SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Kilang minyak Pertamina yang berada di Balongan Kabupaten Indramayu Jawa Barat terbakar dan meledak, Senin (29/3/2021) dini hari. Kilang minyak ini beroperasi sejak 1994 dan merupakan salah satu kilang minyak terbesar di Asia Tenggara ini.
Berapa kerugian akibat kebakaran itu? Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mencatat, kerugian yang dialami Pertamina akibat terbakarnya Kilang Balongan cukup besar. "Angka pasti saya enggak bisa jawab, karena saya enggak punya datanya. Perkiraan bisa ratusan miliar, tapi angka pasti saya nggak bisa jawab," kata Fabby dikutip okezone.com, Rabu (31/3/2021)
Baca Juga: Politikus PDI Perjuangan Ungkap Alasan Ahok Layak Maju di Pilgub Sumut 2024
Hitungan Fabby didasari pada jenis-jenis kerugian yang dialami Pertamina. Pertama, distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berhenti sementara. Pemberhentian produksi sendiri disebabkan empat tangki penyimpanan BBM dilalap api seperti, tangki T-301, -301G, T301-F, dan T-301E. Secara keseluruhan ada 72 tangki di Kilang Balongan.
"Yang jelas, kalau kita menghitung kerugiannya itu, satu, kerugian akibat minyak yang terbakar. Kan itu ada empat tangki ya, yang terbakar. Ada tangki yang terbakar, maka di situ ada minyak yang siap untuk di jual atau didistribusikan. Satu kerugiannya itu," katanya.
Kedua, kerugian infrastruktur. Usai kebakaran itu, perseroan negara harus menggelontorkan dana untuk pembagunan kembali empat tangki dan peralatan pendukung lain.
Baca Juga: Viral Ahok Bilang Jokowi dan Gibran Tak Bisa Kerja, PAN pun Bereaksi
Ketiga, kerugian karena adanya biaya untuk melakukan pemadaman. Dana pemadaman diperkirakan cukup besar. Kemudian kerugian akibat terhentinya operasi kilang selama beberapa hari mendatang.
"Kata pertamina 5 hingga 6 hari, tapi saya memperkirakan bisa lebih daripada itu, apalagi akan ada investigasi. Sementara investigasi bisa dilakukan jika semuanya padam. Lalu butuh beberapa hari bagi polisi untuk melakukan olah TKP, selama proses itu, kilang mungkin tidak berjalan. Artinya, selama kilang tidak berjalan, maka penerimaan dari kilang akan berkurang karena tidak ada produksi," kata Fabby.
Terakhir adalah kerugian dari selisih harga biaya impor BBM. Fabby menilai, Pertamina harus melakukan impor untuk menutupi 125.000 per barel per hari. Langkah ini seiring dengan berhentinya pendistribusian minyak. "Walau sekarang masih aman cadangan pasokan BBM, tapi kedepan kemungkinan impor, nah ada biaya tambahan impor," katanya.
Baca Juga: 4 Kebakaran Kilang Minyak Terbesar di Dunia
Sementara Komisaris Utama Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tak mau komentar banyak saat ditanya tentang kerugiannya. “Sedang direksi hitung. Bisa ditanyakan itu," ujar Ahok saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Rabu (31/3/2021). (tim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News