Orasi Wisuda IKHAC, Dahlan Iskan Sebut Khofifah Teknokrat, Kiai Asep Berharap Jadi Presiden

Orasi Wisuda IKHAC, Dahlan Iskan Sebut Khofifah Teknokrat, Kiai Asep Berharap Jadi Presiden Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Dahlan Iskan dalam acara wisuda program sarjana dan pascasarja Institus Pesantren KH Abdul Chalim (IKHAC) di Masjid Kampus IKHAC Pacet Mojokerto, Ahad (11/9/2022). Foto: Aris/bangsaonline.com

MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com – Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, terus tancap gagas. Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur itu terus berusaha mengembangkan dan meningkatkan kualitas Institut Pesantren KH Abdul Chalim ().

“Institut KH Abdul Chalim akan bermetamorfose menjadi universitas internasional,” kata Saifuddin Chalim saat menyampaikan pidato sambutan pada acara wisuda program S1 dan S2 di Masjid Kampus Pacet Mojokerto, Ahad (11/9/2022).

Baca Juga: Hadiri Haul Ke-15 di Ciganjur, Khofifah Kenang Sosok Gus Dur Sebagai Pejuang Kemanusiaan

Bahkan, menurut , kini sedang berproses untuk mengurus akreditasi internasional.

“Besok tanggal 14 (September) kami akan ke Bandung untuk bimbingan akreditasi internasional,” tambah .

Hanya saja, tegas , proses metamorfosis itu akan berjalan lancar, “Makala Ibu jadi presiden,” tegas ketua umum Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu.

Baca Juga: Khofifah: Kasih Ibu Sepanjang Masa, Hormatilah dan Berbaktilah Selagi Ada

Pernyataan itu langsung mendapat aplaus, baik dari wisudawan maupun para undangan. Bahkan tokoh pers yang juga mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan, langsung mengamini.

(Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA saat menyambut kedatangan Gubenur Jawa Timur Indar Parawansa di pintu masjid kampus Pacet Mojokerto, Ahad (11/9/2022). Foto: Aris/bangsaonline.com)

Baca Juga: Peringatan HKSN 2024, Khofifah Ajak Masyarakat Perkuat Solidaritas Antar Sesama

mempersilakan untuk memberikan orasi ilmiah panjang, tak terbatas waktunya. Namun justru menyerahkan kepada Dahlan Iskan untuk memberikan orasi panjang. Menurut , Dahlan Iskan adalah tokoh inovasi out of the box yang banyak jadi referensi inovasi.

(KH D Zawawi Imron dan para syaikh dari berbagai negara. Foto: MMA/bangsaonline.com)

Baca Juga: Antusias Siswa Rejoso Sambut Bantuan dari Khofifah Pascabanjir

Dalamorasinya, membahas pentingnya peranan intellectual capital, disamping juga social capital. Menurut dia, untuk mencapai percepatan kemajuan di berbagai sektor perlu intellectual capital.

“Selain social capital, hari ini , intellectual capital. Intellectual capital ini akan ketemu rumahnya, kalau di pusat, ada BRIN, Badan Riset dan Inovasi Nasional,” kata .

mengaku mendengar info bahwa tak lama lagi Litbang di Provinsi dan Kabupaten/Kota akan dikonversi menjadi BRIN.

Baca Juga: Imam Suyono Terpilih Jadi Ketua KONI Kabupaten Mojokerto Periode 2024-2029

Kenapa intellectual capital itu penting? Ketua Umum PP Muslimat NU itu kemudian menyajikan data lewat slide bahwa posisi Indonesia di negara-negara ASEAN masih jauh di bawah Singapura dan Malaysia. Bahkan Indonesia di bawah Thailand.

Menurut intellectual capital  itu sangat berpengaruh terhadap efektivitas program pemerintah, baik di pusat, provinsi maupun kabupaten/kota. Untuk efektivitas program itu, antara lain, ada government, perguruan tinngi, media, dan society.

juga mengungkap indeks kompetisi di negara-negara ASEAN. Lagi-lagi posisi Indonesia masih berada di urutan bawah.

Baca Juga: Usai Luluk Hamidah, Lukmanul Hakim dan Wisnu Wardhana Ucapkan Selamat untuk Kemenangan Khofifah-Emil

“Karena itu, setuju tidak setuju, kita harus kerja cepat, kerja inovatif, kerja kreatif dan tentu berdaya saing sangat penting,” katanya.

Menurut , social capital di Jawa Timur sangat luar biasa. Begitu juga intellectual capital-nya. Hanya saja belum teraktualisasi dengan baik. Karena itu menegaskan pentingnya kolaborasi dan dan sinergi.

“Sebenarnya kunci dari four point zero (4.0) adalah sinergi, kunci four point zero adalah kolaborasi. Jadi sinergi dan kolabolarasi adalah keyword dari four point zero,” katanya.

Baca Juga: Bedah Buku KH Hasyim Asy'ari di Banjarmasin, Khofifah Sampaikan Pesan Persatuan dan Persaudaraan

Hanya saja, kata , selama ini kita terjebak pada digital system, digital an sich.

“Itu benar, tapi keyword-nya adalah sinergi dan kolaborasi,” tegasnya.

Nah, apa yang dilakukan , lewat pesantren, menurut , adalah sinergi dan kolaborasi.

Baca Juga: Aksi Heroik Relawan Jalan Kaki ke IKN, Khofifah Titipkan Udeng Madura

Menyimak orasi itu, Dahlan Iskan langsung menyimpulkan bahwa adalah seorang teknokrat. Menurut Dahlan, dari inti orasi itu menunjukkan bahwa dia seorang teknokrat.

“Bu , dari seorang birokrat, dari seorang pemimpin ormas, menjadi seorang teknokrat,” kata Dahlan Iskan yang langsung mendapat aplaus panjang. Dahlan mengaku baru dua kali mendengarkan pidato . Yaitu di Gedung Grahadi dan dalam acara wisuda ini.

(Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, Wakil Gubernur Jawa Timur Dr Emil Elestianto Dardak, Dahlan Iskan dan para nara sumber lain. Foto: mma/bangsaonline.com)

Apa itu teknokrat? “Kemampuan teknokrasi adalah kemampun melihat persoalan, kemudian bisa menstrukturkan persoalan, kemudian bisa membuat skala prioritas, mana yang penting, mana yang agak penting, dan mana yang kurang penting. Kemampuan itu sangat diperlukan bagi seorang pemimpin,” kata tokoh pers yang mantan menteri BUMN.

Menurut Dahlan, tak semua orang bisa melihat persoalan. “Persoalan itu banyak. Tak semua orang bisa melihat persoalan,” katanya sembari mengatakan bahwa kadang orang grambyang dalam melihat persoalan.

Bahkan, kata Dahlan, kadang orang bisa melihat persoalan tapi tak bisa menstrukturkan persoalan.

Dahlan kemudian menunjukkan beberapa syarat seorang teknokrat, Menurut Dahlan, seorang teknokrat, selain mampu memilah mana persoalan yang penting, yang agak penting dan kurang penting, juga harus mampu membuat program.

“Bukan hanya mampu membuat program tapi juga mampu mengoperasionalkan dan juga mampu mengontrolnya sehingga mencapai target,” katanya.

Menurut Dahlan, teknokrat sangat langka di lingkungan pesantren. “Dan itulah kelemahan keluarga kita, keluarga pesantren, termasuk keluarga saya, karena saya mendapat warisan dari leluhur kami sekitar 120 madrasah,” kata Dahlan Iskan.

“Kita pinter pidato, kita pinter mengerahkan massa, kita pinter berdebat, tapi lemah dalam teknoratis,” tambahnya.

Menurut dia, yang pintar ngomong di TV sudah sangat banyak, tapi kemampuan teknorasinya masih lemah.

Dahlan Iskan juga merespon pernyataan yang mencalonkan sebagai presiden. Menurut dia, di Indonesia sekarang ini sudah ada 120 juta penduduk kelas menengah.

Tapi, kata Dahlan, keberadaan mereka tak kelihatan, karena bercampur dengan 150 juta penduduk yang masih belum mencapai kelas menengah.

Menurut Dahlan, seandainya 120 juta penduduk Indonesia kelas menengah itu dikumpulkan dalam satu pulau, pasti akan mengalahkan Australia.

Dahlan mengaku merenung lama, bagaimana caranya agar 150 penduduk yang masih belum mencapai status kelas menengah itu bisa berkembang dan kemudian juga menjadi kelas menengah. Menurut dia, itu perlu cara tersendiri untuk memotivasi mereka. Dan itu tak mudah. Karena mereka berasal dari desa, yang masih miskin, bahkan mungkin juga dari pesantren.

Mereka, tutur Dahlan bisa salah paham jika pemimpin yang mengajak mereka untuk maju tak paham tentang kultur mereka. Bahkan bisa dianggap anti Islam dan sebagainya.

Ia mengaku punya ide setelah lama merenung. Menurut dia, pemimpin yang bisa mengajak 150 juta penduduk itu maju adalah orang yang juga berasal dari mereka. Artinya, calon presidennya harus dari kalangan mereka.

Ia mengatakan, penduduk yang sudah maju yang jumlahnya 120 juta tak perlu dimotivasi lagi. Karena mereka pasti akan berusaha maju sendiri.

“Mereka ini sudah tidak mau lagi miskin. Mereka sudah kapok jadi orang susah,” kata Dahlan Iskan.

Pemkiran Dahlan Iskan itu ternyata mengena. Para tokoh yang orasi setelah Dahlan Iskan memuji ide dan inovasi yang disampaikan Dahlan Iskan. “Pak Dahlan ini memang tokoh inspiratif,” Prof Dr Agus Mulyanah, sosiolog dari Universitas Indonesia. Ia bahkan mengaku selalu membaca tulisan-tulisan inovatif Dahlan Iskan di Disway.

Sementara Dr KH Muhammad Al Barra (Gus Bara) yang sambutan atas nama ketua Yayasan mengingatkan para wisudawan-wisudawati agar selalu menghargai jasa para guru. Mengutip Kitab Ta’lim Muta’aalim, Wakil Bupati Mojokerto itu mengatakan bahwa orang tua kita ada tiga.

Pertama, orang tua yang melahirkan, yaitu ayah dan ibu kita. Kedua, orang yang menikahkan kita, yaitu ayah dan ibu mertua kita. Ketiga, adalah orang yang mengajarkan ilmu kepada kita, yaitu guru atau dosen kita.

Acara wisuda itu memang cukup istimewa. Sejumlah tokoh nasional hadir. Antara lain Gubernur Jawa Timur Indar Parawansa, tokoh pers dan mantan menteri BUMN, Dahlan Iskan, penyair kondang asal Sumenep D Zawawi Imron, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, sosiolog UI Prof Dr Agung Mulyana, dan para petinggi Kopertais serta Kemenag Jatim.

Selain itu juga hadir beberapa syaikh dari negara Timur Tengah, antara lain dari Mesir.

Acara wisuda itu kian semarak ketika penyair KH D Zawawi Imron membacakan puisi yang sangat menyentuh kalbu. Budayawan asal Sumenep Madura itu membacakan beberapa puisi, disamping berpantun. Diantaranya puisi tentang ibu yang disebut sebagai pahlawan.

Acara wisuda itu berlangsung dua tahap. Pertama, dimulai pukul 8.30 WIB hingga 12.00 WIB. Tahap kedua dimulai pukul 13.00 hingga pukul 16.30 WIB.

Wisuda itu dipimpin Rektor I Dr KH Mauhibur Rohman (Gus Muhib), menantu . (MMA)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO