KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Bunga edelweiss yang tumbuh di puncak Gunung Kelud, Kediri, ternyata jenisnya ada yang sama dengan yang tumbuh di Gunung Bromo. Jenis bunga edelweiss tersebut adalah Anaphalis Longifolia dan sama-sama bisa dibudidayakan.
Demikian disampaikan oleh Teguh Wibowo, Ketua Kelompok Tani Desa Hulun Hyang, Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, saat menerima kunjungan Kepala Kantor Wilayah BI Kediri M. Choirur Rofiq dan rombongan wartawan mitra Bank Indonesia dari Kediri dan Madiun, Kamis (7/9/2023).
Baca Juga: Mas Dhito Janji Kembalikan Kejayaan Wisata Gunung Kelud
"Jenis bunga edelweiss di Gunung Kelud itu adalah jenis Anaphalis Longifolia, salah satu jenis bunga edelweiss yang sudah kami coba budi dayakan di Gunung Bromo ini dan berhasil. Jadi, bila ada kelompok tani atau kelompok pecinta alam yang berniat membudidayakan bunga edelweiss jenis ini di kawasan Gunung Kelud, menurut saya sangat bisa," ucapnya.
Menurut Teguh, budi daya edelweiss yang dilakukan Kelompok Tani Hulun Hyang di Desa Wonokitri karena bunga tersebut langka dan dilarang untuk diambil.
Padahal, bunga yang hanya bisa hidup di daerah pegunungan tersebut merupakan bunga yang wajib ada bila masyarakat Suku Tengger yang hidup di lereng Gunung Bromo akan menggelar upacara adat, seperti Kasada dan lainnya.
Baca Juga: Khofifah-Emil Ajak Raffi Ahmad Bangun Wisata Kuliner di Batu dan Bromo, Ini Respons Suami Nagita itu
"Hampir 80 persen upacara adat Suku Tengger itu menggunakan bunga edelweiss. Karena bunga edelweiss merupakan bunga yang dilindungi dan merupakan bunga sakral, maka kelompok kami menyiasati dengan membudidayakan bunga edelweiss ini sejak tahun 2016 lalu," kata dia.
Ada dua jenis bunga edelweiss yang dibudidayakan, yaitu jenis Anaphalis Javanica dan Anaphalis Longifolia. Budi daya ini sebagai upaya penyelamatan bunga edelweiss.
"Orang Tengger sendiri menyebut bunga edelweiss sebagai bunga tan hana layu (bunga yang tak pernah layu)," ungkapnya.
Baca Juga: Hasil Survei, Bank Indonesia Optimis Perekonomian Kediri Tetap Meningkat
Diceritakan Teguh, perjalanan Kelompok Tani Hulun Hyang membudidayakan bunga Edelweiss penuh halangan dan rintangan. Diperlukan kesabaran dan harus telaten agar upaya budi daya bunga edelweiss yang kian langka berhasil.
"Alhamdulillah, kami akhirnya mendapat bantuan dari Bank Indonesia untuk mengembangkan budi daya bunga edelweiss ini. Dan tempat kami ini juga bisa dijadikan tujuan wisata di kawasan Bromo selain Gunung Bromonya sendiri," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Teguh juga menyampaikan bahwa kelompoknya saat awal berdiri hanya beranggotakan 7 orang. Namun sekarang sudah mencapai 30 orang.
Baca Juga: Launching Program PKK Sigap, Pj Wali Kota Kediri Beri Contoh Cara Bijak Olah Bahan Pangan
Sementara untuk kunjungan wisatawan, pada tahun 2019 lalu mencapai hampir 20 ribu pengunjung dengan omzet mencapai Rp200 juta.
"Untuk omset pada tahun 2023 ini kami targetkan bisa mencapai Rp1 miliar," pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Kantor Wilayah BI Kediri, M. Choirur Rofiq, mengatakan, bahwa pihaknya memang sengaja mengajak para jurnalis mitra BI Kediri dari Kediri sendiri dan Madiun untuk mengunjungi pembudidaya bunga Edelweiss di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan ini.
Baca Juga: Pj Gubernur Jatim Jadi Warga Kehormatan Masyarakat Suku Tengger
Menurutnya, ia dan kawan-kawan jurnalis ingin mengetahui dan melihat dari dekat budidaya bunga Edelweiss yang menjadi binaan Bank Indonesia melalui Program Sosial Bank Indonesia Malang ini.
"Kami sangat mendukung upaya budidaya bunga edelweiss yang merupakan bunga langka di Wonokitri ini, agar kita bisa lebih menghargai betapa penting pelestarian bunga edelweiss ini,"kata Choirur sembari mengatakan bahwa bila di Gunung Kelud ada pihak yang berniat membudidayakan bunga edelweiss ini, pihaknya siap mendukung. (uji/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News