SURABAYA (bangsaonline) - Kakhwatiran banyaknya angkat golput pada Pemilu Legisltaif (Pileg) 2014, disikapi serius sejumlah petugas Kolompok Penyelenggara Pemungutuan Suara (KPPS). Mereka pun berusaha untuk bisa menarik warga agar bersedia memberikan suaranya pada pemungutan suara yang berlangsung kemarin (9/4).
Seperti yang dilakukan Petugas KPPS di TPS 15 RT 02 RW 07 Pulosari, Kelurahan Gunungsari, Kecamatan Dukuh Pakis. Mereka mendesain TPS dengan unik dan beragam ornamen agar warga merasa betah dan nyaman dalam memberikan suaranya.
TPS yang dibuat layaknya gua lengkap dengan jaring laba-laba dan kelelawar di sejumlah tempat tersebut, berhasil menarik ratusan warga yang terdaftar sebagai pemilih di lokasi tersebut.
Setidaknya ada empat bilik yang disediakan panitia. Para pemegang hak suara bisa masuk melewati satu pintu yang ditempatkan di tengah. Di samping pintu masing-masing berjejer dua bilik.
Selain menyerupai gua, tenda yang digunakan untuk menaungi petugas dan pengguna hak suara yang sedang antri dihiasi dengan berbagai peralatan kesenian tradional Jaran Kepang. Ada juga beberapa lukisan alam yang ditempelkan di tiang-tiang yang menopang tenda. Selain itu, beberapa alat kesenian seperti gamelan dan gong berjejer rapi di pinggir tenda. Tidak cukup hanya itu, petugas KPPS berpakaian ala sakera.
Tak pelak, suasana pencoblosan sangat menyenangkan. Orang yang antri terlihat begitu antusias. Tidak tampak kebosonan dari raut wajah mereka. Padahal, pekerjaan yang paling membosankan adalah menunggu. Disini panitia berhasil membuat pemegang hak suara merasa nyaman menunggu.
Kasimun, Ketua RT 02 RW 07 mengaku ide muncul dari hasil diskusi dengan petugas KPPS. Tujuannya adalah meminimalisasi angka golput di TPS 15. Tidak banyak biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan ide tersebut, bermodal semangat dan kebersamaan, TPS unik nan menarik berhasil terealisasi.
“Ini pengerjaannya membutuhkan waktu tiga hari, yang buat pengurus RT dibantu petugas KPPS,” jelasnya.
Kebiasaan membuat TPS unik sudah dilakukan sejak era reformasi bergulir. Untuk kali ini, tema yang diambil adalah kembali ke zaman batu. Selain menumbuhkan spirit demokrasi, juga ingin melestarikan budaya masyarakat terdahulu.
Setiap even pesta demokrasi, pemilihan presiden, dan pilkada, TPS 15 memang selalu dibuat unik. “Biayanya ndak banyak kok, seperti alat jaranan kepang ini kan milik warga sini, jadi tidak perlu sewa, guanya itu kita buat dari sak semen, kebetulan warga sini ada yang punya usaha membuat taman hias, jadi ndak ada aggaran khusus,” ucapnya.
Marian, wakil ketua RW 7 menerangkan TPS 15 memiliki DPT sebanyak 424. Dari jumlah tersebut, sedikitnya 15 persen yang tidak menggunakan haknya. Hal itu bukan karena sengaja golput, sebagian dari mereka sudah pindah rumah dan ada juga yang sudah berusai lanjut sehingga susah untuk pergi ke TPS.
“Rata-rata setiap ada pemilu 85 persen yang menggunakan haknya, ini capaian yang bagus, sebab di TPS lain angka golputnya banyak,” katanya bangga.
Salah seorang warga yang juga tercatat sebagai anggota DPRD Surabaya, Agus Sudarsono mengaku warga Pulosari sadar akan pentingnya menggunakan hak suara. Sebab, suara mereka sangat menentukan nasib masyarakat ke depan.
Partisipasi warga yang tinggi tidak lepas dari sosialisasi dan penyuluhan yang inten dari petugas kelurahan. Sosialisasi tentang pentingnya menggunkan hak suara kerap dilakukan di masing-masing RT dan RW di Gunungsari.
“Sedikit yang golput, kalaupun ndak milih mungkin pas luar kota. Porsontase golput 0, sekian pesen, karena sosialisasi di tingkat RT dan RW sering,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News