SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Kurang dari sepekan Nahdlatul Ulama akan menggelar Muktamar ke-34 di Ponpes Darussa'adah, Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Salah satu agenda utama dari Muktamar NU adalah pemilihan Rais Aam dan Ketua Umum Tanfidz Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Kader muda NU, Rahmat Hidayat Pulungan (RHP) mengungkapkan, NU sebagai ormas Islam terbesar di nusantara, bahkan dunia, punya peran strategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Terlebih menjelang satu abad usia NU. Ia menyebut fase NU Baru dalam masyarakat yang baru.
Baca Juga: PWNU se-Indonesia Rakor di Surabaya, Dukung PBNU Selalu Bersama Prabowo
"Karena itu, NU butuh seorang pemimpin yang visioner dan punya jaringan luas hingga mancanegara. Figur pemimpin yang bisa memanfaatkan potensi sumber daya di NU menjadi sebuah kekuatan besar. Dengan demikian, NU tak hanya besar dari segi massa, tapi juga berdaya secara ekonomi, sosial, dan politik," tutur pria yang akrab disapa Ucok itu, saat dikonfirmasi, Jumat (17/12/2021).
Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ini mengungkapkan, meski besar dari segi massa, namun di berbagai bidang NU masih tertinggal dengan ormas lain. Baik itu di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, hingga dakwah yang menjadi peran utama NU.
Ucok menguraikan, di bidang pendidikan, NU memiliki 7.462 sekolah yang terdiri dari SD, SMP, SMK, dan SMA. Tapi tidak ada yang masuk ranking 100 besar nasional. Bahkan ada lebih dari 40 kampus yang berada di bawah naungan NU, tapi juga tidak ada yang masuk ranking 100 besar nasional.
Baca Juga: Mitos Khittah NU dan Logika Kekuasaan
Dia melanjutkan, di bidang kesehatan ada lebih 43 rumah sakit di bawah naungan NU, tapi tidak termasuk rumah sakit dengan kategori fasilitas dengan layanan kesehatan lengkap. Sedangkan di bidang ekonomi, sekitar 59,7 persen orang muslim kelas menengah dekat dengan NU, tapi mayoritas orang muslim Indonesia yang miskin juga berasal dari NU.
"Di bidang sumber daya manusia pun, cendekiawan yang dilahirkan dari NU di bidang itu-itu saja. Ini menjadi PR besar bagi ketua umum ke depan," ujar kandidat Doktor dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) tersebut.
Rahmat juga menyinggung digitalisasi yang sangat deras. Masyarakat semakin mudah mendapatkan akses informasi lewat telepon pintar yang ada dalam genggaman. Karena itu, ia berharap NU juga harus beradaptasi dengan perkembangan digitalisasi yang semakin deras, termasuk dalam berdakwah.
Baca Juga: Kembangkan Kewirausahaan di Lingkungan NU, Kementerian BUMN Teken MoU dengan PBNU
Ia menilai dari data yang ada, media NU atau yang dikelola oleh NU sudah sangat bagus, sudah kuat, tapi minim tokoh. Karena itu, NU perlu memproduksi tokoh-tokoh yang dapat menyebarkan Islam Rahmatan lil alamin serta progresif.
"Jumlah pengikut ulama NU di YouTube dan Instagram masih kalah dengan ulama di luar NU. Untungnya, masih ada sosok Gus Miftah, KH. Anwar Zahid, Gus Muwafiq, dan Gus Baha yang memiliki pengikut cukup besar di media sosial. Saya kira ke depan harus ada perbaikan, karena medan dakwah sudah berkembang tidak hanya di masjid dan madrasah tapi juga di media sosial," pungkasnya. (mdr/ns)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News