Yang Unik di Maroko, Makan Kuskus dan Tojin Panas Langsung Dingin, Lho?

Yang Unik di Maroko, Makan Kuskus dan Tojin Panas Langsung Dingin, Lho? Couscous atau kuskus, makanan khas Maroko dan negara-negara Timur Tengah di benua Afrika. Coucous dalam foto ini di Restaurant Cafe Maure, Casablanca, Maroko, Sabtu (14/1/2023)Foto: M Mas'ud Adnan/BANGSAONLINE

CASABLANCA, BANGSAONLINE.com Inilah berita ringan, tapi unik dan menarik dalam perjalanan panjang Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA dan rombongan, ke negara-negara Timur Tengah.

Apa saja? CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE, M Mas’ud Adnan, yang mengikuti perjalanan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur tersebut menuliskan untuk pembaca HARIAN BANGSA dan BANGSAOONLINE. Selamat mengikuti:

Baca Juga: Warga Jatim Berjubel Hadiri Kampanye Terakhir Khofifah-Emil, Kiai Asep: Menang 70%

Diawali umrah dan ziarah ke makam Rasulullah SAW dan para sahabat di Makkah dan Madinah, dan rombongan terbang ke Bandara Internasional Kairo Mesir. Di bandara yang sangat besar itu disambut puluhan santri Amanatul Ummah yang kuliah di Mesir.

ditemani istri setianya, Nyai Hj Alif Fadhilah dan Dr KH Mauhibur Rohman (Gus Muhib), Rektor Institut Pesantren KH Abdul Chalim (IKHAC). Selain Bu Nyai dan Gus Muhib, yang  juga ketua umum Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu juga didampingi Dr Eng Fadly Usman, Wakil Rektor IKHAC dan Prof HM Mas’ud Said, Ph.D, direktur Pascasarjana Unisma Malang. Tapi Prof Mas’ud Said hanya ikut sampai Mesir.

(Sajian atau tojin (tagine) disertai roti bulat-bulat. Ini di Kota Casblanca, Maroko, Sabtu (14/1/2023). Foto: M Mas'ud Adnan/BANGSAONLINE

Baca Juga: Ribuan Warga Padati Mubarok Bersholawat, Paslon 2 Optimis Menang di Ngoro, Mojokerto

Di Mesir aktivitas sangat padat. Selama 5 hari dan rombongan berada di negeri sejuta wali itu. banyak silaturahim dengan ulama-ulama besar, terutama ulama Unviersitas Al Azhar, disamping ziarah ke makam-makam para waliyullah. Diantaranya ke Makam Imam Syafii dan Imam Bushiri.

dan rombongan lalu terbang ke Maroko, Jumat (13/1/2023). Tiba di Bandara Internasional Mohammed V Casblanca Maroko, dan rombongan dijemput Gus Ilyas, salah satu putranya yang alumnus perguruan tinggi Qadhi Iyyad Maroko. Gus Ilyas ditemani para mahasiswa asal Indonesia yang kuliah di negeri kerajaan maghribi itu. Diantaranya Yogi, alumnus Pesantren Amanatul Ummah.

(Pintu utama di Casablanca Maroko. Tampak Saifuddin Chalim dan istrinya, Nyai Hj Fadhilah saat keluar dari , Casablanca, Maroko, Sabtu (14/1/2023) Foto: M Mas'ud Adnan/BANGSAONLINE)

Baca Juga: Mubarok Gembleng 6.472 Calon Saksi untuk Gus Barra-Rizal dan Khofifah-Emil di Mojokerto

Dua mobil yang membawa dan rombongan meluncur di jalan raya Casablanca. Di sepanjang jalan pemandangan sangat indah. Terutama ketika berada di bibir pantai. Casablanka memang masuk kawasan Samudra. Terutama Samudra Atlantik.

“Kita cari makan dulu. Kita makan couscous (kuskus),” ajak . Couscous adalah kuliner khas negara-negara maghribi. Terutama Maroko.

Mobil berhenti di sebuah restoran yang bangunannya sangat kuno. Tampak seperti benteng. Atau kerajaan. Temboknya dibiarkan kusam. Suasana historisnya sangat terasa. Apalagi resto itu ada di lantai II. Semua pengunjung harus naik ke sisi kanan atau kiri.

Baca Juga: Doa Bersama Kapolri dan Panglima TNI, Kiai Asep Duduk Satu Meja dengan Kapolda dan Pangdam V Jatim

Nah, di lantai II itu tampak beberapa meriam. Senjata yang dikenal menggunakan bahan bubuk mesiu untuk menembakkan proyektil itu menghadap ke depan. Makin jelas bahwa ini memang heritage, bangunan warisan Maroko tempo dulu.

Namanya Restaurant Café Maure. Letaknya di pinggir jalan raya, di kawasan pesisir Casablanca.

Ternyata resto itu penuh pengunjung. Pautauan BANGSAONLINE, pengunjung itu terdiri dari berbagai etnis dan negara. Ada China, Prancis, Arab, Indonesia dan etnis atau negara lain. 

Baca Juga: Lautan Manusia Padati Kampanye Akbar Paslon 02 Khofifah-Emil dan Gus Barra-Rizal di Mojokerto

(Inilah atau tojin yang sedang dimasak di atas arang yang panas membara. Arang itu terus membara karena dikipasi oleh pelayan. Tajin itu disajikan dengan cobeknya sekalian. Ini juga di kota Casblanca, Maroko, Sabtu (14/1/2023). Foto: M Mas'ud Adnan/BANGSAONLINE)

dan rombongan kesulitan mencari tempat. Karena memang full. Namun setelah menunggu beberapa menit pelayan restoran mempersilakan dan rombongan ke ruangan di pojok.

Para pelayan resto itu dengan sigap melayani. Sebagian orang kulit hitam. Semua pesan couscous. Hanya minumannya yang berbeda.

Baca Juga: Kedatangan Kiai Asep dan Tim Mubarok di Pasar Bangsal Disambut Antusias Pedagang dan Warga

Couscous memang makanan khas Maroko. “Nasinya kayak dari beras menir ya,” kata Bu Nyai Alif Fadhilah. Berasnya memang kecil-kecil dan bulat-bulat.

Penelusuran BANGSAONLINE, kuskus memang terbuat dari butiran gandum semonila. Kuskus tak hanya terkenal di negara-negara benua Afrika tapi juga sangat populer di Sahel, Prancis, Sisilia barat di provinsi Trapani di Italia, dan sebagian di Timur Tengah.

Couscous penuh sayur yang dimasak dengan bumbu beraroma rempah-rempah. Di dalamnya ada daging. Tergantung permintaan. Daging sapi, kambing, atau ayam.

Baca Juga: Di Depan Pergunu Jatim, Kiai Asep Sebut Khofifah Cagub Paling Loman alias Dermawan

Porsinya? Masyaallah. Sangat besar. “Ini porsi orang Maroko yang makanannya memang banyak. Kalau untuk orang Indonesia satu porsi bisa untuk 3 orang,” kata Fadly Usman sembari tertawa. Tapi kuskus yang dimakan Pak Fadly ya hampir habis.

Hanya saja, semua restoran atau rumah makan di Maroko menjual kuskus pada hari Jumat saja. Diluar Jumat tak ada yang jual kuskus.

Kenapa? "Ya tradisi orang Maroko memang seperti itu," tutur Yogi. 

Baca Juga: Kiai Asep Tebar Keberkahan, Borong Dagangan di Pasar Dinoyo sampai Warga Mantap Pilih Mubarok

Pada malam harinya, mengajak makan tagine atau . Sebagian menyebut tojin. Ini juga kuliner khas Maroko. Yang juga populer di negara-negara benua Afrika.

Tajin terbuat dari kentang yang dimasak dengan minyak zaitun. Di dalamnya juga ada daging. Ada kalanya daging ayam, kambing atau sapi.

Tajin diwadahi cobek yang terbuat dari tanah liat. Lalu dibakar dengan arang. Jadi cara memasaknya sangat tradisional. Maka wajar jika aromanya khas, alami, earthy dan rasanya sangat enak. Bahkan tampilannya saja sudah merangsang selera.

Tajin disajikan dengan roti gandum yang bentuknya bulat-bulat. "Kalau tradisi orang Maroko, dagingnya tak boleh disentuh sebelum dipersilakan atau kentangnya belum habis," kata Yogi. 

Tapi rombongan suka-suka. Ada yang makan kentangnya dulu. Tapi ada yang langsung makan dagingnya. Karena memang tidak dalam bertamu ke orang Maroko,

Baik kuskus maupun disajikan dalam keadaan panas. Bahkan sangat panas. Saking panasnya asapnya mengepul. Tapi hanya sekejap. Karena suhu di Maroko sangat dingin. Mencapai 12 derajat.

Maka begitu disajikan harus cepat-cepat disantap! (M Mas’ud Adnan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO