KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Dinas Pertanian dan Perkebunan (Dispertabun) menargetkan pada 2023 semua kelompok tani (Poktan) di Kabupaten Kediri mendapatkan penyuluhan pupuk organik dalam menyukseskan program Desa Inovasi Tani Organik (DITO) yang dicanangkan Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana.
Plt Kepala Dispertabun Kabupaten Kediri Anang Widodo melalui Kabid Pengelolaan Pangan Rini Pudyasturi, menerangkan, sejak dicanangkan program DITO pada 2021, pelatihan pembuatan pupuk organik terus dilakukan kepada petani. Hingga Februari 2023 ini tercatat pelatihan telah dilakukan kepada petani di 156 desa.
Baca Juga: Jaring Atlet untuk Porprov, Pordasi Kediri Gelar Kejurprov Berkuda di Lapangan Desa Wates
"Pada 2023 ini penyuluh pertanian memiliki program penyuluhan dan sosialisasi pupuk organik kepada semua Poktan di Kabupaten Kediri," kata Rini, Selasa (28/2/2023).
Menurutnya, di Kabupaten Kediri terdapat sekitar 1600 Poktan. Adapun bagi Poktan yang telah memperoleh pelatihan dan penyuluhan dalam pembuatan pupuk organik program tersebut menyediakan tiga petak lahan sebagai demplot.
Lebih lanjut, Rini mengatakan, pertama, satu petak penggunaan full pupuk kimia, berikutnya satu petak full organik, dan terakhir satu petak menggunakan pupuk kimia maupun organik dengan perbandingan 50 persen.
Baca Juga: Hanindhito Himawan Pramana Pulangkan 14 Arca ke Kabupaten Kediri
"Tujuannya supaya para petani lebih mudah membedakan hasil produksi antara penggunaan pupuk kimia dengan yang menggunakan organik," imbuhnya.
Mengingat kesuburan tanah pada penggunaan pupuk organik harus dilakukan secara bertahap, Rini menambahkan, maka pendampingan akan dilakukan hingga fase panen dan pada musim tanam selanjutnya sampai petani benar-benar bisa mengerjakan aplikasi secara mandiri.
"Bagi petani yang tertarik menerapkan full organik, akan dilakukan pendampingan sampai mendapatkan sertifikasi organik," ungkapnya.
Baca Juga: Bupati Kediri Kirim Tim Lintas OPD Dampingi Korban Selamat Percobaan Bunuh Diri di Ngancar
Masih menurut Rini, petani di Kabupaten Kediri yang menerapkan lahan full organik menyebar di tiga klaster, yakni Kecamatan Purwoasri, Semen dan Kepung dengan luasan lahan 30 hektar. Dari tiga klaster itu, seperti contoh komoditas padi di Purwoasri pemasarannya mampu menembus swalayan di Kediri maupun pengiriman wilayah Jawa dan Pulau Dewata.
Seiring peningkatan kesuburan tanah, jumlah produktivitas diakui mengalami kenaikan. Rini mencontohkan, pada 2022 dalam sebulan petani organik sukses melakukan pemasaran 700 kilogram beras organik dan 2023 ini dalam 2 bulan terakhir tiap bulannya berhasil memasarkan beras organik sebanyak 1 ton.
Ditambahkan Rini Pudyasturi, petani yang telah menerapkan sistem pertanian full organik di lahan seluas 30 hektar itu telah mempunyai sertifikat organik. Sedang saat ini ada sekitar lima hektar penambahan, tengah dalam pencatatan untuk mendapatkan sertifikat organik dengan pembiayaan pengurusan yang dibantu Pemerintah Kabupaten Kediri.
Baca Juga: Buka Rakerda Kejati Jatim 2024 di Kediri, Kajati: Pentingnya Penegakan Hukum Humanis dan Profesional
"Untuk mendapatkan sertifikat organik itu harus konsisten tidak menggunakan pupuk kimia maupun pestisida," pungkas Rini
Para petani di Kabupaten Kediri yang telah melakukan demplot penggunaan Biosaka diantaranya berada di Kecamatan Purwoasri. Petani belajar penggunaan Biosaka untuk diterapkan dalam menunjang pertanian organik yang telah dilakukan sejak 2021.
Seorang petani organik Kecamatan Purwoasri, Jaenuri mengaku telah menggunakan Biosaka dan merasakan manfaatnya. Berdasarkan pada pengalamannya mencoba Biosaka tersebut, ternyata mampu mengurangi penggunaan pupuk organik padat (POP) hingga pupuk organik cair (POC).
Baca Juga: Gandeng Peradi, Fakultas Hukum Uniska Adakan Ujian Profesi Advokat
"Saat ini banyak yang tertarik mencoba, karena hasil produksi juga bertambah," ucapnya.
Seperti diketahui, Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana atau yang akrab disapa Mas Dhito, sebelumnya menyebutkan dengan sistem pertanian organik biaya produksi bisa ditekan karena petani tidak lagi mengalami ketergantungan pada pupuk kimia. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari pertanian organik tidak bisa dilakukan secara seketika.
Petani harus sabar untuk membenahi atau menetralisir tanah dari yang sebelumnya menggunakan pupuk kimia. Begitupun setelah berjalan dan menikmati jerih payahnya, diyakini akan banyak petani yang tertarik untuk beralih ke tani organik.
Baca Juga: Uniska dan ID Consulting Jepang Teken MoU Strategis untuk Penyerapan Tenaga Kerja
"Jadi tani organik ini enggak bisa dari kimia langsung diganti ke organik ini perlu proses yang cukup panjang," tuturnya.
Sedangkan untuk mendukung produktivitas hasil pertanian tersebut, Kementerian Pertanian juga mengenalkan Biosaka, yang merupakan hasil inovasi petani dari bahan ekstrak tumbuhan. Biosaka ini adalah elisitor yang dapat menaikkan produktivitas tanaman.
Dalam lawatannya ke Kabupaten Kediri pada 9 Februari 2023 lalu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo bersama Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana menunjukkan cara pembuatan Biosaka. (uji/git).
Baca Juga: Peringatan Hari Disabilitas Internasional, Mbak Chicha Berkomitmen Setarakan Hak Penyandang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News