MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati memacu penurunan angka stunting di wilayahnya. Salah satu caranya, lewat elemen pemberdayaan kesehjateraan keluarga (PKK).
"Rencana aksi penurunan stunting sudah disusun sejak 2018, tahun 2020 kita semua menghadapi pandemi Covid-19, akhirnya dilaksanakan PSBB dan kegiatan posyandu juga dilaksanakan di rumah. Dan, tahun 2021 gelombang Covid-19 lebih besar, makannya dua tahun praktik program ini tidak bisa dilaksanakan dan kita hanya punya waktu tiga tahun," ucap Ikfina, saat menyampaikan materi dalam agenda pelatihan peningkatan kapasitas TP PKK se-kecamatan, di Kantor Kecamatan Jetis, Rabu (20/7) siang.
Baca Juga: KPU Mojokerto: Hasil Audit Dana Kampanye Pasangan Idola dan Mubarok Sama-sama Patuh
Lebih lanjut, Bupati Ikfina juga menjelaskan terkait pemahaman dasar tentang stunting pada balita dalam melaksanakan program penurunan stunting di wilayah Kabupaten Mojokerto
"Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Stunting jangka ke depannya adalah berhubungan dengan kecerdasan," tuturnya.
Menurut hasil survei dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), menunjukan bahwa angka stunting di wilayah Kabupaten Mojokerto sebesar 27,4 persen. Dalam hal ini, Ikfina mengatakan, jumlah real stunting di Kabupaten Mojokerto perlu dikaji ulang dengan cara melakukan monitoring secara langsung baik melalui puskesmas atau posyandu yang sudah ada.
Baca Juga: Ratusan ASN Kabupaten Mojokerto Ikuti Senam Massal Peringatan HUT Korpri ke-53
"Nanti kita akan membeli alat mengukur panjang badan. Saya minta tolong mengawal agar semua balita di desa anda diukur semuanya, sehingga ini nanti harus ada data yang akurat, maka kita betul-betul mengukur semua balita di Kabupaten Mojokerto," tandasnya.
Lebih lanjut, Ikfina juga mengatakan, salah satu penyebab stunting di Kabupaten Mojokerto ialah 60 persen bayi di Kabupaten Mojokerto dengan usia di bawah enam bulan tidak mendapatkan air susu ibu (ASI) eksklusif.
Berdasarkan data keluarga dari 16 desa se-Kecamatan Jetis, menunjukkan bahwa Desa Canggu yang memiliki paling banyak jumlah keluarga, yakni sebesar 2.662 keluarga.
Baca Juga: Diikuti Ratusan Peserta, Pemkab Mojokerto Gelar MTQ II
"Jadi keluarga yang paling banyak berisiko stunting ada di Desa Canggu dengan 1.365 keluarga berisiko stunting dan paling sedikit 424 keluarga ada di Desa Perning yang berisiko stunting," jelasnya.
Menurut data fasilitas lingkungan tidak sehat di Kecamatan Jetis, terdapat 134 keluarga di Desa Lakardowo, 97 keluarga di Desa Kupang, dan 43 keluarga di Desa Jolotundo tidak mempunyai jamban yang layak. (yep/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News