Wacana Rokok Rp 50 Ribu per Bungkus, Soekarwo: Tutup Saja Semua Pabrik
Jumat, 19 Agustus 2016 22:12 WIB
SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Gubernur Jawa Timur Soekarwo mempertanyakan alasan usulan menaikkan cukai rokok untuk mengurangi jumlah perokok aktif di Indonesia. Sebab, kenaikan cukai rokok pasti diikuti kenaikan harga rokok. "Kalau dinaikkan, terus piye?" kata Soekarwo, Jumat (19/8).
Jika harga rokok naik, Soekarwo khawatir pendapatan petani tembakau dan buruh di pabrik rokok berkurang. "Jika pendapatan pabrik rokok berkurang, maka pengusaha pasti akan mengurangi jumlah buruh," ujar gubernur yang akrab disapa Pakde Karwo ini.
BACA JUGA:
Pemkab Malang bersama Bea Cukai Sosialisasi Gempur Rokok Ilegal melalui Operasi Sobo Kampung
Dituduh Ikut Produksi Rokok Ilegal, Perusahaan di Sumawe Malang Beri Klarifikasi
Tarif Cukai Naik, Pengusaha Rokok di Pamekasan Menjerit
Petugas Bandara Jeddah Sita 2 Karung Rokok Jemaah Haji Asal Surabaya
Petani tembakau, kata dia, juga akan terimbas bila wacana itu benar-benar diwujudkan. Padahal di Jawa Timur, kata Soekarwo, ada sekitar 6,1 juta orang yang menggantungkan hidupnya dari rokok. "Mudah-mudahaan saya diajak bicara sebelum cukai dinaikkan, biar ada masukan dari daerah," ujar Soekarwo.
Usulan menaikkan harga rokok menjadi Rp 50 ribu per bungkus merupakan hasil studi Kepala Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Hasbullah Thabrany.
Studi ini mengungkap kemungkinan perokok akan berhenti merokok jika harganya dinaikkan dua kali lipat dari harga normal. Hasilnya 80 persen bukan perokok setuju jika harga rokok dinaikkan.
Soekarwo menuturkan, jika alasan menaikkan cukai rokok untuk mencegah anak-anak merokok, kebijakan itu bukan solusi. "Kalau tujuannya itu, ya tidak bisa. Seharusnya melalui sosialisasi dengan baik," katanya.
Soekarwo berseloroh bila ingin mengurangi jumlah perokok, caranya bukan menaikkan cukai, namun semua pabrik rokok harus ditutup. "Pabrik rokok di luar negeri juga harus ditutup. Mending begitu," katanya.
Menurut Soekarwo Jawa Timur menyumbang cukai ke pusat sebesar Rp 100 triliun. Dari Jumlah tersebut, ujar Soekarwo, yang kembali ke Jawa Timur "hanya" 2 persen atau sekitar Rp 2,2 triliun. "Dari jumlah ini kemudian dibagi dengan seluruh pemerintah daerah yang berjumlah 38," katanya.
Direktur Gudang Garam Istata Taswin Sidharta menilai isu kenaikan cukai oleh pemerintah pusat belum mempengaruhi industri rokok. "Kami yakin pemerintah akan bijak memperhitungkan seberapa besar kenaikan cukai yang ideal," ucapnya pada saat jumpa pers dalam acara Investor Summit dan Capital Market Expo di Surabaya, Kamis, 18 Agustus 2016.
Rencana kenaikan harga rokok dari Rp 20 ribu menjadi Rp 50 ribu per pak dirasa memberatkan industri. "Saya rasa akan berantakan."
Apalagi, dia meneruskan, volume penjualan rokok secara industri, ujar dia, cenderung menurun atau flat. Volume penjualan mereka turun sekitar 2 persen. Lalu volume penjualan untuk sigaret kretek mesin (SKM) full flavour turun sebesar 2,4 persen menjadi 28,9 miliar batang.
sumber : tribunnews/merdeka.com/detik.com