SURABAYA, BANGSAONLINE.com - PT Pembangkit Jawa-Bali (PJB) sebagai anak perusahaan PLN terus melakukan penambahan pembangkit dan melakukan pemeliharaan pembangkit listrik milik PLN serta swasta.
Pada tahun ini, PJB akan menambah pembangkit hingga 40,6 GW, dengan porsi untuk Energi Baru Terbarukan (EBT) 52 persen dan non EBT (Fosil) 48 persen dalam Rencana Usaha Pembangkit Tenaga Listrik (RUPTL) selama 10 tahun pada 2021 hingga 2030.
Baca Juga: Pj Wali Kota Kediri Tanam Pohon Bersama PLN dan Perhutani, Wujud Nyata Kolaborasi Peduli Lingkungan
"Untuk tahun ini kita targetnya 8.085 MW, tahun berikutnya 4.919 MW dan seterusnya bisa kita lihat di tabel," ujar Direktur Pengembangan dan Niaga PT PJB, Iwan Purwana, dalam diskusi Webinar Pengembagan Energi Baru Terbarukan, Selasa (12/10).
Sementara itu, berdasarkan pengembangan porsi terbesar pembangkit dari pihak swasta atau yang dikenal dengan IPP sebanyak 64 persen, PLN 35 persen, dan untuk kerjasama wilayah usaha sebesar 1 persen.
"Sehingga total 4.085 MW yang dibangun untuk tahun ini 64 persen dibangun pihak swasta dan 36 persennya dari PLN," tuturnya.
Baca Juga: PLN Nusantara Power UP Paiton Luncurkan Program Petani Aren
Untuk program pengembangan EBT, lanjut Iwan, bekerja sama dengan IPP melalui PJB I (perusahaan yang bergerak bidang investasi pembangunan) melalui project finance. Ia memaparkan, untuk skala besar memang harus seperti itu, berbeda jika skala kecil yang bisa dilakukan sendiri.
Seperti di Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Cirata yang 1MW. Bahkan selain RUPTL, Iwan menegaskan ada program PLTS ke pulau-pulau kecil di seluruh Indonesia.
"Kapasitas 50 sampai 100 KW tiap pulau. Nah ini skala kecil jadi kita lakukan sendiri, biasanya dananya hanya miliaran tidak sampai ratusan miliar. Salah satunya ya di PLTS Cirata itu. Kalau untuk di pulau-pulau paling tidak, 3 bulan sudan rampung. Ini diluar RUPTL ya," paparnya.
Baca Juga: PLN Nusantara Power Kenalkan Masyarakat Tuban Program Satria Padu
Saat ini, kata Iwan, Cirata juga menambah pembangkit untuk disalurkan, yakni 145 MW. Ia menegaskan, jika PLTS itu membutuhkan 1 hektare lahan untuk 2 MW, sehingga jika tidak ada lahan bisa dilakukan secara terapung tetapi tidak menganggu nelayan.
"Kami optimis bisa tercapai sesuai target, kenapa kita optimis karena kita punya personel yang terverifikasi serta menawarkan total solution dan kemitraan lokal," kata Iwan. (diy/mar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News