Buktikan Mimpi Tak Terhalang Ekonomi, 2 Mahasiswa UTM ini Tembus Panggung Internasional

Buktikan Mimpi Tak Terhalang Ekonomi, 2 Mahasiswa UTM ini Tembus Panggung Internasional Siti dan Anis, 2 mahasiswa UTM yang menembus panggung internasional.

BANGKALAN, BANGSAONLINE.com - Di antara ribuan toga hitam yang memenuhi Gedung Moh. Noer Universitas Trunojoyo Madura (UTM) dalam prosesi wisuda ke-39 tahun ini, dua sosok mencuri perhatian karena kisah hidup mereka yang inspiratif. 

Mereka adalah Siti Ikmah Munawaroh dan Moh. Anis Anwari, dua mahasiswa dari keluarga sederhana yang membuktikan bahwa keterbatasan ekonomi bukanlah penghalang untuk meraih prestasi gemilang.

Siti Ikmah Munawaroh, mahasiswi asal Banyumas, lahir dari keluarga penjual mie ayam kaki lima. Ayahnya, Saryo, setiap hari mendorong gerobak kecil demi menghidupi keluarga. Di balik kehidupan yang serba pas-pasan, Siti menyimpan mimpi besar untuk menempuh pendidikan tinggi.

“Sejak kecil dia keras kepala soal sekolah. Waktu ibunya meninggal saat dia kelas XI SMA, saya sempat angkat tangan, keinginan kuliah, merasa tak sanggup membiayai kuliah. Tapi Siti sudah punya tekad bulat,” kenang Saryo dengan suara bergetar.

Tekad itu mengantarkan Siti ke Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Keislaman UTM. Tak hanya berkuliah, ia juga menorehkan prestasi internasional lewat bakat menulis. 

Pada tahun lalu, Siti meraih juara dalam Essay Competition Islamic Market di Turki dan aktif mengikuti berbagai lomba esai tingkat dunia.

“Kalau ibu masih ada, pasti dia bangga,” lirih Saryo, menatap putrinya yang mengenakan toga kebanggaan.

Di sisi lain, Moh. Anis Anwari dari Saronggi, Sumenep, juga menorehkan kisah luar biasa. Putra dari seorang pekerja serabutan ini telah menunjukkan bakat berpidato sejak usia 4 tahun. 

Kemampuannya terus diasah di Pondok Pesantren At-Taufiqiyah hingga akhirnya terpilih sebagai Presiden Mahasiswa UTM, dan Mandataris Koordinator Jawa Timur dalam Aliansi BEM Indonesia.

“Dari kecil dia memang senang bicara, tapi saya tidak pernah bayangkan bisa berdiri sejajar dengan para pemimpin mahasiswa nasional,” ucap sang ayah, Jakfar Nur, dengan bangga.

Dekan Fakultas Keislaman UTM, Shofiyatu Nadilah, turut mengungkapkan kekagumannya terhadap dua mahasiswa tersebut.

“Siti dan Anis adalah bukti nyata bahwa semangat dan kerja keras bisa menembus batas. Mereka bukan hanya berprestasi secara akademik, tapi juga mengasah soft skill hingga ke level internasional. Ini teladan bagi mahasiswa lain,” ujarnya.

Di tengah sorak-sorai wisuda, kisah Siti dan Anis menjadi pengingat bahwa mimpi tak mengenal latar belakang. Dari gerobak mie ayam dan gerobak serutan es, lahir generasi emas yang mampu menembus batas lokal, nasional, bahkan internasional. Toga hitam yang mereka kenakan hari itu bukan sekadar simbol kelulusan, melainkan mahkota perjuangan.