Ilustrasi
BangsaOnline - Fenomena hilangnya lagu anak-anak di masa kini sudah tak asing lagi bagi kita. Anak-anak kerap menyanyikan lagu tanpa mengerti arti lirik lagu. Mereka pun fasih menyanyikan lagu-lagu untuk konsumsi orang dewasa.
Kita tentu masih ingat lagu Joshua Suherman, Maissy Pramaisshela Arinda Daryono Putri, Sherina Munaf, Chiquita Meidy, dan Trio Kwek-kwek. Mereka sangat populer di era 1990-an. Tidak hanya karena mereka lucu, namun lebih dikarenakan mereka tampil sesuai umur mereka dan jauh dari lagu bertema 'cinta'.
Namun, anak-anak jaman sekarang sudah tak kenal dengan lagu anak-anak. Kini, anak-anak lebih sering menyanyikan lagu dewasa yang berisi lagu 'cinta'.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tak hanya prihatin dengan banyaknya buku bacaan dan tayangan berbau pornografi, tapi juga lirik lagu yang menggunakan bahasa berkonotasi mesum.
"Berbau seks bebas, kata-kata tidak etis, mengabsahkan selingkuh, menggunakan kata-kata berkonotasi alat vital, berkonotasi cabul, berkonotasi prostitusi, merendahkan jenis kelamin tertentu serta menggunakan kata-kata penghinaan," kata Komisioner KPAI Susanto, dalam keterangan tertulis kepada wartawan.
Fatalnya, kata dia, anak usia sekolah juga tak sedikit yang ikut menyanyikan lagu dan menyaksikan penampilan lagu tersebut. Secara prinsip, lagu-lagu tersebut memiliki dampak negatif bagi anak.
"Di antaranya, bisa mempengaruhi cara berpikir dan bersikap yang permisif kecabulan," tutur dia.
Selain itu, lanjut Susanto, penghayatan terhadap isi lagu bisa menghambat perkembangan karakter positif pada anak. Terakhir, bisa berdampak pada timbulnya gejolak psikis yang labil akan perilaku mesum.
"Oleh karena itu, semua pihak perlu bersinergi untuk melindungi anak kita dari publikasi lagu-lagu bermuatan mesum agar tidak menjadi korban," jelas dia.
Pihaknya meminta agar semua pihak memastikan mencegah peredaran dan publikasi lagu-lagu bermuatan mesum. KPAI juga meminta semua pihak perlu mendedikasikan diri mencipta lagu-lagu bermuatan karakter sebagai bentuk kontribusi positif bagi anak dan generasi ke depan.
Bahkan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Tengah melarang dan membatasi 43 judul lagu yang bemuatan cabul disiarkan di radio.
Sebanyak 43 judul lagu bermuatan pornografi yang melanggar Pasal 36 ayat 5 UU Penyiaran. Lagu tersebut antara lain, Apa Aja Boleh, Hamil Duluan, Maaf Kamu Hamil Duluan, Pengen Dibolongi, Mobil Bergoyang, Mucikari Cinta, Melanggar Hukum, Buka Bungkus. Selain itu juga muncul goyang Dribble yang menghebohkan masyarakat namun tidak mendidik.
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto mengatakan, saat ini arus hiburan semakin masif.
"Namun hal itu menyisakan persoalan bagi anak-anak," katanya, Senin, (9/3).
Negara, ungkap Susanto, tidak boleh kalah dari arus hiburan yang semakin menguat setiap hari.
''Negara harus hadir dalam mengatur arus hiburan di Tanah Air,'' jelas Susanto.
Peran orangtua, kata dia, penting untuk menghindarkan anak-anak dari lirik lagu bermuatan mesum maupun penghinaan. Selain itu orangtua juga perlu menghindarkan anak dari lagu bermuatan kisah dewasa yang tak sesuai dengan umurnya.
Prihatin dengan kondisi tersebut, Fadly Padi berencana membuat lagu untuk anak-anak. Menurutnya secara kualitas lagu anak-anak sekarang berbeda dengan masa lalu.
“Gak bakal sama, zaman berbeda pola pikir juga berbeda saya rasa untuk sampai ke kelasnya Pak Kasur, AT Mahmud, Bu Kasur itu, mungkin kita butuh puluhan tahun untuk seperti itu ya. Tapi paling tidak kita melakukan sesuatu untuk anak-anak karena saya buat sayang aja, tentang selingkuh," ungkap Fadly ketika ditemui di Kekun Kafe, Kemang beberapa waktu lalu.
Menurutnya anak-anak memiliki dunia sendiri. Pada dasarnya anak-anak pada masa lalu dan saat ini adalah sama, maka dari itu Fadly ingin membuat mereka menyanyikan lagu memainkan alat musik yang sesuai karakter mereka.
“Anak-anak itu punya dunia sendiri, anak-anak itu punya dunia bermain dan mereka tidak terlalu berpikir macam-macam. Pada dasarnya anak-anak dulu dengan anak-anak sekarang hampir sama dasar-dasar berpikirnya cuma mainnya sudah beda gitu. Makanya kita harus membuat mereka menyanyi lagu yang sesuai dengan karakter mereka, di situ ada pendidikan, ada nilai-nilai moral, persahabatan, persaudaraan itu yang saya rasa banyak kurang banget di Indonesia. Kalau sekarang anak-anak sering nyanyikan lagu jatuh cinta dan selingkuh," ungkapnya.
Alasan Fadly untuk membuat lagu untuk anak-anak tersebut adalah karena belum banyak yang melakukan hal ini.
“Kalau itu menurut pikiran saya belum banyak yang melakukan itu, ya. Mereka banyak memberikan makan, pakaian. Kalau pikiran saya tetap dalam keadaan apapun mereka harus tetap bermain. Mereka tetap bisa menggambar bermain. Makanya kemarin kita bawain alat-alat menulis (untuk anak-anak pengungsi), menggambar dan bermain. Bagaimana pun keadaannya anak-anak tetap harus punya tempat bermain karena pikiran mereka bermain. Dengan bermain mereka bisa mempelajari apa yang terjadi," pungkas Fadly.













