PONOROGO, BANGSAONELINE.com - Rektor IAIN Ponorogo Dr. Hj. Evi Muafiah, M.Ag. mengukuhkan Prof. Dr. Aksin, M.Ag., Wakil Rektor III IAIN Ponorogo sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Alqur’an dan Tafsir pada Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah IAIN Ponorogo, Sabtu (11/12/2021).
Rektor IAIN Ponorogo dalam sambutannya berharap dikukuhkannya Prof. Dr. Aksin, M.Ag. memberikan motivasi dan inspirasi serta dorongan bagi dosen yang lain. Termasuk bagi mahasiswa IAIN Ponorogo, agar termotivasi meraih hasil seperti Prof. Aksin.
Baca Juga: Kasus Gelar Doktor Bahlil, Rocky: Universitas Simbol Perlawanan Etika Jebol karena Amplop
"Semoga dapat memberikan manfaat bagi kampus, dan memberikan semangat agar mahasiswa sukses seperti Prof Aksin. Kalau Prof Aksin bisa, apalagi mahasiswa sekarang," ucapnya.
Menurutnya, mahasiswa sekarang sudah modern. "Segalanya sudah bisa dibakses dengan internet. Beda dengan saat Prof Aksin menjadi mahasiswa masa lalu," katanya.
Sementara, Prof. Dr. Aksin, M.Ag. dalam orasi ilmiahnya memaparkan bahwa untuk memahami Alquran tidak mudah. “Untuk menemukan kebenaran, makna Aquran dibutuhkan berbagai disiplin ilmu, tidak bisa hanya tunggal disiplin keilmuan,” katanya.
Baca Juga: Naja Hudia Beberkan Metode Hafal 30 Juz Alquran dalam 10 Bulan
Menurut dia, banyak orang memberikan makna atau tafsir hanya melalui pendekatan tafsir yang sudah ada. Sehingga, ukuran kebenaran makna Alquran cenderung mengikuti tafsir yang ada. Hal ini menimbulkan persepsi, bahwa pemberi makna dianggap sah jika mengikuti tafsir sebelumnya.
"Jika tidak mengikuti tafsir sebelumnya tidak dianggap sah, walaupun secara teori itu benar. Orang belakangan yang mau menafsirkan Alquran, harus mengikuti tafsir ini. Ukuran kebenarannya bukan kepada teori. Seseorang yang menafsirkan tapi tidak menukil riwayat dari nabi dan sahabat-sahabat, tidak dianggap benar walaupun secara teoritis itu benar," tegas Prof. Aksin.
"Sehingga, faktor yang memberikan warna makna Alquran banyak dipengaruhi eksistensi (keberadaan) individual. Pembetukan sejarah hidup perorangan akan memberikan dampak besar terhadap peran pemahaman," bebernya.
Baca Juga: Pertemuan AIAT se-Indonesia di IAIN Kediri: Dorong Pengarusutamaan Riset Berbasis Surah
"Membaca juga mendorong mengajari eksisitensi, baik eksistensi sebagai pembaca atau masyarakat sebagai penerima hasil pembacaan kita terhadap Alquran," ungkapnya
Oleh karena itu, menurut dia, nilai pemaknaan Alquran itu untuk menemukan kebenaran, karena akan banyak yang akan mengaku memiliki kebenaran, harus mampu menghargai makna yang diungkap orang lain.
"Tidak boleh satu penafsir menyalahkan penafsir lain, karena masing-masing dari mereka memberikan makna dari sudut pandang yang berbeda," katanya. (uzi)
Baca Juga: Philia Tungga Dewi, Siswi Kelas 1 SDIT Nurul Fikri Sidoarjo yang Hafal 5 Juz Alquran
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News