MALANG, BANGSAONLINE.com – Publik penasaan terhadap kemampuan manajerial Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, dalam mendirikan dan mengelola pondok pesantren. Banyak yang ingin tahu bagaimana manajemen yang diterapkan Kiai Asep dalam mengelola Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto sehingga sukses melahirkan out put santri berkualitas dan berprestasi. Bahkan Amanatul Ummah bukan hanya sukses menarik minat puluhan ribu santri tapi juga menjadi pesantren yang kaya secara ekonomi.
Setidaknya, itulah yang terjadi saat Kiai Asep memberikan ceramah pada Workshop Peningkatan Kompetensi Dosen Bidang Integrasi Islam dan Sains Bagi DTBPNS Angkatan II yang diselenggarakan Pusat Studi Islam dan Sains (PSIS) Lembaga Peneltian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim Malang, Rabu (31/8/2022).
Baca Juga: Ribuan Warga Padati Mubarok Bersholawat, Paslon 2 Optimis Menang di Ngoro, Mojokerto
“Ngapunten, manajemennya bagaimana, sehingga Pondok Pesantren Aamantul Ummah maju, ” tanya seorang dosen dalam acara yang berlangsung di Kampus UIN Malang di Jalan Gajayana Lowokwaru Kota Malang Jawa Timur.
Dalam acara yang diikuti 110 dosen muda UIN Malang itu, Kiai Asep tampil satu sesi dengan Prof Dr Mulyadhi Kartanegara, pakar filsafat Islam yang merupakan Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kiai Asep pun membeberkan proses kelahiran Amanatul Ummah. Menurut dia, Amanatul Ummah Pacet Mojokerto didirikan tahun 2006. Semula, tutur Kiai Asep, tanah yang kini menjadi pusat pendidikan Islam populer itu sangat angker. Sedemikian angkernya sampai ada kepercayaan bahwa siapapun yang menginjak tanah di kawasan tersebut akan mati dalam jangka tiga bulan.
Baca Juga: Mubarok Gembleng 6.472 Calon Saksi untuk Gus Barra-Rizal dan Khofifah-Emil di Mojokerto
“Tak ada orang yang berani,” kata putra pendiri NU, KH Abdul Chalim Leuwimunding, Majalengka, Jawa Barat itu.
Namun Kiai Asep tak terpengaruh. Ia justru mendirikan pondok pesantren di kawasan hutan angker itu. Ternyata sukses. Hanya dalam waktu sekitar 11 tahun santrinya sudah mencapai 15 ribu orang.
“Kuncinya memang manajemen,” ungkap Kiai Asep di depan para dosen muda yang mengikuti acara tersebut.
Baca Juga: Doa Bersama Kapolri dan Panglima TNI, Kiai Asep Duduk Satu Meja dengan Kapolda dan Pangdam V Jatim
Kiai Asep menyadari bahwa tak semua orang punya kemampuan manajerial. “Seperti dikatakan Bu Khofifah, banyak kiai yang punya kemampuan leadership, tapi yang punya kemampuan manajemen jarang sekali,” tuturnya.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat menjadi keynote speaker bedah Buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan karya M Mas’ud Adnan memang sempat memuji Kiai Asep. Menurut Gubernur Khofifah, banyak kiai atau kader NU di lingkungan pesantren yang punya kemampuan leadership tapi kiai yang punya kemampuan manajerial hanya Kiai Asep. Karena itu ketua umum Pimpinan Pusat Muslimat NU itu minta agar meniru Kiai Asep.
“Tanya saja berapa bendahara Kiai Asep,” kata Gubernur Khofifah dalam bedah buku yang digelar di Gedung Dewan Pers Jalan Kabon Sirih Jakarta, Selasa (23/8/2022) lalu.
Baca Juga: Lautan Manusia Padati Kampanye Akbar Paslon 02 Khofifah-Emil dan Gus Barra-Rizal di Mojokerto
Kiai Asep mengaku punya 10 bendahara di pesantren Amanatul Ummah. Mereka, tutur Kiai Asep, jujur semua. “Bendahara itu paling inti dalam manajemen,” tegas Ketua Umum Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu.
“Kuncinya pada bendahara yang jujur,” tambahnya.
Menurut Kiai Asep, dalam manajemen Pesantren Amanatul Ummah semua bendahara tersentral. Kepada siapa? “Semua tersentral pada saya,” tegasnya.
Baca Juga: Kedatangan Kiai Asep dan Tim Mubarok di Pasar Bangsal Disambut Antusias Pedagang dan Warga
Kiai Asep memang terlibat langsung dalam pengawasan dan manajemen keuangan. Apalagi Kiai Asep dikenal sangat gemar sedekah. Ia tak segan-segan memanggil bendahara minta uang untuk disedekahkan.
“Bagi kami sedekah adalah kebutuhan. Karena ada Hadits bahwa sodaqoh itu tak akan menambah harta kecuali tambah banyak,” katanya.
Dari penataan manajemen yang rapi itu pula, ekonomi pesantren bisa ditata sehingga menghasilkan keuntungan finansial yang luar biasa. Istri Kiai Asep, Hajjah Nyai Alif Fadilah, mengelola puluhan warung untuk tempat makan para santri.
Baca Juga: Di Depan Pergunu Jatim, Kiai Asep Sebut Khofifah Cagub Paling Loman alias Dermawan
"Satu bulan penghasilannya Rp 2 miliar," tutur Kiai Asep.
Selain itu Kiai Asep juga terlibat dalam manajemen pengondisian siswa. Terutama untuk proses penerimaan di perguruan tinggi.
Karena itu Kiai Asep tidak hanya paham karakter santri, tapi juga berperan sentral dalam mengantar para santrinya untuk diterima di perguruan tinggi negeri favorit dan juga di luar negeri.
Baca Juga: Kiai Asep Tebar Keberkahan, Borong Dagangan di Pasar Dinoyo sampai Warga Mantap Pilih Mubarok
Dalam proses belajar santri, Kiai Asep menekankan pentingnya ketekunan. “Saya punya dua santri. Yang satu satu cerdas, yang satu tekun. Yang sukses santri yang tekun,” tutur Kiai Asep sembari menegaskan bahwa santri Amnatul Ummah selain diterima di semua perguruan tinggi negeri di dalam negeri juga di luar negeri, antara lain di Rusia, Mesir, Singapura, Amerika, Yaman, Inggris, Maroko, Malaysia, dan negara-negara lainnya.
Kiai Asep juga sempat menyinggung tentang integrasi Islam dalam sains. Menurut Kiai Asep, matematika merupakan ilmu dasar dari semua ilmu sains yang ada.
“Man arafa ilmal hisab jasula ra’yuhu. Orang yang menguasai ilmu hisab akan membara pendapatnya,” kata Kiai Asep.
Baca Juga: Alumni Ponpes Lirboyo di Mojokerto Siap Menangkan Paslon Mubarok
Kiai Asep juga menyitir Hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori, Man Yuridilllahu bihi khairan yufaqqihu fiddin. Artinya, Jika Allah menghendaki seseorang itu baik, maka orang itu akan dipahamkan atau paham tentang agama (Islam). (mma)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News