Penyanyi Dangdut, Cita Citata, mendengarkan pembahasan oleh Anggota Dewan dapil Papua, diruangan Fraksi Gerindra, Gedung Nusantara I, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, 18 Februari 2015. TEMPO/Dhemas Reviyanto
																					BangsaOnline - Pernyataan menyudutkan dan menghina masyarakat Papua oleh pedangdut 
Cita Citata melalui satu televisi swasta nasional tetap diproses secara 
hukum, kata Fien Yarangga, dari Jaringan Hak Asasi Manusia (HAM) 
Perempuan Papua.
"Tentunya hal itu harus dipertanggungjawab di 
depan hukum," kata Fien kepada wartawan di Kota Jayapura, Ahad, 22 
Februari 2015, menanggapi pernyataan pelantun Sakitnya Tuh di Sini dan Goyang Dumang itu.
Menurut
 Fien, klarfikasi dan permintaan maaf yang disampaikan Cita Citata di 
televisi beberapa hari belakangan ini tidak langsung menyelesaikan 
penghinaan yang terlanjur menyakiti hati orang Papua.
"Pernyataan
 Cita Citata sangat melecehkan martabat kaum perempuan Papua. Dia harus 
bisa bertanggung jawab sebagai seorang publik figur," kata Fien.
Yarangga
 menyampaikan bahwa pihaknya bersama Forum Kerjasama (Foker) LSM Papua 
telah menyerahkan persoalan tersebut kepada penasihat hukum Yan 
Christian Werinussy untuk dikaji lebih dalam. Dan dalam waktu dekat akan
 menempuh jalur hukum.
"Harapannya persoalan dari Cita Citata ini
 menjadi pelajaran bagi kita semua bahwa tidak sepatutnya mengeluarkan 
pernyataan yang bisa menyudutkan salah satu suku, etnik, budaya yang ada
 di Indonesia," kata Fien Yarangga.
Sementara itu, Betty Ibo, 
aktivis buruh Papua, secara tidak langsung telah menggambarkan bahwa 
pandangan orang pada umumnya terhadap orang Papua adalah diskriminasi.
"Itulah jika kita tarik kesimpulan yang dia sampaikan. Cantik sih memang cantik, tapi saya harus dirias dulu biar cantik, nggak seperti Papua," katanya, menirukan ucapan Cita Citata melalui satu televisi swasta nasional.
Menurut dia, persoalan Cita Citata menjadi teguran dan pembelajaran bagi semua pihak yang ada di Tanah Air.
"Jangan
 sekali-kali menggunakan kata-kata atau kalimat yang bisa berdampak pada
 diskriminasi atau menjelekkan suku tertentu di Indonesia," demikian 
Betty Ibo.
                            
            
            
														
														
														
														
														
														
														
														









