atas batu di pantai menyaksikan laut yang menghampar luas di kawasan makam Syaikh Kuala di Banda Aceh. foto: bangsaonline.com)
Baca Juga: Kagumi Prestasi Amanatul Ummah, Kementerian Pendidikan Malaysia Studi Banding ke Pacet Mojokerto
Makam Syaikh Kuala terletak sekitar 300 meter dari pantai. Di dekat masjid. Tepatnya, di Desa Deyah Raya Kecamatan Kuala, sekitar 15 kilometer dari Banda Aceh. Pemandangan di sekitar makam Syaikh Kuala sangat indah. Selain terletak di bibir pantai, juga banyak bangunan khas Aceh. Suasanya mirip pondok pesantren.
Kawasan makam Syaikh Kuala memang termasuk wilayah pendidikan agama. Saya mendengar suara seorang sedang ceramah atau pengajian lewat pengeras suara. Suasananya sangat religius.
“Saat tsunami air laut di sini, katanya, sampai setinggi 9 meter,” tutur Muslem Hamdan, Ketua PW Pergunu Aceh yang mengantar rombongan Kiai Asep.
Baca Juga: Menteri Sandiaga Uno Gunting Pita Monumen KH Abdul Chalim, Resmikan Desa Wisata Religi Leuwimunding
Tapi ajaib. Makam Syaikh Kuala tetap utuh. Padahal semua bangunan di kawasan pantai ini habis rata dengan tanah. Syiah Kuala memang dikenal sebagai waliyullah.
Saat tsunami menghantam Aceh, memang banyak terjadi keajaiban. Beberapa masjid tetap utuh, meski bangunan di sekitarnya hancur lebuh diterjang tsunami. Di antaranya Masjid Raya Baiturrahman dan Masjid Baiturrahim.
Dalam catatan Wikipedia, Syiah Kuala atau Syaikh Kuala lahir di Singkil pada tahun 1615. Kemudian wafat pada tahun 1693 di Banda Aceh. Ia dikenal sebagai ulama besar dan berpengaruh dalam menyebarkan agama Islam di nusantara, terutama di Sumatera.
Baca Juga: Pergunu Sebut 42.0 % Korban Pinjol Berprofesi Guru, Kiai Asep: Jangan Boros, Jangan Pelit
Putra Ali Fansuri ini melahirkan kitab Miratuth Thullab: Fi tashiili ma’rifati ahkaamisy syar’iat lil maliki wahhab.
Kiai Asep dan rombongan membaca tahlil dan berdoa khusuk di makam ulama legendaris ini. Keluar dari makam Syaikh Kuala, Kiai Asep dan rombongan menyaksikan pantai dan laut yang terbentang luas. Tafakkur sambil mengenang musibah tsunami yang menelan korban ratusan ribu manusia di Aceh.
(Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A., saat naik ke atas batu ditarik M Mas'ud Adnan (dari atas batu) dan Muslem Handani di pantai kawasan makam Syaikh Kuala di Aceh. foto: bangsaonline.com)
Kiai Asep dan rombongan bahkan sempat naik ke atas batu-batu besar yang menjadi pembatas laut dan daratan di sekitar makam sang waliyullah. Menyaksikan hamparan laut yang sangat luas dan indah.
Saya melihat banyak sekali warga (mungkin wisatawan) yang menikmati indahnya partai. Sebagian mengendarai mobil, sebagian lagi sepeda motor. Sebagian juga tampak asyik berselfi dengan latar belakang indahnya partai dan laut yang menghampar luas. (m mas’ud adnan/bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News