Diserang Ulat Grayak, Petani Bawang Merah di Ngasem Kediri Terancam Gagal Panen

Diserang Ulat Grayak, Petani Bawang Merah di Ngasem Kediri Terancam Gagal Panen Waras, salah satu petani bawang merah di Desa Paron saat menunjukkan ulat grayak yang menyerang tanaman bawang merah miliknya. foto: MUJI HARJITA/ BANGSAONLINE

KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Akibat diserang ulat grayak, tanaman milik petani di Desa Paron, Kecamatan Ngasem, Kabupaten terancam gagal panen. Untuk menghindari kerugian yang lebih besar, beberapa petani memanen lebih awal tanaman nya.

Waras (40), salah satu petani di Desa Paron mengungkapkan, tanaman nya seluas sekitar 100 ru hampir mati karena diserang ulat grayak.

Baca Juga: Peringati Haul ke-76 Tan Malaka di Kediri, Puluhan Pegiat dan Mahasiswa Kirim Doa di Area Makam

Menurut Waras, ulat grayak itu tidak hanya menyerang tanaman miliknya saja, tetapi juga menyerang milik petani yang lainnya.

"Dengan adanya serangan ulat grayak ini, tentu kami akan rugi. Lebih-lebih harga saat ini juga sedang turun," kata Waras, Selasa (31/8).

Ia menjelaskan, untuk menanam di lahan seluas 100 ru harus mengeluarkan biaya Rp 7 juta. Bila harga normal dan tanaman bagus, harga jual hasil panen bisa mencapai Rp 15 juta.

Baca Juga: Dhito Bupati Kediri dan Pramono Gubernur DKI, Anies Baswedan: Historis, Bapak-Anak Dilantik Bareng

Namun, harga per kilogram saat ini hanya berkisar antara Rp 6.000 sampai Rp 8.000. Sebelumnya, harga bisa mencapai Rp 13 ribu sampai Rp15 ribu/kg.

Ditanya terkait perhatian dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten terhadap keadaan tanaman yang diserang ulat grayak ini, kata ia, hingga kini belum ada.

"Selama diserang ulat grayak ini, belum pernah dilihat petugas dari dinas pertanian. Tidak tahu kalau petugasnya datang ke tempat lain," ujarnya sambil menunjukkan keberadaan ulat grayak yang menyerang tanaman nya.

Baca Juga: Kembali Jabat Bupati Kediri, Ini Rekam Jejak Kepemimpinan Dhito 4 Tahun Terakhir

(Ulat grayak yang menyerang daun milik Waras)

Lanjut Waras, biasanya ulat grayak ini menyerang daun pada malam hari. Sedangkan pada siang hari, ulat ini bersembunyi di bawah tanaman atau di dalam tanah.

Baca Juga: Jadi Korban Tabrak Lari, Santri Ponpes Ploso Kediri Tewas

"Kalau daun sudah habis atau sudah mengering, ulat ini lalu menyerang umbi yang berada di dalam tanah. Lama kelamaan umbi juga akan habis. Makanya, kami akan memanen lebih awal," terang Waras.

Anang Widodo, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten ketika dikonfirmasi melalui aplikasi WhatsApp mengatakan bahwa masalah tersebut akan dikonfirmasikan ke Desa Paron.

"Siap, saya konfirmasikan ke Desa Paron, makasih infonya," kata Anang singkat. (uji/ian)

Baca Juga: KPU Kabupaten Kediri Gelar FGD Evaluasi Pilkada 2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'BI Kediri Gelar Bazar Pangan Murah Ramadhan 2024':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO