BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Siapa yang menyangka jika pria berbadan gemuk ini memiliki keterampilan dan banyak memberikan manfaat khususnya bagi masyarakat di sekitarnya. Pria berkulit hitam itu memiliki nama Supari (54), warga Dusun Balungdowo, Desa Karangdayu, Kecamatan Baureno, Bojonegoro.
Dengan segala ketramplian dan kecerdasannya, pria yang saat ini menjabat sebagai Kepala urusan (Kaur) Pemerintahan Desa setempat itu mampu menciptakan alat penetas telur bebek tradisional dan penggiling keong mas. Berkat ketrampilannya itu, kini dia menjadi penetas telur yang sukses serta mampu memberikan peluang pekerjaan kepada masyarakat di sekitarnya.
"Awalnya, dulu saya hanya memelihara sebanyak 25 ekor bebek, setiap hari bebek itu dapat bertelur antara 18 sampai 20 butir. Tetapi harga jualnya cukup murah hanya kisaran Rp 1.000 sampai Rp 1.500 saja. Setelah saya pikir kok hasilnya kurang, sehingga saya mencoba untuk tidak menjual tetapi menetaskan telur itu," ujarnya, kemarin (17/5).
Pria yang akrab disapa Mbah Bayan Pari itu menjelaskan, usaha menetaskan telur bebek itu awalnya tidak berjalan mulus, tepatnya pada pertengahan tahun 2014. Sebab, saat ia menetaskan 107 butir telur terkadang hanya menetas sebanyak 50 ekor bebek. Sehingga kekurangan dan kegagalannya itu terus dipelajari hari demi hari. Walhasil, jerih payahnya itu kini terbayar dan saat ini usahanya menetaskan telur bebek terus berkembang.
"Disamping harga anakan bebek lumayan tinggi, minat masyarakat untuk membudidaya bebek juga tinggi (di sekitar kecamatan Baureno,red). Karena disini daerahnya banyak persawahan dan air sehingga cocok untuk membudidaya bebek," terangnya.
Tiap satu ekornya, anakan bebek itu dihargai senilai Rp 7.000 sampai Rp 8.000. Pembeli anakan bebek itu berasal dari lokal Bojonegoro, Lamongan dan Jombang. Sementara dalam setiap minggu, ia mampu menetaskan sebanyak 250 sampai 300 ekor bebek. Telur yang diopen (dipanaskan) di dalam kotak kayu buatannya sendiri itu akan menetas dalam waktu 27 hari.
Ia menjelaskan, di dalam kotak itu terdapat dua buah lampu berukuran 5 watt serta alat penyetabil suhu yang bernama termostrap. Alat itu berfungsi untuk mengontrol suhu panas dari lampu yang ada didalam kotak. Jika suhunya panasnya diatas 20 derajat celcius, maka lampu akan mati dengan sendirinya.
"Ini (kotak penetas telur,red) saya rangkai sendiri tidak meniru siapa-siapa. Ternyata banyak yang minat juga," ujarnya.
Selalin mampu membuat kotak penetas telur, dia juga mampu membuat alat penggiling keong mas (keong sawah,red). Alat itu diciptakan untuk memudahkan bebek-bebek peliharaannya memakannya. Sebab jika keong mas itu masih utuh, tidak akan dimakan bebek. "Jadi alat itu untuk menghancurkan keong mas pakan bebek ini," jelasnya.
Berkat keahlian dan ketrampilannya itu, saat ini dia mampu memberikan peluang pekerjaan kepada masyarakatnya seperti mencari keong mas, merawat indukan bebek, merawat telur dan pekerjaan lain yang dia kelola. "Punya delapan karyawan saja, lawong usaha kecil-kecilan saja kok," katanya.
Omset yang diterima Supari dari hasil usahanya menetaskan telur bebek itu dalam sebulan mencapai Rp 3 sampai Rp 4 juta. Ia mengaku hingga saat ini tidak ada kendala yang berarti, hanya penyakit indukan bebek saja yang kerap menyerang.
"Alhamdulillah lancar terus, paling penyakit untuk indukan saat perubahan musim itu saja kendalanya," pungkasnya.
Baca Juga: Bosa Jasa: Solusi Urus Izin Usaha Mudah dari Rumah Saja
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News