Tentara Ukraina Ngaku Takut, Rusia Hancurkan Pabrik Tank, China Minta AS, NATO, UE Dialog

Tentara Ukraina Ngaku Takut, Rusia Hancurkan Pabrik Tank, China Minta AS, NATO, UE Dialog Tentara Rusia menghancurkan banyak bangunan vital. Tampak bangunan di Kota Zhytomyr, Ukraina yang hancur dibombardir Rusia, termasuk pabrik tank. (REUTERS/VIACHESLAV RATYNSKYI)/CNNIndonesia

KIEV, BANGSAONLINE.com – Tentara Rusia belum berhasil menguasi Ibu Kota Ukraina, Kiev. Tapi mereka banyak menghancurkan bangunan-bangunan vital. Diantaranya pabrik pembuatan tank milik Ukraina di Kota Zhytomyr yang berjarak sekitar 140 kilometer dari Kyiv. Zhytomyr merupakan kota yang diserang secara intens oleh tentara Rusia dalam beberapa hari terakhir.

Dalam video itu para tentara Ukraina tampak melihat puing-puing tank yang belum selesai dirakit namun hancur akibat dibombardir tentara Rusia.

Baca Juga: Amerika Bentuk Mujahidin, Putin pun Tunjuk Si Rambut Putih Komandan Perang

"Sejujurnya kami sangat takut hari ini," kata tentara Ukraina itu dalam video.

Dalam video yang beredar, bangunan pabrik tank itu sudah menjadi puing-puing dan rata dengan tanah. Keaslian video sudah dipastikan oleh CNN. Penyerangan terhadap pabrik tank itu terjadi tak lama usai Rusia mengklaim telah mendemiliterisasi Ukraina.

Dalam video tersebut, terlihat tentara Ukraina tengah mengamati kerusakan bangunan pabrik tersebut. Tentara itu juga menceritakan bagaimana mereka bisa selamat dari serangan yang terjadi di Kota Zhytomyr hingga sejumlah bangunan luluh lantak.

Baca Juga: Presiden Tiongkok Jinping Kunjungi Rusia saat Putin Diputuskan sebagai Penjahat Perang

"Ini akibat dari yang terbang tadi malam dan menyerang kami," tutur tentara Ukraina itu seraya melewati kompleks bangunan yang sebelumnya dihujani bom.

(Dua tentara Ukraina tewas. Foto: you tube)

Baca Juga: Joe Biden-Xi Jinping Bakal "Bajak" KTT G20 di Bali?

Sejak Rusia menyerang Ukraina, sejumlah kompleks sipil, gedung apartemen, sekolah, dan pasar di negara itu menjadi sasaran. Tak sedikit bangunan yang hancur hingga warga sipil menjadi korban jiwa.

Sementara China mendorong perang Rusia dan Ukraina segera diselesaikan melalui dialog dan negosiasi. Negara itu juga meminta Amerika Serikat (AS), NATO, dan Uni Eropa (UE) terlibat dalam "dialog yang setara" dengan Rusia.

Ini terungkap setelah Menteri Luar Negeri China Wang Yi berbicara dengan Menteri Negeri AS Antony Blinken. Ia mengatakan 'evolusi' situasi di Ukraina merupakan sesuatu yang tidak ingin dilihat di China.

Baca Juga: Zelenskyy Tega Bantah Klaim Jokowi, Putin Perang Santai, Ini Biaya Ukraina Tiap Bulan untuk Perang

"China mendukung seluruh upaya kondusif untuk de-eskalasi dan penyelesaian situasi politik, sambil menentang setiap langkah yang merugikan untuk mempromosikan solusi diplomatik dan memperburuk keadaan," ujar Wang Yi, dikutip dari CNN Internasional, Minggu (6/3/2022).

(Foto: REUTERS/Kham/CNBC)

Baca Juga: Dramatis! Presiden Jokowi dan Ibu Negara Berjilbab Anggun Masuki Wilayah Perang

Di kesempatan yang sama, ia juga mengatakan AS, NATO, dan UE harus 'memperhatikan dampak negatif dari ekspansi terus menerus NATO di timur pada keamanan Rusia'. Presiden Rusia Vladimir Putin sendiri terang-terangan mengaku khawatir pada banyaknya negara Europa Timur yang bergabung ke NATO.

Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price, mengutip pernyataan Blinken, menggarisbawahi jika Moskow akan membayar harga mahal untuk perang ke Ukraina. Disebutnya serangan itu direncanakan, tidak beralasan, dan tidak bisa dibenarkan.

"Dunia sedang menonton negara mana yang membela setiap prinsip dasar kebebasan, penentuan nasib serta kedaulatan," kata dia.

Baca Juga: ​KTT G20 di Bali, Putin Ingin Hadir, Negara Barat Keberatan, Indonesia Dilematis

Hubungan China dan Rusia sebenarnya cukup baik dengan berbagi kepentingan strategi menantang Barat. Sayangnya serangan ke Ukraina, membuat posisi Beijing dalam posisi yang sulit.

China juga tak terburu-buru untuk membantu Rusia, setelah ekonomi negara tersebut mendapat gempuran sanksi dari sejumlah negara dunia. Para ahli mengatakan pilihan Beijing juga terbatas.

ika berurusan dengan Rusia, analis mengatakan bank dan perusahaan di China takut akan sanksi sekunder.

Baca Juga: Rusia Roket Markas Tentara, 30 Tewas, Tangkap Wali Kota, Presiden Ukraina Lari atau Menyerah?

Sementara itu Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa (UE) Josep Borrel meminta China ikut menengahi pembicaraan damai Rusia dan Ukraina. Sebab diplomasi harus dilakukan juga oleh China, bukan hanya Eropa atau AS.

"Diplomasi tidak bisa hanya Eropa atau Amerika. Diplomasi China memiliki peran untuk dimainkan di sini," kata dia.

Sumber: CNN/CNBC

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO