RABAT, BANGSAONLINE.com – Kerajaan Maroko memandang Indonesia sangat istimewa. Sedemikian istimewanya, Indonesia bebas visa. Bahkan di Rabat, Ibu Kota Maroko, ada Jalan Soekarno, Proklamator dan Presiden RI pertama yang tertulis: Rue Soukarno.
Saya berkali-kali melewati Jalan Soekarno itu. Terutama ketika bermalam di Rabat, sebelum akhirnya pindah ke Casablanca.
Baca Juga: Jualannya Diborong Kiai Asep, Pedagang Pasar Pugeran: Kami Setia Coblos Paslon Mubarok
Letaknya sangat strategis, di pusat kota Rabat. Dekat kantor pos pusat dan gedung parlemen Maroko. Saya beberapa kali merekam jalan tersebut dari dalam mobil. Tapi sering telat. Karena di kawasan tersebut tak ada parkir mobil.
Semula jalan itu bernama 'sharia Al-Rais Ahmed Soekarno'. Kini populer dengan nama Rue Soekarno. Papan nama yang termpampang sekarang: Rue Soekarno.
Baca Juga: Jelang Debat Kedua Pilgub Jatim 2024, Khofifah Didoakan Kiai Asep
(Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, saat diterima Duta Besar RI untuk Maroko, Hasrul Azhar Hutasuhut, di Duta Wisata KBRI, Kota Rabat, Maroko, Sabtu (14/1/2023). Foto: bangsaonline.com)
Bagaimana cerita awalnya? Nama Soekarno diabadikan di Kota Rabat Maroko tak lepas dari jasa Presiden RI pertama, Soekarno. Bung Karno sebagai Presiden RI adalah tokoh dunia pertama yang mengakui kemerdekaan Maroko pada 1956 dari jajahan Prancis dan Spanyol. Maroko merdeka menyusul Indonesia yang memprolamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.
Sebelumnya, Bung Karno mempelopori terselenggaranya Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada 18-24 April 1955 di Bandung, Jawa Barat. Konferensi Asia-Afrika itu sukses. Sebanyak 29 negara (Asia-Afrika) mengirimkan delegasi.
Baca Juga: Emil Dardak Puji Gus Barra Berilmu Tinggi, Punya Jejaring Luas, Rubaie: Dekengani Pusat
(Presiden RI Soekarno dan Raja Maroko Muhammad V saat meresmikan Jalan Soekarno di Rabat Maroko. Foto: Setneg)
Konferensi Asia-Afrika adalah pertemuan negara-negara Asia dan Afrika. Pesertanya adalah negara-negara yang baru saja memperoleh kemerdekaan. KAA diselenggarakan oleh Indonesia, Myanmar (dahulu Burma), Sri Lanka (dahulu Ceylon), India dan Pakistan. KAA dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Sunario.
Baca Juga: Gus Barra dan Kiai Asep Borong Dagangan, Pedagang Pasar Kutorejo Bersyukur dan Mantap Pilih Mubarok
KKA memperkuat semangat kedaulanan negara masing-masing sehingga Maroko pun kemudian semakin percaya diri untuk merdeka pada 1956. Bung Karno yang selalu lantang menentang penajajahn bahkan tidak hanya mengakui kemerdekaan Maroko tapi juga merupakan pemimpin negara pertama yang berkunjung ke Maroko.
Nah, Raja Maroko yang saat itu Muhammad V lantas memberikan hadiah kepada Bung Karno berupa bebas visa bagi warga Indonesia yang berkunjung ke Maroko. Selain itu juga mengabadikan nama Soekarno pada jalan di pusat kota Rabat yang merupakan ibu kota Maroko. Peresmian jalan Soekarno itu dihadiri Raja Maroko Muhamamd V dan Soekarno sendiri.
Hubungan harmonis Indonesia-Maroko itu juga berbuah nama jalan di Jakarta. Casblanca yang merupakan kota terbesar di Maroko diabadikan sebagai nama jalan di Jakarta.
Baca Juga: 3.000 Relawan Barra-Rizal Ikuti Bimtek Saksi, 20 Rombong Bakso, Tahu Thek dan Soto Gratis Ludes
Duta Besar RI untuk Maroko, Hasrul Azwar, mengungkapkan bahwa hingga kini hubungan politik Indonesia dan Maroko sangat hormanis. Bahkan saling bantu.
“Kadang Maroko minta bantuan untuk urusan internasional. Kadang Indonesia juga minta bantuan Maroko ketika Indonesia mau berkiprah di dunia internasional. Misalnya mau ketua dalam forum atau apa,” kata Dubes Hasrul Azwar kepada Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, dan rombongan saat diterima di Duta Wisata KBRI Rabat Maroko, Sabtu (14/1/2023).
Menurut dia, hubungan politik antara Maroko dan Indonesia sudah berlangsung 63 tahun. Hanya saja kerjasama ekoonomi antara Indonesia dan Maroko tergolong rendah karena secara geografis, Maroko lebih dekat dengan negara-negara Eropa.
Baca Juga: Antusias Masyarakat Sambut Gus Barra Borong Dagangan di Pasar Trawas
Meski demikian tetap ada kerjasama perdagangan, mesk tak maksimal. “Kita hanya ekspor kopi dan the,” katanya.
Begitu juga kerjasama wisata. Tapi, turut Hasrul Azwar, lebih banyak warga Indonesia yang berkunjung ke Maroko, ketimbang warga Maroko ke Indonesia. (M Mas’ud Adnan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News