SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH Abdul Hakim Mahfud yang akrab dipanggil Gus Kikin mengungkapkan bahwa ulama pesantren tidak hanya berperan penting dalam merebut kemerdekaan Republik Indonesia, tapi juga dikenal sebagai pejuang pemberani.
Ia mencontohkan peristiwa heroik pertempuran arek-arek Suroboyo melawan penjajah Inggris yang menewaskan Mallaby. “Mereka diultimatum. Tapi warga Surabaya tak takut. Mereka (penjajah) ditantangi,” kata Gus Kikin saat menjadi pembicara dalam National Symposium On Youth Spirit: Ushering Indonesia Golden Era 2045 yang digelar BEM Fisip Unair di Aula Soetandyo Fisip Unair Surabaya, Jumat (11/11/2022).
Baca Juga: Pertama di Indonesia, Pentas Wayang Perjuangan Hadratussyaikh, Dalang Ki Cahyo Kuntadi Riset Dulu
“Padahal persenjataan Inggris sangat lengkap,”tegas Gus Kikin lagi.
Menurut Gus Kikin, pertempuran Surabaya tak terjadi begitu saja. “Ada proses panjang, persiapan yang matang,” katanya.
Karena itu ketika Hadratussyaikh mengeluarkan fatwa Resolusi Jihad, resonansi atau gaungnya sangat besar. Rakyat Indonesia, terutama warga Kota Surabaya, menyambut secara gegap gempita.
Baca Juga: Polemik Nasab Tak Penting dan Tak Ada Manfaatnya, Gus Fahmi: Pesantren Tebuireng Tak Terlibat
Gus Kikin menegaskan, pada 21-22 Oktober PBNU mengadakan rapat pleno di Surabaya; mengeluarkan sikap dan menyerukan: 1. Fatwa Jihad untuk masyarakat. 2. Resolusi Jihad untuk pemerintah.
Saat NU membahas resolusi jihad itu, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari adalah Rais Akbar Syuriah PBNU. Hadratussyaikh dikenal sebagai ulama kharismatik yang punya pengaruh besar, baik di internal NU maupun di luar NU, termasuk pada penjajah.
Tanggal 22 Oktober itu kemudian ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional. Sedangkan peristiwa pertempuran 10 Nopember ditetapkan sebagai Hari Pahlawan Nasional.
Baca Juga: Peringati Hari Santri, PWNU Jatim Road Show Seminar Kebangsaan di 16 Kampus
Gus Kikin mengungkapkan, peran Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari sangat sentral dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, terutama dalam peristiwa pertempuran Surabaya.
(KH Abdul Hakim Mahfud (Gus Kikin) dan Prof Dr Hj Nisful Laila, SE, M.Com menerima cindera mata dari BEM Fisip Unair dalam acara National Symposium On Youth Spirit: Ushering Indonesia Golden Era 2045 yang digelar BEM Fisip Unair di Aula Soetandyo Fisip Unair Surabaya, Jumat (11/11/2022). Foto: bangsaonline.com)
Baca Juga: Hari Santri Nasional 2024, PCNU Gelar Drama Kolosal Resolusi Jihad di Tugu Pahlawan Surabaya
Mengutip tulisan wartawan As’ad Shahab yang banyak menulis tentang Hadratussyaikh, Gus Kikin mengatakan, Hadratussyaikh telah membentuk 3 milisi yang sudah disiapkan dan dilatih pasukan Jepang.
“Yaitu Hizbullah, Sabilillah, dan Mujahidin.Mereka berjumlah puluhan ribu dan tersebar di seluruh Indonesia,” tegas Gus Kikin.
Jumlah pasukan pejuang itu, tegas Gus Kikin, sangat besar. Cicit Hadratussyaikh Kiai Hasyim Asy’ari itu mengutip data yang dilansir Jepang dalam buku Pertumbuhan dan Perkembangan NU yang ditulis Choirul Anam.
Baca Juga: Menparekraf: Kota Mojokerto Jadi Contoh Pengembangan Ekonomi Kreatif
“Tahun 1942 Jepang mendata bahwa 25.000 ulama/tokoh Jawa-Madura adalah santri Hadratussyaikh,” tulis Gus Kikin dalam makalahnya. Ini mudah dipahami, karena ulama-ulama besar di Jawa dan Madura, terutama pengasuh pesantren, santri Hadratussyaikh.
Hanya saja, tegas Gus Kikin, banyak masyarakat yang belum tahu tentang peran penting ulama pesantren karena dalam sejarah kemerdekaan Indonesia yang lama tak pernah ditulis. Karena itu ia berharap generasi muda, terutama para mahasiswa, banyak mempelahari sejarah pahlawan Indonesia agar bisa meneladani perjuangan, pengorbanan dan pengabdian mereka.
Ia juga berharap para mahasiswa meneladani para pejuang Indonesia, terutama para ulama. Sebab, tegas Gus Kikin, para mahasiswa sekarang inilah yang akan menjadi pemimpin pada 2045 nanti. Karena itu ia mengingatkan agar menata niat dan motivasi perjuangannya.
Baca Juga: Disambut Antusias Warga Blitar, Khofifah: Pekik Allahu Akbar Bung Tomo Dawuh Hadratussyaikh
“Kita jangan menuntut dari apa yang kita perjuangkan. Tapi hanya untuk pengabdian,” katanya. Sebab pahlawan kita murni berjuang untuk Indonesia. “Mereka hanya berpikir tentang mempertahankan Indonesia,” kata Gus Kikin.
Sementara Prof Dr Hj Nisful Laila, SE, M.Com banyak membahas ekonomi kreatif. Wakil Dekan II FEB Universitas Airlangga itu mengignatkan pentingnya para mahasiswa berpikir inovatif dan kreatif. Ia mengajak para mahasiswa untuk mendirikan start-up berbasis teknologi. Ia juga mengajak para mahasiswa memberdayakan ekonomi desa dengan menciptkan produk kreatif.
Selain itu, tegas Nisful Laila, mahasiswa harus meningkatkan partisipasi dalam program pengabdian masyararakat pada sektor ekonomi kreatif.
Baca Juga: Terima Dubes Jepang untuk Indonesia, Pj Gubernur Jatim Bahas Pengembangan Kerja Sama
“Kalau KKN jangan hanya membuat WC seperti mahasiswa-mahasiswa sebelumnya. Mahasiswa harus menjadi agent of change,” kata Nisful Laila.
Menurut dia, mahasiswa atau pemuda juga harus ikut memberikan solusi atas masalah keterbatasan modal sektor UMKM melalui ide pembiayaan berbasis fintech.
Ia mencontohkan kebijakan ekonomi kreatif Jepang dalam membantu UMKM. “Saya pernah empat tahun tinggal di Jepang. Sparepart mobil Mazda itu tak boleh dibikin pabrik besar. Tapi harus dibuat oleh rumah tangga,” kata perempuan berjilbab itu.
Baca Juga: Silaturahmi ke Keluarga Pendiri NU, Mundjidah-Sumrambah Minta Restu
Menurut dia, warga negara-negara maju juga mulai memiliki kesadaran tentang pentingnya mengatur waktu untuk memakai handphone (HP). “Mereka mulai menjauhi HP. Karena orang yang bermain HP kadang tak menghormati orang lain,” katanya.
Selain Gus Kikin dan Nisful Laila, juga tampil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia Sandiaga Salahuddin Uno, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak dan Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko. Hanya tiga pejabat itu bicara secara virtual. Sementara Dekan FISIP Unair diwakili Wakil Dekan Irfan Wahyudi, S.Sos, M.Comm, Ph.D. (mma)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News