Tabungan Ludes, Tersedot Tagihan Listrik Rp 200 Juta, Dahlan Iskan: Tagihan Jauh dari Normal

Tabungan Ludes, Tersedot Tagihan Listrik Rp 200 Juta, Dahlan Iskan: Tagihan Jauh dari Normal Dahlan Iskan di areal tanaman gandum di pedesaan di Amerika Serikat (AS). foto: ist

SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Wartawan kondang Dahlan Iskan luar biasa. Tulisanya sangat bernas. Bukan saja enak dibaca tapi juga penuh makna dan kaya warna.

Baca saja tulisannya kali ini. Ia bercerita tentang listrik yang mati empat hari. Dampaknya luar biasa. Ada anggota DPR yang sial. Jadi bulan-bulanan di media sosial melancong saat terjadi bencana. Tapi ada anggota DPR yang punya jiwa sosial. Mampu mengumpulkan dana Rp 60 miliar. Untuk bantu rakyat yang terdampak bencana.

Baca Juga: Suriah Kini, Mengulang Tragedi Penghancuran Irak dan Libya

Listrik kadang memang masih jadi problem di semua negara. Termasuk negara maju sekalipun. “Saya juga masih sering melihat –di pedalaman Amerika– tiang listriknya terbuat dari kayu,” tulis Dahlan Iskan yang dikenal sangat produktif.

Tulisan Dahlan Iskan itu dimuat di Disway dan HARIAN BANGSA pagi ini, Rabu (24/2/2021). Nah, tulisan mantan menteri BUMN itu kami turunkan di BANGSAONLINE.com hari ini (Rabu (24/2/2021). Selamat membaca:

AWALNYA ia senang sekali. Tetangganya mati lampu. Ia sendiri yang hidup. Tetangganya kedinginan. Ia bisa menyalakan pemanas.

Baca Juga: Kiai Asep Beri Reward Peserta Tryout di Amanatul Ummah, Ada Uang hingga Koran Harian Bangsa

Beberapa tetangga ia bantu: menghangatkan badan di apartemennya.

Tiga hari kemudian ia sedih sekali: tagihan listriknya naik 70 kali lipat. Dari biasanya USD 180 menjadi USD 17.000. Atau sekitar Rp 200 juta.

Ia tahu melonjaknya tagihan itu dari kartu kreditnya. Tiba-tiba isi kartunya tinggal USD 200. Sekitar Rp 3 juta. Tabungannya praktis ludes. Padahal ia seorang pensiunan.

Baca Juga: Kedudukan Pers Sangat Tinggi dalam Undang-Undang, Wartawan Harus jaga Marwah Pers

Itu terjadi di , Amerika Serikat, pekan lalu. Ketika listrik mati selama 4 hari. Musim salju yang hampir tidak pernah sampai di hari itu mencekam. Sampai minus 19 derajat Celsius. Aneh sekali. Total yang meninggal 22 orang. Termasuk dua orang yang pilih tidur di mobil dengan penghangat –keracunan asap.

Di Amerika banyak perusahaan listrik. Pengguna bisa memilih sendiri dapat listrik dari perusahaan yang mana. Semuanya swasta.

Itulah sebabnya di tengah listrik mati ada saja yang tetap hidup –karena listriknya dari perusahaan yang berbeda.

Baca Juga: Dituding Murtad, Dahlan Iskan Jawab dengan Shalat

Sabtu lalu listrik hampir kembali normal di . Tapi tagihannya yang jauh dari normal. Seperti yang dialami pensiunan tadi. Yang jadi berita besar di media . Lonjakan tagihan itu juga dialami jutaan orang lainnya.

Maka setelah heboh pemadaman terpanjang dalam sejarah Amerika kini pindah heboh ke tagihan listrik.

Di samping heboh listrik juga heboh air minum. Gara-gara listrik padam instalasi penjernihan air juga terganggu. Maka mengeluarkan seruan agar masyarakat memasak air dari kran. Di Amerika air dari kran sebenarnya layak langsung diminum. Kali ini dianjurkan untuk sementara agar dimasak sampai mendidih.

Baca Juga: Aneh, Baca Syahadat 9 Kali Sehari Semalam, Dahlan Iskan Masih Dituding Murtad

Gubernur babak belur. Anggota DPR dari juga diserukan untuk segera bersidang. Darurat tagihan listrik tidak kalah dengan darurat mati lampu.

Sedang anggota DPR yang satu ini sial. Ia dari Partai Republik. Namanya terkenal sekali: Ted Cruz. Ia jadi bulan-bulanan di sosmed. Di tengah krisis itu ia pergi rekreasi. Dengan istri dan anak-anaknya. Ia terlihat terbang ke Cancun –pantai indah di Mexico–satu jam terbang dari . Besok sorenya ia tampak tergopoh-gopoh terbang kembali ke . Tapi namanya sudah telanjur bengab.

Justru anggota DPR dari Demokrat dari New York yang terlihat aktif bakti sosial: Alexandria Ocasio-Cortez itu. Wanita. Muda. Lajang.

Baca Juga: Tambah Wawasan soal Dunia Jurnalistik, Siswa SMA AWS Kunjungi Kantor HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE

Dalam tiga hari ia bisa menggalang dana Rp 60 miliar untuk bencana . Ia belikan air galon dan botol. Untuk ikut mengatasi krisis air minum di sana.

Mengapa tagihan listrik itu melonjak?

Di hampir tidak punya cadangan listrik. Antara produksi dan konsumsi nyaris sama. Perusahaan pembangkit di hanya mau memproduksi listrik sebatas yang sudah dipesan.

Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana

Nyaris tidak punya cadangan.

Itu untuk mengejar efisiensi agar bisa tinggi.

Menyediakan cadangan yang listriknya belum tentu dipakai dianggap terlalu mahal. Tidak efisien. Boros.

Baca Juga: Dimeriahkan Puluhan Doorprize, Jalan Sehat HUT ke-10 BO dan Bazaar UMKM Diserbu Ribuan Warga

Pembangkitnya pun dibuat efisien. Jaringan pipa gas juga dibuat efisien. Jaringan transmisi juga dibuat efisien. Tidak perlu diberi pelindung dari cuaca dingin. jarang sekali bersalju. Selalu saja lebih panas dari wilayah Amerika sebelah utara.

Pekan lalu tiba-tiba saja bersalju. Utamanya sekitar Dallas dan Antonio. Suhu turun drastis. Sampai minus 19 derajat Celsius. Banyak pembangkit mati. Setidaknya 30 persen pembangkit di berhenti produksi.

tidak bisa ''impor'' listrik dari negara bagian lain. pilih merdeka listrik. Tidak mau ada transmisi yang terhubung dengan negara bagian lain. Dalam keadaan krisis pekan lalu egoisme kena batunya.

Beberapa pembangkit listrik memang punya cadangan. Sedikit. Sebatas untuk jaga-jaga sendiri. Cadangan itu diminta dihidupkan. Untuk ikut mengatasi krisis. Mereka mau. Mereka menetapkan syarat: listriknya harus dibeli dengan harga khusus. Mahalnya bukan main: kalau harga normal 9 dolar/kWh, harga krisis itu 70 kali lipat. Mau dijalankan, tidak mau tidak apa-apa.

Harga listrik darurat itulah yang ditagihkan ke pelanggan. Seperti ke pensiunan tadi. Yang sampai membuat tabungannya ludes.

Setelah ini tentu akan ada kajian: boros mana memiliki cadangan yang cukup dibanding terjadi krisis listrik seperti itu.

Tentu akan ada kajian juga: apakah sistem isolated seperti lebih baik dari terhubung dengan jaringan antar negara bagian.

Di Indonesia, sistem yang dipilih adalah ini: PLN harus punya cadangan 20 persen. Bahwa cadangan itu membuat kurang efisien, itulah harga yang harus dibayar agar tidak terjadi krisis.

Dalam hal jaringan transmisi, Indonesia tidak punya pilihan: harus isolated per pulau. Satu pulau satu jaringan terhubung.

Krisis listrik di mengingatkan negara itu akan rapuhnya sistem kelistrikan di sana. Yang ternyata tidak maju-maju amat. Saya juga masih sering melihat –di pedalaman Amerika– tiang listriknya terbuat dari kayu.

Sedang di Tiongkok saya melihat –sejak 10 tahun lalu-sudah ada transmisi DC –bukan AC– dengan kapasitas 1.000 kV. Untuk mengirim listrik sejauh 3.000 km dari Mongolia di utara ke Guangzhou di selatan.

Memang hanya sistem DC yang bisa mengirim listrik dalam jumlah besar untuk jarak jauh. Kalau itu menggunakan cara AC –seperti di tempat lain di dunia– listriknya akan habis ''menguap'' di perjalanan. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Setahun Tak Ada Kabar, Korban Longsor di Desa Ngetos Nganjuk Tagih Janji Relokasi':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO