Ning Lia: Pemuda Harus Mampu Beradaptasi dengan Perkembangan Zaman

Ning Lia: Pemuda Harus Mampu Beradaptasi dengan Perkembangan Zaman Ketua Perempuan Tani HKTI Jatim Dr. Lia Istifhama menerima cendera mata dari panitia dialog publik yang diselenggarakan PC PMII Sampang belum lama ini. (foto: ist)

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Pemuda adalah kader pemimpin di masa depan, karena itu pemuda harus mampu beradaptasi (adaptif) dengan perkembangan zaman. Karena setiap zaman memiliki tantangan yang berbeda. Pernyataan itu disampaikan Aktivis Milenial .

Alumnus Aktivis PMII Surabaya yang akrab disapa Ning Lia ini mengatakan, pemuda harus mampu membangun motivasi dan optimisme. Caranya dengan memadukan literasi (teori) yang diaplikasikan dengan kondisi terkini (kekinian).

Baca Juga: Kunker ke SMKN 3 Bangkalan, Anggota DPD Lia Istifhama Disambati Inpassing dan Sertifikasi Guru

"Saya ingin menekankan posisi pemuda sebagai calon pemimpin harus adaptif dengan perkembangan zaman. Islam itu li kulli zaman wal makan, sifatnya universal dan melihat bagaimana perkembangan waktu serta kondisi lapangan, dalam hal ini karakter wilayah yang ditempati orang Islam. Jadi, pemimpin harus pandai menganalisis keadaan," terang perempuan yang masuk dalam 22 Tokoh Muda Inspiratif Jatim versi Forkom Jurnalis Nahdliyin tersebut, Rabu (27/1/2021).

Doktor Ekonomi Islam dari UINSA Surabaya ini menjelaskan, seperti yang tertulis dalam kaidah Islam bahwa subbanul yaum rijaalul ghod, yakni pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Karena sebagai calon pemimpin, maka harus menjadi pribadi utuh.

Lia mengutip Ibnu Khaldun yang membagi empat karakter kepemimpinan, yaitu memiliki pengetahuan, kejujuran, kompetensi, dan kesehatan fisik. Semuanya harus diinternalisasi, apalagi terkait pengetahuan (ilmu) dan kejujuran, karena itulah yang akan membangun identitas pemimpin yang berjiwa sosial.

Baca Juga: Pascaterpilih Anggota DPD RI, Ning Lia Bolak-Balik Jadi Sasaran Hacker

"Prinsip leadership is action, not position, itu sangat penting. Karena sebuah posisi atau jabatan hanyalah sarana untuk melakukan kebaikan bagi orang lain. Power is a means, not an end. Kalau sebuah jabatan tidak diisi dengan aksi sosial ataupun bentuk-bentuk kepedulian, maka akan muspro, tidak memiliki value atau nilai manfaat bagi orang lain," urai putri Mantan Komandan Banser NU Jatim K.H. Masykur Hasyim tersebut.

Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim ini mengapresiasi proses kaderisasi berjenjang yang konsisten dilaksanakan oleh Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

Menurutnya, langkah itu akan menghasilkan kader yang mumpuni dan beradaptasi dengan tantangan zaman. Hal itu dia sampaikan saat menjadi salah satu pemateri di Pelatihan Kader Lanjutan (PKL) yang diselenggarakan PC PMII Kabupaten Sampang Pimpinan Abdul Aziz di Gedung BPU Sampang.

Baca Juga: Jangan Main-Main dengan Kata Kiblat, Ketahui Sejarah Perpindahannya yang Penuh Hikmah

Acara yang dibuka oleh Ketua Umum PKC PMII Jawa Timur Abdul Ghoni itu berlangsung 25 hingga 30 Januari 2021 di Gedung BPU Sampang.

Acara tersebut berlangsung sesuai protokol kesehatan. Kemudian berlanjut dengan dialog publik dengan topik "Positioning SDM Millenial dalam Kancah Sosial Politik". Dengan pembicara Gus Ghufron Siradj, Sekretaris Wilayah GP Ansor Jatim Adi Imansyah, Ketua KPU Sampang, dan selaku Ketua Perempuan Tani HKTI Jatim. (mdr/zar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO