Masih Pandemi, Ritualan 1 Suro di Petilasan Sri Aji Joyoboyo Kembali Ditiadakan

Masih Pandemi, Ritualan 1 Suro di Petilasan Sri Aji Joyoboyo Kembali Ditiadakan Gabin Sunardi, Juru Kunci Petilasan Sri Aji Joyoboyo saat berada di depan petilasan yang diyakini sebagai tempat moksa Raja Kediri Sri Aji Joyoboyo di Desa Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. (foto: MUJI HARJITA/BANGSAONLINE)

KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Setiap , di Petilasan atau Pamuksan Sri Aji Joyoboyo di Desa Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri selalu diadakan ritual berupa upacara onal untuk mengenang raja yang pernah memerintah di Kerajaan Kadiri. Namun pada 2020 dan 2021, upacara onal itu ditiadakan karena pandemi Covid-19.

Gabin Sunardi, Juru Kunci Petilasan Sri Aji Joyoboyo membenarkan bahwa tahun kemarin dan tahun ini ritualan di Petilasan Sri Aji Joyoboyo ditiadakan. "Kami beritahukan kepada masyarakat luas, bahwa ritualan tanggal 10 Agustus 2021 mendatang ditiadakan," kata Gabin Sunardi saat ditemui di Petilasan Prabu Sri Aji Joyoboyo, Rabu (28/7/2021).

Baca Juga: Gereja Puhsarang Ditetapkan sebagai Cagar Budaya Bidang Struktur Tingkat Nasional

Menurut Gabin Sunardi, tidak digelarnya ritual berupa upacara onal tersebut semata-mata untuk mendukung upaya pemerintah dalam rangka memutus rantai penyebaran Covid-19.

"Selama ini Petilasan Prabu Sri Aji Joyoboyo memang sudah ditutup untuk umum. Penutupan ini sesuai dengan imbauan dari Pemkab Kediri sampai 2 Agustus. Tapi kami tidak tahu, apakah nanti diperpanjang lagi atau tidak. Yang jelas acara rutin ritual , ditiadakan. Kami mohon masyarakat untuk berdoa dari rumah masing-masing saja," harap Gabin Sunardi.

Ia menambahkan, ditutupnya petilasan tersebut memang ada dampak bagi pedagang. Perlu diketahui, di area petilasan itu ada puluhan pedagang makanan dan suvenir.

Baca Juga: Pupuk Kecintaan Terhadap Budaya Lokal, Dinas Pendidikan Hadirkan Genibudjari Ke-9

"Harapan kami pandemi ini segera berakhir. Dan yang bisa mengakhiri pandemi ini salah satunya adalah sikap guyub rukun antara masyarakat dan pemerintah. Artinya, masyarakat mau menjalankan keputusan yang diambil oleh pemerintah," tutup Gabin Sunardi.

Seperti diketahui, Maharaja Jayabhaya adalah Raja Kadiri yang memerintah sekitar tahun 1135-1157. Nama gelar lengkapnya adalah Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa.

Pemerintahan Jayabhaya dianggap sebagai masa kejayaan Kadiri. Peninggalan sejarahnya berupa Prasasti Hantang (1135), Prasasti Talan (1136), dan Prasasti Jepun (1144), serta Kakawin Bharatayuddha (1157). (uji/zar)

Baca Juga: Warga Gelar Kirap Agung Budaya di Candi Dorok

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Pria di Kediri Nekat Tabrakkan Diri ke Kereta Api':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO