Khofifah-Emil Vs Marzuki-Risma, Serius atau Gertak Politik?

Khofifah-Emil Vs Marzuki-Risma, Serius atau Gertak Politik? KH Marzuki Mustamar. Foto: BANGSAONLINE

Memang, baik maupun tampak kesulitan figur atau kader untuk ditampilkan sebagai cagub-cawagub melawan Khfofifah. Kini wacana yang berkembang atau dikembangkan adalah duet Kiai Marzuki Mustamar-Tri Rismaharini.

Tapi banyak pihak meragukan. Bukan saja ragu terhadap kemenangannya tapi juga ragu terhadap keseriusan dan untuk benar-benar mengusung pengasuh Pondok Pesantren Sabilur Rosyad Malang dan Menteri Sosial RI itu.

Kenapa? Pertama, Kiai Marzuki Mustamar adalah “kiai murni”, yaitu kiai pengasuh pondok pesantren yang tak pernah aktif dalam politik praktis. Sehingga kecil kemungkinannya beliau berkenan terseret dalam pusaran politik praktis.

Buktinya, hingga sekarang beliau belum pernah memberikan pernyataan politik sama sekali. Bisa saja sikap diam itu bagian strategi. Terutama untuk tes ombak.

Tapi melihat background Kiai Marzuki yang “murni kiai” tampaknya sulit bertarung dalam politik praktis. Apalagi dalam skala regional sekelas gubernur yang sedikit-banyak membutuhkan keterampilan birokratis.

Kedua, Kiai Marzuki Mustamar sudah tidak menjabat sebagai Ketua PWNU Jawa Timur. Otomatis relasi politik dengan para kiai NU sangat berkurang. Apalagi kini terjadi polarisasi politik cukup tajam di tubuh NU.

Nah, otomatis tak bakal ada kekompakan dalam NU untuk Calon Gubernur Jawa Timur. Sebaliknya, justru Ketua Umum PP Muslimat NU. Yang hingga sekarang - diakui atau tidak - sangat solid.

Saya masih ingat saat Ketua KH Ali Maschan ikut running dalam 2008. Pengasuh Pondok Pesantren Asmaul Husna Wonocolo Surabaya itu menjadi cawagub dari cagub Soenarjo.

Pak Naryo – panggilan akrab Soenarjo – adalah tokoh Golkar yang pernah menjabat Wakil Gubernur Jawa Timur dan Wakil Ketua DPRD Jatim.

Saat itu tokoh pers nasional Dahlan Iskan langsung bertanya kepada saya. Pertanyaannya sangat menggelitik. Apa benar Pak Kiai Ali Maschan mau menjadi Cawagub Jatim.

"Kan lebih mulia jadi Ketua ketimbang jadi wakil gubernur,” kata Abah Dahlan – panggilan akrab mantan menteri BUMN itu di kalangan wartawan.

Saat itu elektabilitas Soenarjo-Ali Maschan sempat lumayan. Tapi kalah suara dengan yang maju sebagai calon gubernur pada detik-detik terakhir, tepatnya enam bulan sebelum pencoblosan.

Ketiga, dari segi elektabilitas, Kiai Marzuki jauh di bawah Indar Parawansa. Jika dipaksakan niscaya endingnya bisa ditebak.

Keempat, maukah Risma jadi wakil gubernur dari cagub Kiai Marzuki Mustamar? Bukankah dari segi pengalaman birokrasi dan politik, Risma jauh lebih pengalaman daripada Kiai Marzuki Mustamar?

Tapi - sekali lagi - lain lagi kalau untuk menjaga marwah partai. Terutama untuk menjaga perasaan dan kepercayaan konstituen. 

Maka kalah atau menang tetap mengusung cagub-cawab.

Wallahua'lam bisshawab.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Kembalikan Formulir Bacabup ke PDIP Situbondo, Rio Patennang Berharap Wakilnya dari PDIP':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO