SEMARANG, BANGSAONLINE.com – Acara bedah buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan karya M Mas’ud Adnan di Pondok Pesantren Asshodiqiyah, Gayamsari, Semarang, Jawa Tengah (Jateng), ternyata menjadi ajang curhat anggota DPRD Jateng. Muh Zen, anggota DPRD Jateng, yang hadir dalam acara yang dipandu Ahsan itu terang-terangan mengeluh kepada Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, tentang diskriminasi dana Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA) di daerah yang dipimpin Gubernur Ganjar Pranowo itu.
Muh Zen mengungkapkan bahwa BOSDA di Jawa Tengah tidak sama nilainya antara sekolah negeri dan sekolah swasta. “Saya terus terang saja. Sekolah swasta di Jawa Tengah hanya mendapat Rp 150 ribu. Sedangkan sekolah negeri mendapat Rp 1,5 juta. Teman-teman Pergunu yang tahu,” kata Muh Zen dengan suara lantang, Sabtu (3/12/2022)..
Baca Juga: Ribuan Warga Padati Mubarok Bersholawat, Paslon 2 Optimis Menang di Ngoro, Mojokerto
Menurut Zen, ini berbeda jauh dengan kebijakan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Gubernur Khofifah, kata dia, tak membedakan sekolah swasta dan negeri. Nilai BOSDA-nya sama. Sehingga adil.
“Jawa Timur luar biasa. Berbeda dengan Jawa Tengah. Saya matur apa adanya. Jawa Timur sami (nilai BOSDA-nya antara sekolah swasta dan negeri). BOSDA di Jawa Timur sama antara (sekolah) negeri dan swasta,” kata Muh Zen memuji Gubernur Khofifah.
Menurut dia, ini menjadi catatan anggota DPRD dan Pergunu Jateng. “Nuwun sewu kiai, saya harus matur ini kepada panjenengan karena panjenengan yang mengawal Bu Khofifah. Sekali lagi, ini menjadi catatan kami di DPRD Jawa Tengah dan teman-teman Pergunu Jawa Tengah,” tambah Muh Zen lagi.
Baca Juga: Mubarok Gembleng 6.472 Calon Saksi untuk Gus Barra-Rizal dan Khofifah-Emil di Mojokerto
Menjawab keluhan anggota DPRD Jateng itu, Kiai Asep memberikan atensi khusus. “Yang menarik dari pertanyaan panjenangan adalah soal Bu Khofifah,” kata Kiai Asep yang dikenal luas sebagai pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur.
Kiai Asep mengungkapkan, Gubernur Khofifah memang sangat peduli terhadap pendidikan. Termasuk kepada lembaga pendidikan diniyah yang nota bene kebanyakan swasta.
Menurut Kiai Asep, kebijakan positif Gubernur Khofifah bukan hanya soal BOSDA yang memang adil terhadap lembaga pendidikan swasta dan negeri. Tapi juga banyak memberikan beasiswa. Madrasah-madrasah dapat beasiswa. Terutama guru-gurunya.
Baca Juga: Survei Poltracking Terbaru, Khofifah-Emil Melejit Tinggalkan Risma-Hans dan Luluk-Lukman
“Perguruan tinggi mendapat beasiswa. S1 dapat beasiswa. S2 dapat beasiswa, S3 juga dapat beasiswa,” kata Kiai Asep.
Karena itu, tegas Kiai Asep, yang paling layak jadi presiden menggantikan Presiden Jokowi adalah Gubernur Khofifah. “Seorang individu yang besar andilnya terhadap Pak Jokowi adalah Bu Khofifah. Saya saksinya, saya pernah ikut ke luar negeri,” tegas Kiai Asep.
Kiai Asep membeber prestasi Khofifah. Menurut dia, dari semua calon presiden yang muncul sekarang Khofifah paling lengkap dan berprestasi. “Insyaallah dari segi kualitas beliau adalah yang paling punya kwalitas dari semua calon-calon yang muncul sekarang,” kata Kiai Asep.
Baca Juga: Survei ARCI: Khofifah-Emil Dominan di Mataraman
Begitu juga dari segi pengalaman jabatan. “Bu Khofifah pernah jadi anggota DPR RI. Anggota DPR terbaik. Pernah jadi menteri. Menteri terbaik. Dan sekarang beliau jadi gubernur, juga gubernur terbaik,” kata Kiai Asep.
Calon presiden yang muncul sekarang, kata Kiai Asep, tak selengkap Khofifah. “Pak Ganjar pernah dari anggota DPR dan gubernur, tapi tak pernah jadi menteri. Pak Anis Baswedan pernah jadi menteri dan gubernur tapi tak pernah jadi anggota DPR,” kata Kiai Asep.
Menurut Kiai Asep, Khofifah milik kita bersama. “Tapi sayangnya kita belum berdaya untuk mengangkat beliau ke permukaan, sampai hari ini,” kata Kiai Asep. Dalam berbagai kesempatan, Kiai Asep mengeluhkan tim media Khofifah yang kurang mampu mengorbitkan tokoh berprestasi itu.
Baca Juga: Siap Jadikan Jawa Timur Sebagai Gerbang Baru Nusantara, Khofifah-Emil Ajak Sukseskan Pilkada 2024
“Saya kadang berpikir, apakah Allah yang mengatur agar (beliau) menyelesaikan Jawa Timur dulu. Baru setelah itu beliau jadi presiden. Tapi seandainya jadi presiden sekarang akan lebih baik,” kata Kiai Asep.
Kiai Asep mengaku tak pernah putus berdoa agar Khofifah jadi Presiden. Menurut dia, Khofifah milik kita bersama. Ia menunggu isyarat dari Khofifah untuk bergerak.
“Karena itu kalau Pak Kiai Adnan sudah mendapat izin dari beliau (Khofifah) untuk memulai JKSN-nya untuk Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan seterusnya, (kita akan bergerak),” kata Kiai Asep.
Baca Juga: Sholawatan Bersama Habib Syekh, Khofifah Ajak Generasi Muda Tingkatkan Prestasi dan Jauhi Narkoba
Yang dimaksud Kiai Adnan adalah Dr KH Muhammad Adnan, mantan Ketua PWNU Jawa Tengah tiga periode yang juga dosen Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.
Dalam acara itu Kiai Muhammad Adnan menjadi salah seorang narasumber, disamping Prof Dr Mudzakkir Ali, Rektor Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang.
Selain dua tokoh NU itu M Mas’ud Adnan, penulis buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan yang juga CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com, juga menjadi nara sumber.
Baca Juga: Di Sidoarjo, Khofifah Ajak Sukseskan Pilkada Serentak 2024 dengan Damai dan Senang
Kiai Asep mengaku kurang sepakat jika Khofifah jadi Calon Wakil Presiden.
Kenapa? “Lebih baik jadi kepala kucing dari pada jadi ekor harimau,” kata Kiai Asep.
Lalu bagaimana sikap nara sumber yang lain? Kiai Muhammad Adnan mengaku menunggu langkah Kiai Asep. Sebab Kiai Asep inilah yang mengantar Khofifah jadi Gubernur Jawa Timur.
Baca Juga: Direksi dan Karyawan Sekar Laut Sidoarjo Kompak Dukung Khofifah, Disebut Cagub Paling Ngayomi
“Saya termasuk pengagum dan berharap Bu Khofifah jadi gubernur. Dan beliaulah (Kiai Asep) yang mengantarkan Bu Khofifah jadi Gubernur Jawa Timur. Saya tak tahu apakah beliau akan mengantarkan lagi Bu Khofifah jadi Gubernur Jawa Timur atau mengantarkan Bu Khofiah jadi pemimpin nasional kita. Saya tunggu fatwanya beliau,” kata Kiai Muhammad Adnan.
Terkait bedah buku Kiai Muhammad Adnan secara pribadi beterimakasih kepada Mas’ud Adnan karena telah menulis buku Kiai Asep secara lengkap.
“Tak ada yang tercecer,” kata Kiai Muhammad Adnan yang oleh KH Hasyim Muzadi, ketua umum PBNU dua periode, sering dipanggil sebagai “doktor ajinomoto” karena alumnus Hiroshima University Jepang.
Ia memperkirakan Mas’ud Adnan akan munulis buku Kiai Asep jilid kedua. “Kalau Pak Mas’ud mengikuti seluruh kegiatan dan gerakan Kiai Asep, baik di Pergunu maupun di tempat lain, pasti akan muncul buku jilid kedua,” tegasnya.
Karena profil Kiai Asep memang menarik. “Kalau menjadi kiai bisa belajar di pesantren. Kalau menjadi miliarder belajar di mana. Gak ada,” katanya.
Apalagi Kiai Asep tidak hanya kaya tapi juga dermawan. Menurut dia, biasanya, kalau menurut teori ekonomi, seseorang makin kaya secara kapitalistik, bukan semakin dermawan tapi semakin konservatif terhadap hartanya.
“Tapi beliau bukan seorang kapitalis tapi seorang ulama,” kata Kiai Adnan.
Menurut dia, seandainya di Indonesia ada orang kaya tapi dermawan seperti Kiai Asep, niscaya Inndonesia ini akan baik.
“Ngak usah banyak-banyak. Tiap provinsi ada satu (orang) saja. Insyaallah Indonesia akan lebih tegak,” katanya. “Nah, kita ini pingin niru. Bagaimana kita jadi ulama tapi sekaligus jadi miliarder. Tidak berhenti di situ. Tapi juga dermawan,” tambahnya.
Kiai Adnan mengaku telah membuktikan sendiri kedermawanan Kiai Asep. Menurut dia, Kiai Asep selalu memberi sarung. “Jadi kalau saya ke Pacet tak perlu membawa sarung. Kalau Kiai Asep belum memberi sarung saya gak pulang-pulang. Habis itu, setelah saya dapat sarung, pamit saya. Alhamdulillah,” kata Kiai Adnan disambut tawa peserta bedah buku yang memenuhi aula Pondok Pesantren Asshidiqiyah Gayamsari Semarang.
Sarung sedekah Kiai Asep itu, menurut Kiai Adnan, tak dipakai sendiri. “Tapi berkah shodaqoh beliau, saya bisa shodaqoh kepada orang lain. Buat apa saya numpuk sarung di rumah. Jadi beliau itu tidak hanya dermawan tapi juga multi level shodaqoh. Pak Mas’ud catat ini untuk buku jilid kedua. Tapi jangan lupa catat nama saya, sebagai pencetusnya,” canda Kiai Adnan yang disambut peserta dengan ucapan mantap teorinya.
Berbeda dengan Kiai Adnan, Prof Mudzakir mengaku baru bertemu Kiai Asep. Tapi ia mengaku sudah sering mendengar tentang Kiai Asep seperti yang ditulis dalam buku itu. “Yaitu miliarder tapi dermawan. Ini harus menjadi cita-cita genarasi muda,” kata Rektor Unwahas itu.
Menurut Prof Mudzakir, Kiai Asep telah mempraktikkan Hadits yang sangat populer. Yang artinya: Dunia dibangun dengan empat pilar. Pertama, dengan ilmunya ulama.
Kedua, dengan adilnya penguasa. Ketiga dengan kedermawanan orang-orang kaya. Keempat dengan doanya para fakir miskin.
“Saya kira yang empat (pilar) ini yang tidak ada bidu’ail fuqoro’. Kecuali perasaan beliau sebagai fuqoro’ mengharap keridlaan dan anugerah dari Allah SWT. Meskipun beliau miliarder tapi ketika menghadap Allah merasa kecil. Paling tidak, 70 persen atau 100 pesen. Jadi empat hal itu dimiliki beliau. Alhamdulillah. Jadi beliau sebagai ilmuwan, sebagai aghniya’ dan sebagai umara’ di daerah tertentu ada pada beliau,” kata Prof Mudzakir.
Maka ia berharap agar kita bisa meniru beliau. “Belajar menjadikan tangan kita di atas,” katanya.
Acara bedah buku itu diikuti 300 peserta yang hadir dari seluruh Jawa Tengah. Acara ini digelar sebagai pamungkas acara pelantikan Pergunu Tengah yang diketuai Dr Nur Cholid. Hadir Sekjen Pergunu Dr Aris Adi Leksono dan Wakil Ketua Umum Pergunu Ahmad Zuhri.
Dalam acara Pergunu Jawa Tengah itu KH Shodiq Hamzah, pengasuh Pondok Pesantren Asshodiqiyah yang baru saja dapat doktor honoris causa hadir untuk memberikan sambutan.
Usai menjadi pembicara dalam bedah buku pada acara pelantikan Pergunu Jawa Tengah itu, Kiai Asep dan rombongan meluncur ke rumah Haji Yono, wali santri Pondok Pesantren Amanatul Ummah, di Batang Jawa Tengah. Kiai Asep kemudian meninjau Rumah Sakit NU Baistussyifa' Limpung yang dibangun oleh MWCNU setempat.
Seperti diberitakan BANGSAONLINE.com, saat acara soft launching Rumah Sakit NU Baitussyifa' itu Kiai Asep hadir dan memimpin istighatsah. Acara itu digelar pada Sabtu 28 Agustus 2021. (MMA)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News