KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang, yang menewaskan ratusan orang menjadi perhatian seluruh masyarakat penjuru negeri. Bahkan di luar negeri seperti di Liga Eropa, turut mengheningkan cipta untuk mengenang insiden mengerikan tersebut.
Tak terkecuali yang dilakukan oleh ratusan Siswa-siswi MI Al-Falah di Desa Pagu, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri. Senin pagi (3/10/2022), sebelum memulai pelajaran, mereka memanjatkan doa untuk para suporter Arema yang meninggal dalam tragedi maut tersebut dipandu oleh para guru.
Baca Juga: PAN Kabupaten Kediri Bertekad Menangkan Dhito-Dewi dengan Target Suara 80 Persen
Kepala MI Al Falah, Miftahur Rohmah, mengatakan kegiatan ini sengaja digelar sebagai bentuk simpatik terhadap para korban tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Sabtu (1/10/2022) lalu.
"Kami mewakili para siswa MI Al-Falah, menyampaikan turut berbelasungkawa yang sebesar-besarnya atas meninggalnya saudara kita (para suporter Arema) di Malang,"kata Rohman, Senin (3/10/2022).
Sebelumnya, Ketua Umum Persedikab Kediri Hanindhito Himawan Pramana juga menyampaikan duka mendalam atas insiden antara suporter dan aparat usai laga Arema FC dengan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan.
Baca Juga: Khofifah Siap Koneksikan Tuna Sirip Kuning Andalan TPI Sendang Biru dengan Industri
Menurut Dhito, sapaan akrab pria yang juga juga Bupati Kediri itu, kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan merupakan sejarah kelam bagi dunia sepakbola tanah air.
Putra Menseskab Pramono Anung itu menyebut insiden kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan merupakan pukulan bagi seluruh pecinta sepak bola tanah air.
“Tentu ini tidak hanya menjadi kesedihan teman-teman Aremania, atau kesedihan teman-teman Persebaya, tapi ini menjadi kesedihan dan kehilangan seluruh pecinta bola di Republik Indonesia. Doa terbaik dari Kabupaten Kediri untuk Kanjuruhan Malang,” kata Dhito.
Baca Juga: Laporan soal Kades di Malang Tak Netral Ditolak, Tim Paslon Gus Banding ke Bawaslu dan DKPP Jatim
Pihaknya mengimbau semua suporter sepak bola agar introspeksi dan menjadikan peristiwa di Stadion Kanjuruhan sebagai pelajaran. Ia menegaskan, tidak ada nyawa yang sebanding dalam sebuah olahraga, termasuk sepak bola.
Dhito mengatakan sudah berkomunikasi dengan Bupati Malang maupun Wali Kota Malang untuk mencari informasi ada tidaknya korban dari warga Kabupaten Kediri dalam insiden di Stadion Kanjuruhan. (uji/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News