SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Gunung Semeru yang terdapat di Jawa Timur kembali mengalami erupsi dan mengeluarkan awan panas pada hari Minggu (4/12/2022) sekitar pukul 02.46 WIB. Ketinggian kolom abu mencapai 1.500 meter di atas puncak gunung, sekitar 5.176 meter di atas permukaan laut.
Awan panas dari Gunung Semeru telah menyentuh Jembatan Gladak Perak di Sumber Wuluh, Candipuro. Jembatan Gladak ini pernah putus akibat terjangan erupsi Gunung Semeru.
Baca Juga: Pastikan Kecukupan Kebutuhan Susu, Pj. Gubernur Jatim Tinjau Peternakan Sapi Perah di Banyuwangi
Gunung Semeru menyimpan kisah tragis aktivis Soe Hok Gie yang sekaligus merupakan salah satu penulis Indonesia.
Soe Hok Gie pernah melakukan perjalanan bersama teman-temannya pada 12 Desember 1969 menuju Gunung Semeru.
Pendakian Soe Hok Gie bersama teman-temannya dirasakan sangat istimewa, dikarenakan lima hari lagi Gie akan berulang tahun yang ke-27.
Baca Juga: TNI-Polri Apresiasi Kesiapan Posko Nataru di Pelabuhan Tanjung Perak, Ini Kata Pj Gubernur Jatim
Perjalanan Gie dan teman-temannya dimulai dari Kali Amprong, dilanjutkan menuju pematang Gunung Ayek-Ayek, dan turun ke arah Oro Oro Ombo. Jalur yang dipilih tidak biasa dikarenakan mengikuti sebuah buku panduan terbitan Belanda tahun 1930.
Namun, pendakian spesial ini menyimpan kisah tragis bagi Gie. Hal itu dikarenakan ia tidak sengaja menghirup gas beracun karena duduk di Puncak Mahameru. Akibatnya Gie meninggal dunia di Gunung Semeru beberapa jam sebelum menginjak usia 27 tahun. Pendakian sampai ke Puncak Mahameru sebenarnya dapat dikatakan ilegal karena tidak direkomendasikan oleh pihak Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Hal itu bentuk kewaspadaan jika sewaktu-waktu gas beracun dapat keluar.
Evakuasi jenazah Gie memakan proses yang cukup lama sebelum akhirnya disemayamkan di Fakultas Sastra UI Rawamangun.
Baca Juga: Dampingi Kapolri dan Panglima TNI, Pj Adhy Tinjau Persiapan Natal 2024 di Gereja Bethany Surabaya
Pada awalnya, jenazah Gie dimakamkan di TPU Menteng Pulo, Jakarta sebelum dipindahkan ke TPU Tanah Abang. Namun, pada tahun 1975, pihak keluarga memutuskan untuk mengkremasi jasad Gie dan abunya disebar di Lembah Mandalawangi, Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat.
(ans)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News