Qori’ Kitab Shahih Bukhari-Muslim Generasi ke-4 Tebuireng Wafat, Inilah Sejarahnya | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Qori’ Kitab Shahih Bukhari-Muslim Generasi ke-4 Tebuireng Wafat, Inilah Sejarahnya

Editor: MMA
Sabtu, 26 September 2020 16:48 WIB

KH Habib Ahmad saat mengaji Kitab Shahih Bukhari dan Muslim di serambi Masjid Tebuireng Jombang Jawa Timur. foto: Tebuireng Online

“Lalu almarhum Pak Kiai Yusuf Hasyim datang ke rumah saya, mengatakan bahwa menurut musyawarah oleh beberapa santri dan guru, saya ditunjuk untuk meneruskan pengajiannya Mbah Yai Syansuri dan Mbah Yai Idris. 

Awalnya saya ya merasa berat untuk menjalankan amanah ini. Tapi yang namanya Mbah Yai ya harus ditaati. Menurut periodisasi, yang pertama jadi Qori’ Shahih Bukhari ini Mbah Hasyim, lalu Mbah Idris, kemudian Mbah Syansuri. 

Nah, sejak itulah saya jadi Qori’ Shahih Bukhari di ,” kata Kiai Habib Ahmad, dikutip Online.

Kiai Habib Ahmad memang mengaku mendapat firasat. “Pernah saya mendapat firasat petunjuk lewat mimpi, dalam mimpi itu saya lihat Mbah Idris itu manggil saya “Pak Habib, saya mau datang ke rumah kamu…,” dalam hati saya bicara, apa ini pertanda bahwa saya bakal menggantikan Mbah Yai Idris," katanya.

Kiai Habib Ahmad juga bercerita saat proses belajar. “Waktu itu, saya lulus Aliyah pada tahun 1967 dan saya mau melanjutkan kuliah tapi maa fi fulus alias gak punya uang, jadinya ya ndak kuliah.

Tapi meskipun saya gak jadi kuliah, saya yakin semua itu ada hikmahnya. Setelah lulus, saya ngaji kitab Shahih Bukhari kepada Mbah Yai Idris Kamali, yakni menantu dari Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari.

Karena saya pada waktu itu termasuk menjadi santri yang paling ndak mampu, jadinya ya saya ndak mampu beli kitab. Biasanya saya cuma usung-usung kitabnya Mbah Idris, lalu saat pulang dikembalikan, tapi justru di situ ada barokah yang saya rasakan,” kenangnya.

Menurut Kiai Habib, pengajian Shahih Bukhari dulu bertempat di Masjid . “Mbah Yai Idris itu bawa Kitabnya kurang lebih ada dua puluh kitab dengan syarahnya juga, di antaranya kitab-kitab hadis Shahih Bukhari, Muslim, Sunan Abu Dawud, Tafsir Jalalain, Tafsir Baghowi, Tafsir Ibnu Katsir, dan sebagainya. Kalo pagi itu beliau ngaji Kitabul Hadis, kalo setelah Zuhur Kitabut Tafassir,” katanya.

Namun, kata Kiai Habib Ahmad, Kiai Idris kemudian hijrah ke Jakarta. “Setelah saya ngaji terus selama kurang lebih lima tahun di situ, lalu tujuh tahun selanjutnya Mbah Yai Idris hijrah ke Jakarta dengan diikuti juga beberapa santri . Setelah itu, ketika Mbah Yai ke Makkah, pengajian di Masjid itu vakum untuk beberapa waktu. Akhirnya Mbah Yai Syansuri yang datang untuk menggantikan jadi Qori’ Kitab Shahih Bukhari, dan metode ngajinya itu sama seperti sekarang ini, setahun Shahih Bukhari, setahun besoknya lagi Shahih Muslim,” katanya.

Kiai Habib mengaku melakukan riyadlah untuk menerima tanggung jawab sebagai Qari Kitab Hadits Bukhari dan Muslim di . “Pada awalnya saya berpuasa beberapa hari lalu minta ilmu kepada Allah. Dan setiap mau ngaji, saya selalu mengirimkan hadiah fatihah untuk Mbah Hasyim, terus sampai saat ini. Hasilnya setiap saya ngaji gak ada satu kalimat pun yang kecantol alias lancar-lancar saja,” katanya.

Kiai Habib Ahmad berharap pengajian Kitab Hadits Shahih Bukhari dan Muslim terus berlangsung dari generasi ke generasi, dari santri ke santri.

“Harapan saya satu, bisa meneruskan jejak-jejak guru yang saya muliakan. Yang kedua, ingin santri-santri besok bisa menjadi kiai-kiai yang hebat, yang bisa bermanfaat bagi masyarakat,” harap Kiai Habib Ahmad.

Harapan Kiai Habib Ahmad terkabul. Sejak Kiai Habib Ahmad sakit, Qari Kitab Shahih Bukhari dan Muslim diamanahkan kepada KH Kamuli Chudlori. Bahkan pada Bulan Ramadan lalu, Kiai Kamuli Chudlori inilah yang menjadi Qari Kitab Shahih Bukhari dan Muslim.

Kini pengajian Kitab Shahih Bukhari dan Muslim ini bisa diikuti di channel youtube Pesantren . Rekaman penuh sejarah yang pada Bulan Ramadan disiarkan langsung lewat live streaming pengajian pesantren . (MMA)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video