KOTA KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Pemkot Kediri melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB), Dinas Sosial, dan Barenlitbang, menggelar assessment kebutuhan anak yatim piatu, Selasa (28/12).
Bertempat di Balai Kelurahan Semampir, kegiatan ini berkolaborasi dengan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) atas dukungan dari UNICEF.
Baca Juga: Sidak Pasar Jelang Nataru, DKPP Kota Kediri Pastikan Semua Produk Hewani Penuhi Standar ASUH
Sumedi, Kepala Dinas DP3AP2KB Kota Kediri mengungkapkan assessment ini merupakan bentuk kepedulian pemkot kepada anak yatim piatu akibat Covid-19. Assessment ini melibatkan tenaga pendamping, yang berasal dari tiga orang pekerja sosial, tiga orang petugas DP3AP2KB, serta tiga orang dari satgas perlindungan perempuan dan anak (PPA).
Menurut Sumedi, tujuan diselenggarakannya assessment tersebut untuk mengedukasi orang tua atau pengasuh seputar metode parenting.
“Sementara wali mereka mengikuti sharing metode parenting, anak akan dikasih penguatan psikologi awal, yang mana anak-anak yang masih di bawah lima tahun atau SD dikasih psikologi supaya anak-anak tersebut diberi penguatan agar bisa mencapai cita-citanya kelak,” jelasnya.
Baca Juga: Upacara Peringatan Hari Bela Negara ke-76, Sekdakot Kediri Bacakan Pidato Presiden Prabowo
Tercatat sebanyak 255 anak yatim/piatu yang mendapatkan assessment dari Pemkot Kediri. Meliputi: 83 anak dari Kecamatan Kota, 85 dari Kecamatan Mojoroto, serta 87 anak dari Kecamatan Pesantren.
"Pemkot Kediri ingin menggali data serta kebutuhan dari masing-masing anak agar dapat dirumuskan ke dalam program kegiatan, serta wujud dukungan yang tepat kepada mereka, terutama yang berkaitan dengan layanan dasar seperti jaminan pendidikan dan kesehatan," tukas Sumedi.
Dalam kesempatan yang sama, Chevy Ning Suyudi, Kepala Barenlitbang Kota Kediri, menjelaskan pola assessment dilakukan melalui permainan anak yang difasilitasi dalam bentuk recreational kit berisi alat-alat permainan edukatif yang telah disiapkan oleh UNICEF.
Baca Juga: Pemkot Kediri Apresiasi Wajib Pajak yang Tertib dan Taat
Selain melalui permainan anak, assessment dilakukan dengan metode trauma healing. “Jadi anak-anak itu dilihat, apabila di dalam dirinya ada trauma yang berat ada pendampingan psikologi untuk memulihkan kembali agar anak itu pulih kembali. Sedangkan untuk orang tua ada pendidikan parenting dari LPA Tulungagung. Trauma healing ini dilakukan sampai trauma selesai,” tegas Chevy.
“Goal dari kegiatan ini adalah supaya anak-anak terpetakan. Jadi ada anak yang butuh bantuan pendidikan siapa dan berapa banyak, yang butuh bantuan ekonomi siapa, kan tercatat semua. Selanjutnya data itu kita gunakan untuk merencanakan bantuan dan dukungan yang tepat bagi anak-anak. Ini merupakan usaha kita untuk mendukung masa depan mereka,” pungkasnya. (uji/mar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News