PAMEKASAN, BANGSAONLINE.com - Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) Wilayah Jawa Timur mengecam tragedi Kanjuruhan Malang yang merenggut ratusan nyawa suporter Arema FC. Peristiwa itu bertepatan dengan peringatan Hari Kesaktian Pancasila, Minggu (1/10/2022).
Hal tersebut diungkapkan oleh Kordinator Wilayah Brigade GPII Jawa timur, Wahyudi. Pihaknya turut berbelasungkawa serta sangat prihatin atas kejadian ini, karena fanatisme para penggemar olahraga sepak bola yang sudah sangat berlebihan dan memprihatinkan.
Baca Juga: Gelar Wisuda ke-V, Ketua STISA Pamekasan Apresiasi Perjuangan Wisudawan
"Perlu diingat, sepak bola tidak sebanding dengan harga nyawa yang dipertaruhkan. Jika terjadi seperti ini, siapa sekarang yang akan bertanggung jawab jika ada ratusan nyawa yang melayang?," ujarnya kepada BANGSAONLINE.com, Selasa (4/10/2022).
Menurut dia, kesan olahraga yang timbul saat ini tidak lagi menjadi ajang sportivitas dan prestasi semata, tetapi menjadi tempat untuk menunjukkan primordial tersendiri bagi setiap suporter fanatik.
Wahyudi turut menyayangkan banyaknya korban yang merupakan terbesar ke dua dalam sejarah tragedi sepak bola dunia selama ini. Berdasarkan catatan FIFA sebagai pemangku sepak bola internasional, suporter yang tewas melebihi kerusuhan di liga Inggris beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Sepanjang 2024, Damkar Pamekasan Tangani 174 Kebakaran dan 13 Animal Rescue
Pihaknya mendukung pernyataan Presiden RI Joko Widodo yang meminta semua pihak mengusut tuntas dan evaluasi secara menyeluruh penyelenggaraan liga di Indonesia. Terlebih soal sistem dan prosedur pengamanan pertandingan agar peristiwa serupa tak terulang.
"Ini bukan hanya menjadi pelajaran berharga dan mahal bagi segenap masyarakat pecinta bola dan PSSI. Melainkan menjadi warning serius dari semua sistem pelaksanaan pertandingan sepak bola yang seharusnya sesuai dengan koridor aturan FIFA yang ada," kata Wahyudi.
Ia menegaskan, GPII Wilayah Jawa Timur meminta Kapolri untuk membentuk tim investigasi khusus soal tragedi Kanjuruhan Malang agar transparan dan akuntabel guna menguak kebenaran yang terjadi.
Baca Juga: Pimpin Upacara Hari Bela Negara ke-76, Pj Bupati Pamekasan: Momentum Perkuat Kesatuan Bangsa
"Seharusnya tidak ada aparat keamanan yang bersenjata di dalam lapangan hijau, kecuali tim keamanan sipil khusus atau steward yang ada di sana. Lalu tidak diperbolehkan ada penggunaan gas air mata dan flare selama ada penonton dan pemain yang sedang bertanding, apapun alasannya, jadi ini patut diduga diluar SOP pengamanan yang ada," tuturnya.
"Aturan ini jelas dalam pertandingan yang dikeluarkan untuk oleh FIFA dan harus dipatuhi oleh segenap panitia pelaksana termasuk PSSI yang memangku liga 1 Indonesia selama ini. Jadi sudah jelas harus ada yang bertanggung jawab," pungkasnya. (dim/sis)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News