SUMENEP, BANGSAONLINE.com - Semangat warga kepulauan untuk menjaga tradisi membatik di Sumenep terus dikembangkan. Bahkan, untuk menjaga tradisi nenek moyangnya, sejumlah warga terus mengajari anak cucu mereka sejak dini.
Pemahaman membatik yang diberikan tersebut tidak mengenal tempat, bahkan saat ini di wilayah Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean telah dimasukkan kedalam materi muatan lokal (Mulok) di berbagai sekolah negeri. Salah satunya yang diajarkan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Arjasa, Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean.
Baca Juga: WBP Lapas Ngawi Berlatih Batik Cap
Anak didik di sekolah plat merah itu, mulai dididik dan dibiasakan membatik sejak baru masuk sekolah. Bahkan saat ini sudah banyak siswa yang mahir melukis kain dengan berbagai macam motif.
”Kami diajari membatik mulai baru masuk ke sekolah, karena pelajaran tersebut termasuk kurikulum di sekolah kami,” kata siswa kelas IX SMPN I Arjasa Anisa Nurul Fahmi Qorina.
Menurutnya, pelajaran membatik tidak hanya diberikan pada siswa atau kelas tertentu saja, melainkan diberikan pada semua siswa. Sehingga pelajaran membatik, dapat diserap oleh semua siswa, serta menjadi pelajaran favorit karena diyakini dapat menampung luapan imajinasi siswa pada selembar kain.
Baca Juga: Gubernur Khofifah Hadiri Puncak Mojo Batik Festival 2023, Ada Tari Kolosal hingga Fashion Show
Meski materi pelajaran membatik hanya diberikan satu kali dengan jangka waktu dua jam selama seminggu, namun karena guru pembimbingnya sangat telaten, para siswa dapat menerima pelajaran itu dengan cepat. Sehingga siswa di SMPN I Arjasa, sudah bisa meluapkan emosinya lewat karya batik tulis, serta sudah bisa membuat corak atau motif sendiri.
”Karena menyesuaikan dengan jadwal pelajaran di sekolah, pelajaran membatik diberikan 1 minggu 2 jam, jadi waktunya memang tidak banyak untuk pelajaran membatik,” kata guru pembimbing bidang seni dan budaya SMPN I Arjasa Pardi,
Namun begitu, dalam setiap minggunya siswa dapat menghasilkan 1 karya batik ukuran kecil ukuran sapu tangan. Sehingga dalam sebulan SMPN Arjasa dapat menampung batik karya siswa sebanyak 160 lembar batik ukuran sapu tangan.
Baca Juga: Hari Batik Nasional 2023, Gubernur Khofifah Terbitkan Surat Edaran
Disinggung mengenai biaya untuk pembuatan batik, Pardi mengaku hasil patungan para siswa, karena sekolah memang tidak menyediakan anggaran untuk materi tersebut. Sementara untuk pemasaran batik karya siswa tersebut, dilakukan secara manual atau dijual secara door to door ke sekolah lain yang ada di pulau Kangean.
”Kami masih dalam proses pembelajaran, jadi belum bisa memproduksi secara massal. Tapi mudah-mudahan nanti bisa memproduksi dalam jumlah besar, kita berharap saja,” imbuhnya.
Sedangkan motif batik yang diajarkan bagi para siswa, adalah motif flora, dan fauna sebagai ciri khas pulau Kangean, yang dikelilingi lautan. Tidak hanya itu, siswa SMPN Arjasa memiliki motif khusus dalam membatik, yakni ayam bekisar, yang akan menjadi ikon batik pulau kangean, yang terkenal dengan nama pulau cukir.
Baca Juga: Eloknya Batik Karya Warga Binaan Lapas dan Rutan Kanwil Kemenkumham Jatim yang Mendunia
Sementara peralatan yang digunakan para siswa dalam membatik, didatangkan dari Solo Jawa Tengah. Sehingga siswa yang akan membatik tidak kebingungan mencari peralatannya, karena sekolah sudah menyediakannnya.
Kepala Sekolah SMPN I Arjasa Suryoadi mengatakan, dimasukkan pelajaran membatik di sekolahnya itu, merupakan salah satu upaya untuk terus menjaga agar budaya membatik di pulau madura ini tetap dilestarikan. Selain itu, juga setelah anak didiknya sudha lulus nantinya bisa dijadikan modal usaha home industri.
”Ini merupakan modal dasar bagi para siswa, untuk mengembangkannya nanti ketika sudah berkeluarga, syukur-syukur para siswa nantinya bisa membuka sentra batik khas pulau Kangean, kan bisa membuka lapangan kerja,” papar Suryoadi.
Baca Juga: Pelajar Indonesia Program Beasiswa IISMA Perkenalkan Batik dan Jajan Indonesia di Lithuania
Pihaknya berharap, dengan metode pembelajaran membatik disekolah, pemerintah atau instansi terkait dapat lebih memperhatikan untuk membantu melestarikan batik, terutama dari segi permodalan.
Terpisah Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Sumenep, A. Shadik menyatakan, kesenian membatik memang sudah masuk mulok (muatan lokal) sejak lama. Mulok tersebut sudah menjadi ciri khas masing-masing daerah, dimana lembaga tersebut berada.
”Kami senang bila generasi muda sudah banyak yang pandai membatik, sehingga para siswa nantinya, bisa mencari penghasilan dari karya-karyanya," terangnya. (fay/rvl)
Baca Juga: Fashion Designer dari Surabaya ini Kenalkan Kebaya Batik hingga Mancanegara
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News