SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A., minta agar pemerintah tidak mempersulit vaksin yang dilahirkan para putra-putri bangsa Indonesia sendiri. Sebab upaya mereka melahirkan vaksin sendiri secara mandiri, tidak impor, justru bagian dari nasionalisme dan patriotisme Bangsa Indonesia.
“Itu adalah sisa-sisa nasionalisme dan patriotisme kita, dari anak bangsa kita. Jangan dipersulit. Karena selama ini pemerintah telah banyak mengimpor vaksin dari luar negeri. Tak ada satu pun vaksin produksi sendiri,” kata Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A., pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto kepada BANGSAONLINE.com, Jumat (27/8/2021).
Baca Juga: Jualannya Diborong Kiai Asep, Pedagang Pasar Pugeran: Kami Setia Coblos Paslon Mubarok
Kiai Asep mengaku malu kepada bangsa dan negara yang jauh terbelakang dibanding bangsa Indonesia. “Masak negara-negara seperti Afrika sudah bisa memproduksi vaksin sendiri, kita tak satu pun bisa memproduksi vaksin. Semua impor,” tegas Kiai Asep.
Pernyataan Kiai Asep itu disampaikan kepada BANGSAONLINE.com untuk menegaskan kembali taushiahnya dalam acara salat malam dan istighatsah untuk Bangsa Indonesia tadi malam (Kamis, 26/8/2021) di kediaman Ning Ima, salah seorang putrinya, di Pondok Pesantren Amanatul Ummah Jalan Siwalankerto Utara Surabaya.
Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) yang anggotanya jutaan itu minta pemerintah jangan tergantung kepada negara lain. “Kita sudah merdeka selama 76 tahun. Masak kita harus tunduk kepada negara lain, terutama dalam hal vaksin. Kalau memang sudah sesuai standar ilmiah dan laboratorium ya sudah. Tak perlu mendengarkan WHO. Kan yang penting Menteri Kesehatan dan BPPOM sudah merekomendasikan ya sudah. Jangan justru dipersulit,” tegasnya sembari minta BPPOM obyektif dan rasional.
Baca Juga: Jelang Debat Kedua Pilgub Jatim 2024, Khofifah Didoakan Kiai Asep
Menurut Kiai Asep, hingga sekarang masih banyak warga Indonesia tak mau divaksin karena menunggu vaksin hasil karya anak bangsa. “Mereka jangan disalahkan karena itu bagian dari sisa-sisa nasionalisme dan patriotisme,” tegasnya.
Kiai Asep bahkan mengatakan bahwa banyak sekali alternatif penanganan dan pengobatan Covid-19 yang bisa dilakukan, tidak hanya lewat vaksin pemerintah. Kiai yang banyak menyedekahkan hartanya untuk kepentingan rakyat kecil itu memberi contoh protokol Islam yang diterapkan di Pondok Pesantren Amanatul Ummah.
“Mohon maaf, di Amanatul Ummah proses belajar mengajar secara tatap muka sudah berlangsung 1,5 tahun. Tapi tak ada santri yang kena corona. Ini saya sampaikan karena waamma bini’mati rabbika fahaddits. Bahwa kenikmatan yang kamu terima maka ceritakanlah,” kata Kiai Asep.
Baca Juga: Emil Dardak Puji Gus Barra Berilmu Tinggi, Punya Jejaring Luas, Rubaie: Dekengani Pusat
Kiai Asep lalu menceritakan tentang 12 ribu santrinya yang tiap hari diberi kurma tiap pagi. “Karena kurma kalau dikunyah sampai lembut dan bercampur air liur akan membunuh virus dan kuman,” katanya. Selain itu, para santrinya harus berkumur garam krosok dan memasukkan ke dua lubang hidung agar virus corona rontok.
“Ini sesuai temuan ilmiah yang dilakukan drh. Indro,” kata Kiai Asep.
Selain protokol Islam tentu juga protokol kesehatan. “Para santri tak boleh berkomunikasi langsung dengan orang di luar. Termasuk para keluarga atau orang tuanya,” katanya menunjukkan betapa ketat prokol kesehatan yang diterapkan di Amanatul Ummah.
Baca Juga: Gus Barra dan Kiai Asep Borong Dagangan, Pedagang Pasar Kutorejo Bersyukur dan Mantap Pilih Mubarok
Seperti diberitakan BANGSAONLINE.com, dalam acara salat malam itu ikut berjamaah dan memimpin doa secara bergantian Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jawa Timur dan Ketua Baznas Jawa Tmur Drs. KH. Muhammad Raziqi, Kepala Badan Pengelola Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya, Dr. KH. Muhammad Sujak, Plt. Kepala Kanwil Kemenag Jatim Moh Nurul Huda, dan Habib Abu Bakar serta para kiai lainnya.
Kiai Asep secara istiqamah menggelar salat malam dan istighatsah dengan jamaah para kiai secara terbatas dan virtual setiap malam Jumat, terutama selama pandemik Covid-19 menimpa bangsa Indonesia. Salat malam dan istighatsah itu diikuti juga para keluarga Amanatul Ummah, alumni, dan Pergunu, terutama di Majalengka, Nusa Tenggara Barat, dan luar negeri.
Dalam taushiahnya Kiai Asep menegaskan bahwa salat malam itu selain untuk memohon kepada Allah SWT agar hajat-hajat kita sendiri dikabulkan juga mendoakan bangsa Indonesia agar segera lepas dari pandemik Covid-19. “Semoga semua hajat-hajat kita dikabulkan oleh Allah SWT,” harapnya. (mma)
Baca Juga: 3.000 Relawan Barra-Rizal Ikuti Bimtek Saksi, 20 Rombong Bakso, Tahu Thek dan Soto Gratis Ludes
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News