Tafsir Al-Hijr 48-50: Penghuni Surga Tidak Bisa Dipraperadilkan

Tafsir Al-Hijr 48-50: Penghuni Surga Tidak Bisa Dipraperadilkan

Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'i MAg. . . 

BANGSAONLINE.com - Ayat sebelumnya bertutur tentang penghuni surga yang tak punya rasa dengki dan iri. Mereka bersaudara, serba terbuka dan saling legawa dalam hal apa saja. Hal itu karena tidak ada lagi sesuatu yang tidak bisa dicapai. Semua yang diinginkan pasti terpenuhi begitu saja, otomatis dan memuaskan, sehingga tidak satupun persoalan mengganjal dalam hati.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty

Tidak sama dengan di dunia, cita-cita yang diharap sering kali kandas karena berbagai kendala, termasuk terhalang oleh orang lain yan punya kepentingan yang sama. Apalagi bila fasilitas itu terbatas, sementara yang merebut tak terhingga jumlahnya.

Kursi pimpinan, baik kepala negara, kepala daerah, kepala direktorat dan sebangsanya cuma satu, tapi yang mengincar lebih dari satu. Umumnya, masing-masing tak ada yang mau mengalah, bahkan acap kali melakukan segala cara. Begitulah dunia, semua orang ingin menjadi nahkoda, tapi sayang, kursi nahkoda cuma satu.

Berbahagialah orang yang mengerti bahwa menjadi nahkoda itu lebih pada sebuah amanat, bukan sebatas rejeki. Karena begitu termanjakan dan serba terpenuhi, maka tak pernah ada kepayahan sedikitpun atas mereka."la yamaasuhum fiha nashab". Yang ada hanya enak, uenak dan uenak poll.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia

Terdorong perasaan ragu atas kenikmatan surga yang tak berujung kepayahan, seorang teman bertanya. "Apa iya, setelah melampiaskan hasrat biologis pol-polan tidak payah sama sekali?".

Penulis menjawab: ya, memang begitu, teman.

"Jika saya menginginkan bersenggama dan keluar sperma terus-menerus, apa itu bisa dinikmati?".

Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana

Penulis: "sak karepmu. You menginginkan berapa lama dan tidak akan lemas sedikitpun".

Dasar bawel, dia ganti materi: "kalau saya sudah bosan bersenggama, lalu minta anak yang cakep dan lucu, bisakah?"

Penulis: "Di surga itu tidak ada rasa bosan, yang ada adalah selalu fresh dan bergairah."

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Tentukan Hak Asuh, Nabi Sulaiman Hendak Potong Bayi Pakai Golok

Soal minta anak, saya balik bertanya: "Jika kamu pengantin baru dan sedang menikmati malam pertama, apakah kamu berpikir ingin punya anak?".

Teman itu diam, tapi tetap ngenyel: "ya, umumnya memang tidak terbayang begitu. Tapi, andai minta betulan, apa bisa dikabulkan?.

Penulis,: ''pasti, tapi rasanya tidak ada yang meminta".

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata

Begitu orang beriman sudah diputus masuk surga, maka tidak bisa digugat atau dipraperadilankan hingga dilorot masuk neraka. "wa ma hum minha bimukhrajin", Itu rahnat sekaligus keputusan Tuhan.

Tapi bila seseorang masuk neraka, suatu ketika bisa masuk surga. Seperti orang beriman yang banyak maksiat, maka dihukum dulu di neraka sesuai keputusan pengadilan akhirat dan setelah masa tahanan habis, baru dipersilakan ke surga. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO