SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Wakil Sekretaris MUI Jatim, Lia Istifhama, angkat bicara soal perbedaan Hari Raya Idul Fitri tahun ini. Menurut dia, hal tersebut tetap diwarnai keberagaman yang indah, bukan sebagai tembok pembatas kerukunan umat Islam.
Wanita yang akrab dengan sapaan Ning Lia itu menyebut, toleransi terlihat kuat di tengah keberagaman. Dalam hal ini, terjalin sikap saling menghormati, yakni siapa yang memilih berlebaran pada 21 April, maupun yang masih berpuasa dengan mempertimbangkan hilal sebagai penentu 1 Syawal 1444 H.
Baca Juga: Digawangi Perempuan Muda NU, Aliansi Melati Putih se-Jatim Solid Menangkan Khofifah-Emil
"Potret kedamaian sekaligus tenggang rasa yang tinggi di tengah perbedaan tersebut, menjadi refleksi persaudaraan kaum Ansor dan Muhajirin," ujarnya melalui keterangan tertulis yang diterima BANGSAONLINE.com, Jumat (21/4/2023).
Ia menjelaskan, tingginya sikap saling menghormati antara NU dan Muhammadiyah serta pentingnya membangun persaudaraan merupakan semangat penguatan ukhuwah Islamiyyah, dan juga bagian dari penerapan hablum minannas, yaitu kewajiban umat manusia menjaga hubungan horizontal antarsesama, selain hablum minallah atau hubungan vertikal dengan Sang Khalik.
Lia menilai kuatnya Islam dalam membentuk persaudaraan sesama manusia, merupakan bukti nyata bahwa Islam memang agama dengan spirit Rahmatan lil ‘Alamin, yaitu rahmat atau kasih sayang bagi seluruh semesta alam.
Baca Juga: Rais Aam PBNU Ngunduh Mantu dengan Pemangku Pendidikan Elit dan Tim Ahli Senior di BNPT
"Memahami Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta, dapat dipahami bahwa dalam berbagai aspek, Islam merupakan penguat sisi humanisme melalui ajaran untuk saling bertoleransi," ujar Lia. (mdr/mar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News